Mohon tunggu...
Vivi Nurwida
Vivi Nurwida Mohon Tunggu... Lainnya - Mom of 4, mompreneur, penulis, pengemban dakwah yang semoga Allah ridai setiap langkahnya.

Menulis untuk menggambarkan sempurnanya Islam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Mesti Dipertanyakan

12 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:07 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ibu semestinya memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sosok ibu diibaratkan malaikat tak bersayap yang senantiasa memberikan perlindungan kepada buah hatinya. Namun, bagaimana bisa sosok yang digambarkan bahwa surga berada di telapak kakinya, justru tega memberikan neraka kepada darah dagingnya?

Baru-baru ini terjadi dua kasus ibu yang tega mencabuli anaknya sendiri dan direkam karena terperdaya iming-iming uang. Mereka adalah ibu muda berinisial R (22) di Tangerang Selatan, Banten, yang dilaporkan melecehkan anak kandungnya sendiri yang berusia 4 tahun. Kejadian serupa dilakukan ibu inisial AK (26), yang tega mencabuli putra kandungnya yang masih berusia 10 tahun di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (detiknews.com, 09-06-2024).

Kapitalisme Mesti Dipertanyakan

Pembuatan menjijikan yang dilakukan oleh seorang ibu ini membuktikan bahwa sistem kehidupan hari ini begitu rusak dan merusak. Perempuan yang sering dianggap korban, nyatanya mampu berbuat sangat keji, bahkan kepada darah dagingnya sendiri hanya karena iming-iming uang. Sosok yang semestinya menjadi pendidik pertama dan utama, justru menghancurkan anak-anaknya sendiri dengan perbuatan di luar norma.

Kelakuan buruk ibu ini menggambarkan bahwa sistem pendidikan hari ini gagal mencetak individu berkepribadian Islam yang siap mengemban amanah menjadi seorang ibu. Tak heran, sebab orientasi sistem pendidikan ini hanyalah materi. Akibatnya, lahirlah generasi yang tidak beradab dan memuaskan hawa nafsunya tanpa batasan syariat.

Di sisi lain peristiwa pelecehan ibu terhadap anak di atas, juga menunjukan betapa lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, akibatnya seorang ibu tergoda melakukan perbuatan menjijikan kepada darah dagingnya hanya karena iming-iming uang yang tidak seberapa.

Beban hidup yang kian menekan, sistem kapitalisme nyatanya membuat kesejahteraan hanya ada di angan-angan. Tak jarang, beban ganda harus dipikul seorang ibu untuk membantu menafkahi keluarga. Ditambah lagi kebutuhan hidup yang semakin mahal, pendidikan dan kesehatan yang tak murah, dan sebagainya, tak jarang menjadikan ibu menjadi gelap mata dan nekat melakukan banyak cara demi mendapatkan materi.

Dari faktor-faktor penyebab tersebut, penyebab utama sebenarnya adalah diterapkan sistem kapitalisme. Sistem ini memiliki asas sekularisme yang menjadikan agama dipisah dari kehidupan, agama tidak lagi menjadi pedoman hidup. Alhasil, fitrah ibu menjadi terkikis bahkan hilang. Beban hidup yang menghimpit, membuat banyak orang tidak berdaya. Keimanan yang lemah pada diri ibu, serta tidak adanya ketakwaan pada tingkah lakunya menyebabkan ibu rawan stres dan tega berbuat keji pada buah hatinya.

Sistem inilah yang diterapkan dalam segala lini kehidupan hari ini, mulai dari sistem pendidikan, ekonomi, pergaulan hingga politiknya. Akibatnya kerusakan masyarakat dapat kita saksikan terjadi di sekeliling kita. Sudah semestinya kita mempertanyakan bagaimana kapitalisme dalam menjaga fitrah keibuan? Nyatanya sistem ini justru merusak fitrah keibuan.

Islam Menjaga Fitrah Ibu

Ibu yang paham agama, tidak akan sampai hati melecehkan anaknya. Sebab, ia sadar betul tugasnya sebagai pelindung juga pendidik pertama dan utama bagi buah hatinya. Ia akan sadar betul mana perbuatan yang diperbolehkan dan mana yang diharamkan oleh aturan agama (Islam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun