Uang adalah faktor penting dalam menunjang kehidupan kita sehari-hari. Tanpa uang, kebutuhan sandang, pangan, serta papan tidak dapat terpenuhi. Jelas, uang adalah kebutuhan mutlak. Bagaimana jika tiba-tiba kita kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok kita sehari-hari? Apakah kita akan ber-utang kepada orang lain?
Ya. Menurut saya, lebih baik ber-utang kepada keluarga, saudara, atau teman jika jumlah uang yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Namun, dengan catatan bahwa kita tetap harus melunasinya di saat kita sudah punya uang untuk menggantinya. Jika jumlah yang dipinjam cukup besar, bagaimana? Tergantung. Untuk apa kamu meminjam uang yang cukup besar tersebut? Apakah untuk membuka usaha, biaya pengobatan, biaya pendidikan, membeli barang mewah, atau yang lainnya? Masing-masing pengeluaran yang besar pasti mempunyai solusi nya masing-masing.
Sebagai contoh, jika ingin membuka usaha, dapat mengajukan pinjaman uang di bank untuk modal membuka usaha. Jika biaya yang besar dibutuhkan untuk biaya pengobatan, mintalah pertolongan orang-orang sekitar untuk membantu menggalang dana dan menyebarkannya melalui sosial media. Hal ini akan sangat membantu meringankan biaya pengobatan yang nilainya bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Jika biaya yang dibutuhkan untuk biaya pendidikan, jangan ragu untuk berbicara dengan pihak sekolah atau universitas jika kita sedang terkendala dalam membayar biaya pendidikan. Pasti akan ada solusi dari pihak sekolah atau universitas, asalakan kita berbicara dengan jujur mengenai kondisi ekonomi kita. Jika untuk membeli barang mewah, seperti mobil, motor, rumah, atau yang lainnya, ajukanlah cicilan dalam hal pembayaran. Jangan sampai karena gengsi, kita menghabiskan seluruh tabungan kita dan akhirnya uang yang tersisa hanya tinggal sedikit dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari.
Intinya, jangan ragu untuk meminta pertolongan kepada siapapun. Jika harus ber-utang, pikirkan dengan matang dan bijak berapa lama kita akan melunasi utang tersebut. Jangan sampai kita malah terlilit utang.
Sebagai tips dan trik untuk para pembaca, patokan saya dalam mengelola keuangan adalah:
- 10% untuk donasi
- 20% untuk tabungan masa depan (investasi, asuransi, dana cadangan)
- 30% untuk cicilan (jika tidak ada cicilan, maka bisa dialokasikan ke tabungan masa depan)
- 40% untuk kebutuhan sehari-hari
Patokan di atas bukan angka mutlak. Jika dirasa terlalu besar atau terlalu kecil, dapat dikurangi atau ditambahkan persentase nya masing-masing sesuai kebutuhan.
Sekarang, mari kita ambil contoh seorang karyawan fresh gradute dengan gaji Rp 5,000,000/bulan dan belum memiliki beban keluarga. Bagaimana ia mengelola Rp 5,000,000 yang sudah ia dapatkan setiap bulannya?
Jika seseorang sudah memiliki penghasilan sendiri, alangkah baiknya jika ia juga menyisihkan sebagian kecil uang yang telah diterimanya untuk ber-donasi. Sekarang, sudah banyak sekali website yang menjadi sarana dalam ber-donasi. Jika karyawan tersebut menyisihkan 10% dari gajinya, maka ia dapat ber-donasi Rp 500,000/bulan.
Kemudian, 20% dari gaji yang didapatkan setiap bulan disisihkan untuk tabungan masa depan. Tabungan masa depan ini bisa dalam bentuk investasi, asuransi, maupun dana cadangan. Berbicara mengenai dana cadangan, setiap orang yang sudah mulai bekerja pastinya menyisihkan uangnya untuk digunakan sebagai dana cadangan. Bagaimana dengan investasi dan asuransi? Mungkin ada para pembaca yang menanyakan, apa pentingnya investasi dan asuransi? Pentingnya kedua hal tersebut adalah untuk melindungi asset kita di masa depan.
Apa asset terpenting dalam hidup kita? Mobil, motor, rumah? Ya, itu tidak salah. Namun, ada yang lebih penting lagi yang kadang sebagian orang tidak menyadarinya, yaitu diri kita sendiri, si pencari nafkah. Jika kamu meng-asuransikan mobil, motor, rumah, namun tidak meng-asuransikan diri kamu sendiri, apa yang akan tersisa jika sewaktu-waktu kamu tertimpa resiko dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit sehingga kamu harus menjual mobil, motor, rumah, bahkan menguras tabungan kamu sendiri? Tidak ada yang tersisa. Harta kamu pun akan terkuras perlahan-lahan.
Jadi, sangat penting untuk mem-proteksikan diri kamu sendiri. Saat ini, sudah banyak asuransi unit link, yaitu asuransi yang meng-kombinasikan asuransi kesehatan dengan investasi. Kembali ke persentase, 20% dari Rp 5,000,000 adalah Rp 1,000,000. Tidak ada salahnya meng-investasikan uang Rp 1,000,000 setiap bulan untuk meminimalisir resiko besar yang akan kita terima di kemudian hari.
Dengan Rp 1,000,000 setiap bulannya yang kamu sisihkan, jika kamu masih berusia di bawah 30 tahun, kamu berhak menempat kamar kelas 1 jika sewaktu-waktu kamu terkena resiko dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kamu juga akan dibebaskan dari premi bulanan jika nantinya kamu di diagnosa salah satu dari 38 penyakit kritis sampai kamu berusia 65 tahun.
Premi dibebaskan bukan berarti proteksi tidak berjalan. Proteksi tetap berjalan sampai umur 99 tahun loh. Setelah umur 65 tahun, premi akan tetap ditagihkan seperti biasanya. Di umur 65 tahun, pastinya kamu sudah mempunyai anak dan cucu yang bisa kamu andalkan. Pertanyaannya, apakah kamu rela meng-investasikan 20% dari gaji yang kamu terima untuk melindungi aset di masa depan?
Lanjut ke poin berikutnya. Cicilan. Sebagian besar dari kita mempunyai beban cicilan. Perhitungkanlah baik-baik sebelum mengambil cicilan. Jika gaji yang kamu dapatkan di angka Rp 5,000,000/bulan, maka beban untuk cicilan yang dikeluarkan setiap bulan adalah sebesar Rp 1,500,000. Jangan sampai kamu mengambil banyak cicilan di waktu yang hampir bersamaan tanpa memperhitungkan beban cicilan yang harus kamu bayar setiap bulannya. Hal itu bisa menjadi boomerang untuk kamu. Jika kamu tidak mengambil cicilan apa pun, kamu bisa alokasikan uang tersebut untuk tabungan masa depan.
Poin terakhir adalah kebutuhan sehari-hari. Dengan perhitungan 40% dari gaji Rp 5,000,000, kamu dapat menggunakan Rp 2,000,000 untuk kebutuhan kamu sehari-hari, seperti membeli kebutuhan makan dan minum, kebutuhan transportasi, dan kebutuhan lainnya yang memang diperlukan. Ingat, kebutuhan tidak sama dengan keinginan. Jika kamu menyamakannya, pendapatan sebesar apapun akan habis untuk memenuhi keinginanmu.
Besarnya pengeluaran pasti mengikuti besarnya pemasukan. Di saat kita tidak mempunyai patokan dalam mengelola keuangan, bisa-bisa uang yang kita hasilkan setiap bulannya habis tanpa kita sadari. Jika hal itu terjadi, otomatis kita tidak mempunyai uang simpanan dan harus meminjam. Minimalisir-lah resiko untuk meminjam uang untuk terhindar dari berbagai macam utang dan niscaya hidup kamu pun akan tenang.
Salam Sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H