Setelah sukses dalam Presidensi G20 2022, Indonesia kembali diberi kesempatan untuk menunjukkan kemegahan kepemimpinannya dalam skala global, khususnya dalam lingkup ASEAN. Pada tahun 2023 ini, Indonesia mendapat kepercayaan memegang keketuaan ASEAN dengan tema ”ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang berfokus pada 3 Pilar Priorities Economic Deliverables (PED): Recovery-Rebuilding, Digital Economy & Sustainability.
Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia dalam mencapai tujuan di atas adalah mendorong implementasi kebijakan dan inovasi yang bersifat inklusif dan memperluas konektivitas ekonomi lintas batas negara. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kesadaran, ketertarikan dan partisipasi masyarakat. Perlu dilakukan pendekatan dan sosialisasi yang lebih relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.
Traveling Tanpa Pusing
Berbicara tentang konektivitas lintas batas negara, salah satu aktivitas yang menjadi tren dari tahun ke tahun adalah berlibur atau traveling. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ada 3,54 juta penduduk Indoensia yang melakukan perjalanan ke luar negeri atau wisatawan nasional pada 2022. Jika dirinci, wisatawan nasional paling banyak pergi untuk liburan, jumlahnya yaitu 50,88%.
Liburan seringkali dijadikan sebagai self-reward setelah melalui penatnya rutinitas sehari-hari. Destinasi liburan juga bervariasi, ada yang di dalam maupun luar negeri. Tak semudah liburan di dalam negeri, masyarakat yang hendak berlibur ke luar negeri perlu melakukan penyesuaian dengan standar pembayaran yang berbeda-beda di setiap negara. Di era yang serba digital ini, masyarakat masih harus melakukan konversi mata uang dengan metode yang usang dan konvensional sebagai alat untuk bertransaksi di negara tujuan.
Proses ini terbilang kurang praktis dan efisien, mengingat risiko nilai tukar dan besaran biaya pengeluaran yang tidak dapat diprediksi, ditambah dengan waktu dan tenaga yang harus dihabiskan. Lalu, bagaimana jika ada metode yang lebih cepat, mudah, murah, aman dan handal?
Sebelumnya, Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) telah sukses meluncurkan dan memperkenalkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sebagai standarisasi pembayaran digital di Indonesia. Kesuksesan ini dibuktikan dengan jumlah pengguna QRIS per Juni 2023 sebanyak 26,7 juta merchant dan jumlah transaksi QRIS sepanjang 2022 tercatat sebesar 1,03 miliar transaksi, atau tumbuh sebesar 86% (year on year).
Di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap kemajuan teknologi, Bank Indonesia melakukan pengembangan dari QRIS dengan menghubungkan pembayaran antar negara (Cross-border) melalui interkoneksi kode QR nasional dengan negara mitra. Fitur ini menerapkan metode Local Currency Settlement (penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal) yang memudahkan masyarakat dalam bertransaksi antar-negara tanpa perlu mengkonversi atau menukarkan mata uang saat berbelanja di negara yang dikunjunginya. Cukup dengan memindai kode QR pada merchant yang diinginkan, transaksi dapat diselesaikan dengan lebih praktis dan efisien.
QRIS Cross Border: Prinsip dan Dampak Global
Dibandingkan dengan alat transaksi lainnya, QRIS Cross-Border dapat disebut sebagai powerful tool dengan prinsip CeMuMuAH, yang merupakan singkatan dari:
- Cepat
Transaksi terselesaikan secara real time dan on the spot, tanpa menunggu kembalian ataupun menukar mata uang terlebih dahulu.
- Mudah
Metode pembayaran yang praktis dan inklusif, tidak perlu khawatir ketika lupa membawa dompet atau pun uang tunai. Transaksi dapat diselesaikan cukup dengan memindai kode QR dari Aplikasi Perusahaan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) mana pun yang dimiliki.
- Murah
Biaya yang dikeluarkan jauh lebih terukur dan efisien. Pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya lebih seperti saat melakukan konversi mata uang tunai yang seringkali dikenakan biaya tambahan.
- Aman
Dana tersimpan dan tercatat dengan sistem keamanan tinggi di Rekening pengguna. Transaksi hanya dapat dilakukan dengan memasukkan PIN yang hanya diketahui oleh pemilik Rekening. Sistem ini mereduksi risiko penipuan, pencurian, maupun perampokan.
- Handal
Transaksi dapat dilakukan kapan dan dimana saja, dengan standar pembayaran yang baku dan teruji.
Tak hanya memberikan keuntungan bagi masyarakat secara personal, penggunaan QRIS Cross-Border secara luas juga dapat memperkuat inklusivitas ekonomi digital serta mempermudah pertumbuhan perdagangan intra ASEAN. Kesuksesan sistem ini akan membuktikan kokohnya keketuaan Indonesia dalam menjadikan ASEAN sebagai ”Epicentrum of Growth” atau “Pusat Pertumbuhan” dunia.
Saat ini, QRIS Cross-Border sudah dapat dipergunakan di Thailand dan Malaysia, sedangkan QRIS Singapura sedang dalam proses inisiasi. Bukan hanya negara-negara tetangga, Bank Indonesia juga tengah berupaya menjalin kerjasama dengan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang melalui penandatanganan Nota Kerja Sama (NK) terkait Pembayaran Berbasis QR code.
Kedepannya, diharapkan penggunaan QRIS Cross-Border dapat diperluas di lebih banyak negara. Begitu pula variasi fitur yang dapat diakses oleh masyarakat, tak hanya terbatas pada kegiatan pembayaran, melainkan Tarik Tunai, Transfer dan Setor Tunai.
Pada akhirnya, kesuksesan dari sistem ini pada dasarnya membutuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat secara aktif. QRIS Cross-Border adalah jembatan yang mempermudah akses lintas negara, agar masyarakat dapat terus bergerak maju di atasnya.
"QRIS-nya Satu, Menangnya Banyak!"
Participant of BI Digital Content Competition 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H