Mohon tunggu...
Vitta Anni Mumtaz
Vitta Anni Mumtaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi, Stiba Ar Rayyah Sukabumi

Belajar dari segala hal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Langkahku

8 Maret 2021   12:37 Diperbarui: 8 Maret 2021   13:54 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam yang panjang. Kamipun tertidur. Shubuh, kami sampai dilokasi testing, PT Arun Lhokseumawe, lalu turun dengan langit yang masih gelap. Masuk dengan berjalan menyelusuri lahan yang luasnya sekitar 2 hektar. Bertuju ke sebuah masjid, untuk sholat shubuh. Bingung di tanah nan sepi.  Kami menanyakan arah ke petugas sekali lagi. Dan akhirnya terlihat masjid besar nan indah masyaallah. Masjid Istiqomah PT Arun. Selesai menunaikan sholat shubuh. 

Duduk istirahat sambil melihat pemandangan sekitar masjid yang indah. Lalu perutku keroncongan. Untung ada sebungkus roti sisa tadi malam, bontot alakadanya, tidak sengaja dari rumah. Lanjut perjalanan kami ke Dayah modern yapena arun, sekolah tempat testing nanti. Bak perumahan, disini tak ada transportasi umum. Langkah demi langkah kami lalui dengan perut kosong. Mana mengenyangkan sepotong roti itu bagiku, seperti perkataan orang, orang Indonesia belum kenyang kalau belum makan nasi. Sambil menderet tas rensel hijau dengan roda. Hufs, lelah.

Sampai sudah, lalu kami menuju masiid. Beberapa menit duduk, aku mencoba menghubungi salah satu kakak yang dari sakan Julaibib yang kebetulan lagi izin pulang juga. "Vi lagi di PT Arun kak". "Oh sudah sampai mana?" "ini di pesantren PT Arun. Kak kami gak liat jualan sarapan, nasi gurih atau makanan lainnya" jawabku. "oke, tunggu kakak kesana". Kakak ini tinggal Lhoksumawe tak jauh dari PT Arun. kami bersiap siap, mandi di kamar mandi masjid. 

Jam 8 pas. Ujian tulis pun dimulai. Ada dua tahap testing ujian tulis dan interview. Ada senggang waktu sebelum interview aku menemui kakak Puput --namanya- bersama umi dan plastik berisi dua bungkus nasi ditangannya. "Ayo makan dulu" aku segera mendatangi mereka. Makan sambil bercerita singkat bagaimana sampainya kami di Lhokseumawe. "Iya, belum ngabari kalau berangkat kemarin. Dan baru ingat kakak lagi disini." Ujarku saat kak Puput kaget melihat kami sudah tiba disini. Terdengar pemberitahuan bahwa interview segera dimulai, segera kuselesaikan. Beranjak bangkit dan pergi ke ruang tersebut.

Alhamdulillah sudah selesai semua. Kini kami harus pulang. Mulai melangkah berjalan yang panjang itu. "Ibu naik apa kesini?" Tanya Kak Puput ke umiku. "Naik bus, terus jalan kesini." Sambil berterima kasih dan pamitan. "Ayo saya antarkan aja. Itu jauh." Hmm.. kan Cuma bawa satu kereta --orang menyebutnya motor-. "kita bisa tartik ni. dengan ukuran badan ini." Berpikir beberapa detik. Kak Puput menyiapkan kereta maticnya itu. Jreng... jalan yang panjang itu pun terlewati begitu cepat. Lanjut sedikit bercerita dengan Kak Puput. "ini langsung pulang Kak" tak disangka saking baiknya. Kami diantar sampai terminal bus. "Terimakasih kak" saat berpisah kembali. Beli tiket, dan ternyata belum ada pemberangkatan pada jam itu. Menunggu dan istirahat di mushola terminal.

Sesampainya di Medan. Aku harus segera balik ke asrama. Karena cuma izin 2 hari. Halaqoh pagi masih dengan letih yang belum hilang dan dengan perasaan berharap bisa lulus. "mau daftar kemana lagi ya? Sudah ikhtiar, tinggal berdoa dan menunggu hasilnya aja" hatiku seoalah berdialog. "'audzubillah himinassyaithonirajim" lanjut menghafal. Hari seakan tak berjalan. "Lama kali pengumumannya sih" kesal dalam hati. "udah keluar pengumumannya mi, yah?" Berkali kali ku tanya Umi dan Ayah saat menjengukku. Kegalauan mendatangiku lagi. Terlebih pengunduran pengumuman yang sering kudengar. Tak sadar sudah keluar. "alhamdulillah lulus" seluruh kakak kakak pun ikut senang.

Perpamitan, saling pelukan. Mata pun berkaca kaca. Tak ingin menetes, kuusapkan mataku berkali kali. Berangkat dengan seluruh keluarga ke bandara Kuala Namu Internasional Airport. Aku, Umi, dan kedua adekku berpisah dengan yang lainnya. Hanya kami saja yang akan takeoff. Itu pertemuan terakhir sebelum berangkat ke Sukabumi. Peluk, mata yang berkaca kaca kembali lagi. Dah.. kami ber-empat melambaikan tangan ke mereka. Bandung tujuan kami. Tempat tinggal paman yang memberitahukan kampus di Saudi itu. Sedangkan kedua adikku akan kembali ke pondoknya di Jogja. Selang beberapa hari saja. Keesokan harinya. Dari bandung, kami berempat dan sekeluarga pamanku menuju STIBA Ar rayyah, Sukabumi. Kurang lebih 2 jam perjalanan. Terlihat nyata gerbang kuning yang pernah kulihat di internet. Perasaan bercampur aduk. Sedih bakal jauh dari keluarga. Senang sudah bisa meminjakkan kaki di tempat yang indah ini. Masih dalam diam, heran tak menyangka.

Makan siang dengan bontotan. Lalu ketika hendak mengisi bukti beberapa persyaratan. Aku mulai membuka berkas persyaratan, tapi disana tidak ada pasphoto. Teringat itu ada di dompetku. Mencari, hingga membongkar koper. Tidak ada... ku jernihkan pikiran. Mungkin belum masuk tas saat berada di rumah pamanku. 

Terjatuh disela sela koper koper adekku. Pergi ke photocopy terdekat bersama paman dan supir. Memutari kampus Ar rayyah yang ternyata begitu luas dan asri. Menyetak pasphoto. Ternyata satu persyaratan lagi yang belum aku penuhi., SKCK -Surat keterangan catatan kepolisian-.Kesalah pahaman saat membaca persyaratan itu. Ku kira saat testing dibutuhkan. Tapi, kok gak diminta saat itu? Surat SKCK yang berlalu saat testing. Tertulis seperti itu. Jadi belum pernah mengurus itu.

Belum terpenuhi persyaratan menjadi larangan untuk masuk asrama. Berusaha untuk untuk buat surat itu. Pergi ke kantor polisi terdekat, hingga jauh. Aku bersama ukhti panitia yang baru aku kenal. Keluargaku tidak bisa menetap lama, karena kedua adekku harus segera balik ke pondok Ukhti Ulfah orang Sukabumi. Dia sangat baik membantuku. Mana bisa aku menjalani semua ini kalau bukan bantuaannya. Uang terhabiskan untuk angkot.  

Pemberian dari umi sebelum pergi. Karna dompetku tertingal. Bukan sehari kami mengurusnya. Kesusahan, aku bukan domisili sini. Ditolak. Hingga di kantor polisi terakhir menyarankan akan menempelkan sidik jariku disana dan mengirimkan ke medan. Lalu diurus di medan. Hingga terbanglah SKCK dari Medan. Alhamdulilah... Selalu bersyukur dan bersabar. Tidak tau akan takdir sebelum itu terjadi. Terus berusaha, berjuang dan diiringi doa. Dan di balik langkahku tak akan berhasil tanpa kehendak Illahi, yang telah mengirimkan manusia manusia baik disekitarku. Terimakasih. Perjuangan belum berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun