Mohon tunggu...
Vitta Anni Mumtaz
Vitta Anni Mumtaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi, Stiba Ar Rayyah Sukabumi

Belajar dari segala hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review "Rantau Bertuah"

19 Juni 2021   21:42 Diperbarui: 19 Juni 2021   22:09 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : Rantau Bertuah

Penulis : Tatty Elmir

Halaman : 345

Foto Full Colors

Penerbit : Yayasan Ayo Membaca(AMIND)

Tahun Terbit: 2020

ISBN: 978-602-51905-4-4

Kisah Hijrah & Himpunan Hikmah Pasangan DR. Reza Abdul Jabbar dan Silvia Pamudji WNI petani berskala besar di New Zealand, tertulis di cover buku. Terdiri 34 bab, yang setiap bab diawali dengan kutipan ayat Al-Qur'an, atau Hadits, bahkan ada juga perkataan para ulama. Penulis yang kala itu sedang mengunjungi keluarga Reza dan Silvia apik menceritakan dengan kata kata yang membawa suasana pembaca seakan berada disana, terlebih didukung dokumentasi atau foto foto di setiap akhir bab.

Buku yang sangat lengkap tentang kehidupan Reza yang bukan seorang petani saja, namun pendakwah ternama yang terkenal di negeri kiwi tersebut. Kisah awal merantau, sampai bagaimana menjadi petani dan peternak sukses yang dahulu sering dianggap remeh pekerjaan tersebut. Mulai dari  0 hingga jatuh dan bangun merintis semua itu tidak lain kehendak Allah subhanahu wa ta'ala. Sahut Reza yang selalu mengaitkan segalanya pasti kehendakNya. Perkataannya pun selalu berkaitan dengan ayat  Al Qur'an ataupun Hadits. "Khoirunnas anfa'uhum linnas, Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." Tekad Reza.

Silvia, perempuan hebat disisi Reza, istrinya yang tak kalah hebatnya. Pendukung suami, yang bahkan tak takut untuk terjun langsung dengan kerudung syar'inya menghadapi sapi sapi mereka. Partner hidup yang penuh inspirasi. Kisah pertemuan mereka pun tak luput tertulis. Melalui Taaruf, yang konon Reza sempat merasa akan ditolak. Dan kini Silvia ibu dari 5 anak mereka.

Sosok orangtua dalam mendidik anak tak terlepas dari kewajiban mereka. Menjadikan Rasulullah shallahu a'lahi wa sallam sebagai suri teladan nampak jelas di kehidupan sepasang suami istri ini. Bahkan aku terkejut, saat membaca bahwa Reza mengambil pelajaran didikan dari seorang Sultan Mehmed II, Muhammad Al fatih yang kita kenal sang penakluk  Kontantinopel. Menitipkan anak anaknya ke Ustadz yang telah dia selektif.  

Penjelasan tentang New Zealand. Perhitungan yang teliti tentang pemasukan dan pengeluaran uang mereka disana. Berpindah rumah untuk mencari lahan yang cocok, dikupas lengkap. Dan banyak perjuangan mereka, diantaranya mempertahankan WNI yang ternyata tidak gampang pikirku. Sampai  perjuangan  pembangunan  masjid di negeri minoritas muslim itu. Yang  berawal menyatukan umat muslim yang beragam, bukan yang  berkewarganegaraan Indonesia saja. Hingga sudah ada beberapa masjid.

Di setengah sampai akhir buku ini  membuatku sangat terpesona, hingga tenggelam membaca hingga larut malam. Bab Never Ending Learning, nggak ada akhir untuk belajar; membangkitkan lagi semangatku untuk belajar. Silvia kembali kuliah. Bukan melanjutkan S2 nya, namun S1 lagi. Lalu  di bab Amar ma'ruf nahi mungkar; diriku merasa tertonjok keras atas kelalaian menegakkan perintah Allah ini. Bab selanjutnya, seketika sedih hingga mataku berkaca kaca saat membaca bab Pasca Teror Christchurch. Serangan masjid Christchurch  yang memakan puluhan syuhada, membuat perhatian warga New Zealand kian melimpah terhadap islam.  Saat Jum'at, hari peringatan tersebut Reza berpidato tegas menguatkan para  muslimin  dan menyatakan bahwa teror itu tidak mengubah tata cara beribadah "we have no fear"sautnya. Para  polisi  pun ketat menjaga tempat tersebut, terutama kediaman keluarga korban.

Pandemic Covid 19 mulai tersebar.  Kali ini aku benar benar sangat terkagum, melanjutkan bacaan dan tak terasa sudah beberapa lembaran lagi menuju akhir. Negeri kiwi itu sangat  bijak dan hebat  mengatasi pandemi yang mereka lalui, hanya 3 bulan saja. Sungguh  bertolak belakang dengan negeri  tercinta ini.  Reza pun angkat  bicara perbedaan penanganannya.

Masyaallah sungguh masih banyak pelajaran dan hikmah yang di  dapat selain yang sudah saya review disini. Pelajaran bukan untuk dunia saja. Dakwah tersampaikan lewat bagaimana kehidupan Reza dan Silvia menjujung tinggi tauhid dan menegakkan sunnah. Untuk mejadikan review yang baik,maka ada pula menyebutkan kekurangan buku ini.  Adapun kekurangannya sedikit dan  murni kesalahan dari manusia. Satu kesalahan di penulisan sangat mengganjal menurutku karena akan terjadi perbedaan arti; tulisan "qalibul"  pada halaman 229 yang seharusnya ditulis "thalibul". Lengkapnya thalibul ilmi faridhotun 'ala kulli muslimin. Artinya menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. Lainnya, di buku ini banyak menggunakan bahasa inggris yang tidak semua diartikan, membuat seorang yang tidak mengetahui bahasa itu merasa jangggal dengan makna yang belum tersampaikan dengan jelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun