Penjelasan tentang New Zealand. Perhitungan yang teliti tentang pemasukan dan pengeluaran uang mereka disana. Berpindah rumah untuk mencari lahan yang cocok, dikupas lengkap. Dan banyak perjuangan mereka, diantaranya mempertahankan WNI yang ternyata tidak gampang pikirku. Sampai  perjuangan  pembangunan  masjid di negeri minoritas muslim itu. Yang  berawal menyatukan umat muslim yang beragam, bukan yang  berkewarganegaraan Indonesia saja. Hingga sudah ada beberapa masjid.
Di setengah sampai akhir buku ini  membuatku sangat terpesona, hingga tenggelam membaca hingga larut malam. Bab Never Ending Learning, nggak ada akhir untuk belajar; membangkitkan lagi semangatku untuk belajar. Silvia kembali kuliah. Bukan melanjutkan S2 nya, namun S1 lagi. Lalu  di bab Amar ma'ruf nahi mungkar; diriku merasa tertonjok keras atas kelalaian menegakkan perintah Allah ini. Bab selanjutnya, seketika sedih hingga mataku berkaca kaca saat membaca bab Pasca Teror Christchurch. Serangan masjid Christchurch  yang memakan puluhan syuhada, membuat perhatian warga New Zealand kian melimpah terhadap islam.  Saat Jum'at, hari peringatan tersebut Reza berpidato tegas menguatkan para  muslimin  dan menyatakan bahwa teror itu tidak mengubah tata cara beribadah "we have no fear"sautnya. Para  polisi  pun ketat menjaga tempat tersebut, terutama kediaman keluarga korban.
Pandemic Covid 19 mulai tersebar.  Kali ini aku benar benar sangat terkagum, melanjutkan bacaan dan tak terasa sudah beberapa lembaran lagi menuju akhir. Negeri kiwi itu sangat  bijak dan hebat  mengatasi pandemi yang mereka lalui, hanya 3 bulan saja. Sungguh  bertolak belakang dengan negeri  tercinta ini.  Reza pun angkat  bicara perbedaan penanganannya.
Masyaallah sungguh masih banyak pelajaran dan hikmah yang di  dapat selain yang sudah saya review disini. Pelajaran bukan untuk dunia saja. Dakwah tersampaikan lewat bagaimana kehidupan Reza dan Silvia menjujung tinggi tauhid dan menegakkan sunnah. Untuk mejadikan review yang baik,maka ada pula menyebutkan kekurangan buku ini.  Adapun kekurangannya sedikit dan  murni kesalahan dari manusia. Satu kesalahan di penulisan sangat mengganjal menurutku karena akan terjadi perbedaan arti; tulisan "qalibul"  pada halaman 229 yang seharusnya ditulis "thalibul". Lengkapnya thalibul ilmi faridhotun 'ala kulli muslimin. Artinya menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. Lainnya, di buku ini banyak menggunakan bahasa inggris yang tidak semua diartikan, membuat seorang yang tidak mengetahui bahasa itu merasa jangggal dengan makna yang belum tersampaikan dengan jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H