Mohon tunggu...
Vivi Nurwida
Vivi Nurwida Mohon Tunggu... Lainnya - Mom of 4, mompreneur, penulis, pengemban dakwah yang semoga Allah ridai setiap langkahnya.

Menulis untuk menggambarkan sempurnanya Islam

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kejar Kepatuhan Wajib Pajak, Negara Memeras Rakyat?

12 November 2024   21:20 Diperbarui: 13 November 2024   03:55 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi, by canva

Hari ini SDAE justru dikuasai oleh swasta, bahkan asing.  Rakyat diperas lewat pajak, sedangkan yang diuntungkan adalah pemilik modal atau segelintir orang saja. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, lagi sengsara. Sungguh, negara telah memeras rakyat lewat pajak. Di sisi lain kekayaan alam diserahkan kepada korporasi swasta kapitalis secara percuma. Bahkan, pengusaha besar itu mendapat keringanan hingga pengampunan pajak. Sungguh, hal ini sangat tidak adil. Namun, inilah fakta penerapan sistem kapitalisme yang memeras rakyat.


Pajak dalam Islam


Jauh berbeda dengan tata kelola keuangan dalam sistem Islam. Islam tidak menjadikan pajak sebagai sumber pendapatan utama negara. Dalam Islam, pajak disebut dharibah, prakteknya bertolak belakang dengan pajak dalam sistem kapitalisme.

Dharibah  dalam Islam bukanlah suatu yang menekan dan tidak diwajibkan pada semua warna negara. Dharibah  hanya diambil dari kaum muslim yang mampu, dari kelebihan, setelah dikurangi kebutuhan pokok dan sekundernya yang proporsional (ma'ruf), sesuai dengan standar hidup mereka di wilayah tersebut.

Pajak/dharibah tidak boleh diambil dari orang-orang miskin sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
"Dan siapa saja yang tidak memiliki kelebihan harta, maka pajak tidak diambil dari yang bersangkutan.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw.: Sebaik-baiknya shadaqah adalah yang berasal dari orang-orang kaya." (HR. Bukhari melalui jalur Abu Hurairah).

Dharibah hanya ditarik dari orang-orang kaya yang mempunyai kelebihan harta, sifat pun hanya dalam keadaan genting, bukan pada setiap keadaan. Besarannya pun disesuaikan dengan kebutuhan. Bukan seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme-liberalisme hari ini, pajak dipungut secara brutal dan menzalimi seluruh rakyat.

Semua ini dapat kita rasakan ketika Islam ditetapkan secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Maka dari itu, sudah saatnya kita mencampakkan sistem kapitalisme yang menyengsarakan rakyat, dan semangat memperjuangkan sistem Islam dalam yang akan memberikan kesejahteraan, keadilan dan keberkahan.

Wallahu a'lam bisshowab

Dok pribadi, by canva
Dok pribadi, by canva

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun