Aneka aroma pun tercium dari berbagai sudut, antara peluh biasa maupun peluh yang sudah ter-imbas oleh polusi maupun kotoran tubuh yang melekat di
badan para pedagang keliling yang saat itu berusaha keras menggapai tangga untuk menaiki kereta ekpres jurusan Kota - Serpong. Seorang bapak dengan masker di mukanya, menutupi sebagian hidungnya merengsek masuk kedalam gerbong dengan sedikit gumaman saat terdengar beberapa penumpang teriak bahwa kereta ini sudah terlalu penuh menampung orang.
" Halah.... kata siapa begini penuh?" Desaknya sambil mencoba dengan keras dan acuh tak acuh saat pundaknya beradu dengan penumpang lain. " Tuh liat sendiri, badanku masih bisa masuk, jadi jangan asal berkoar aja kalau tempatnya sudah penuh! Wong sama-sama bayar aja untuk angkutan ini kok ya mau sok-sok mewah" ujarnya geram dengan bau mulut naga-nya.
"Hhhsssh" desahku pelan. Ternyata tanpa ku sadari, dengusan juga letupan angin dari hidungku menyapu wajah hitam manis perempuan yang masih erat dan terus mencengkram tanganku. Lagi dan lagi ia berujar dengan sumringah "welcome to the jungle mbak", wuidih antara bikin nafsu pengen ngejitak wajah jailnya sementara kedua kakiku pun rasanya tak mampu menopang tubuh yang semakin lama semakin berat, dengan sepatu
berhak lancip 5cm makin membuat kedua kakiku bergetar kelelahan.
Melly nama gadis muda berwajah Portugis, selalu menggoda dengan kalimat-kalimat nakalnya terutama saat melihatku tampak kusut diantara padatnya penumpang KRL Kota-Serpong. Mungkin ia bahagia melihat ku bersimbah keringat di segala penjuru serta eratnya kedua tanganku menggengam lengannya saat kereta bergerak n berdenyit... Ia merasa menang karena ia selalu tampak ceria dan tak tampak lusuh baik wajah maupun pakaian yang ia kenakan walau tiap hari ia menggunakan transportasi KRL untuk berangkat kerja di kantornya di bilangan Kuningan.
Sementara aku yang baru sekali menempuh perjalanan dengan KRL ke Serpong saja sudah membuat tampangku porak poranda seperti terkena badai puting beliung.... Hiks rasanya cukup sekali aku merasakan KRL panas ini, walau katanya gerbong ini menggunakan air conditioner, tak terasa sedikitpun dinginnya angin AC, malah lebih terasa pengap dan sesak.
Salut aku dengannya.... Akhirnya terucap juga rasa syukur yang keluar dari rongga mulutku.. " Untung rumahku berdekatan dengan kantor.. Aku tidak perlu berdesak-desakan berdiri empat puluh (40) menit, bermandikan keringat untuk mencapai tujuanku".
Cukup dengan 5-10 menit menggunakan ojek yang kadang supirnya bau pun, aku bisa dengan cepat tiba di kantor tanpa perlu banjir peluh seperti yang dilakukan Melly tiap harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H