Mohon tunggu...
Selvia Vide
Selvia Vide Mohon Tunggu... Akuntan - ASN, Ibu Rumah Tangga, Anak Sekolahan

Suka mengamati, belajar dan merefleksikan apa yg didapat selama perjalanan hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi: Ngomong Gak Ngomong

18 Januari 2023   00:37 Diperbarui: 18 Januari 2023   00:41 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi tertulis adalah bentuk tahapan lanjut dari komunikasi lisan. Sejak manusia menemukan media untuk menuliskan pesan (batu,daun atau kertas dengan guratan atau tinta), maka komunikasi menjadi lebih luas dalam penyebarannya. Yang sebelumnya terbatas antar lingkup dua orang lalu sekelompok menjadi lingkup yang lebih besar lagi melintasi batasan tempat dan waktu melalui bentuk media cetak (koran/buku) dan dalam media saat ini yang lebih high-tech seperti website atau medsos. Komunikasi tertulis dapat terintepretasikan salah jika salah dalam menentukan konteks atau terdapat pengaruh budaya. Karena itu dalam komunikasi tertulis perlu rambu-rambu untuk membatasi dampak negatid komunikasi seperti ketersinggungan. Contoh mudah, di medsos sering terdapat netizen yang membully seseorang dan diungkapkan dalam bahasa tulisan, umumnya sejak awal pengelola medsos atau suatu komunitas chat online akan menyatakan do and don't dalam berkomunikasi tulisan. Gak lucu banget kalau gara-gara tulisan digrup chat bisa membuat suami istri berseteru karena bahasan selingkuhan, misalnya. Meskipun demikian dalam konteks formal komunikasi tulisan memperjelas posisi dari komunikator dan komunikan serta apa yang ingin disampaikan. Selain itu komunikasi tulisan merupakan bentuk suatu pertanggungjawaban/akuntabilitas dari apa yang dilakukan komunikator dan komunikan, serta dapat dibawa dalam konteks ranah hukum, sehingga komunikasi tertulis harus selalu disikapi dengan hati-hati.

3. Komunikasi ekspresi wajah

Pernah kan ketemu orang yang menjawab salam dengan halus namun ekspresi wajahnya terlihat kesal atau sambil lalu. Di era pandemi Covid-19 memang sulit melihat ekspresi wajah karena semua orang menggunakan masker. Indikasi yang tetap dapat tertangkap adalah dari eksepresi pandangan mata dan gesture alis. 

Ekspresi wajah dan bukan bentuk wajah, merupakan media untuk berkomunikasi. Sering kita melihat beberapa pasangan yang sudah sangat dekat hanya dengan berpandangan mereka sudah saling mengerti, dan biasanya kita komentasi, wah pakai telepathy nich komunikasinya...hahaha, lebih tepat kadang kedekatan dengan seseorang akan menciptakan kemampuan komunikasi selain lisan antara komunikator dan komunikan. Pernahkah anda melakukan dengan pasangan atau teman anda, saat anda bosan di satu tempat dan hanya dengan memberikan pandangan penuh makna maka pasangan atau teman anda akan langsung tahu, bahwa anda mengajak untuk segera kabur dari ruangan tersebut. It goes without saying, demikian saya menyebutnya.

4. Komunikasi dengan gerakan (gesture)

Komunikasi dengan gesture tubuh merupakan bentuk komunikasi tertua di dunia. Adakah yang bisa bilang, bahwa saat saya melambaikan tangan meaning saying goodbye, maka orang di depan saya tidak akan membalas baik dengan gerakan yang sama, atau merespon dengan komunikasi lisan, menanyakan kita mau kemana. Atau saat anda mendengarkan satu ceramah dan anda menguap, teman anda tidak akan mengambil kesimpulan bahwa anda bosan? atau kurang tidur tadi malam? Gesture atau komunikasi gerakan tubuh menjadi satu bentuk komunikasi yang cukup tricky. Jika anda ke Jepang saat berhadapan dengan orang yang lebih senior atau dihormati, membungkuk menjadi satu bentuk komunikasi yang dilakukan orang yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya. Pernah punya pengalaman saat menemani Pak Boss ke negeri sakura tersebut, kebetulan Pak Boss diterima di ruangan pimpinan dkantor yang kita kunjungi. Setelah perbincangan di ruangan maka kita semua pamit dan melewati ruang staf pimpinan tersebut, maka seluruh staf yang ada di ruangan tersebut berdiri dan membungkuk. Masalahnya, Pak Boss tiba-tiba melanjutkan perbincangan sambil berdiri dengan pimpinan tersebut, otomatis semua staf yang ada di ruangan tersebut tetap membungkuk hampir 25 menit menunggu selesainya percakapan informal yang dilakukan sambil berdiri tersebut. Bayangkan kalau di Indonesia, tentu para staf tadi tetap duduk dan bekerja di meja masing-masing. Jika anda di posisi staf yang harus membungkuk selama hampir 25 menit tadi, apa yang anda pikirkan. Yang pasti tidak akan ada komplain atau keluhan marah dari para staf tadi, karena itulah bentuk budaya mereka. Buat kita yang berbeda budaya maka akan jadi lain ceritanya.

Jadi dari empat bentuk komunikasi tersebut, yang mana paling sering kita gunakan. Kalau saya terus terang komunikasi lisan paling mendominasi. Cuma, saya atau kita terkadang lupa bahwa komunikasi dengan gesture wajah/mimik dan gesture tubuh, merupakan komunikasi yang tak terucap. Dan dua bentuk komunikasi ini sering kita abaikan. Contoh gampang kembali ke curcol-an teman saya, mau rumah tangga harmonis tanpa pertempuran setiap hari, kedua bentuk komunikasi yang paling akhir adalah jawabannya. Senang gak sich suami disuguhin senyum tulus seorang istri saat baru datang dari kantor, yang jawab gak senang, hahaha...perlu dipertanyakan kewarasannya. Mungkin sebagai suami punya hari yang berat di kantor, ketemu orang yang bikin pengen balikkin meja, tapi percayalah senyum seorang istri bagaikan air dingin yang menyirami bara api dalam dada. Begitu juga sebaliknya, betapa akan senangnya seorang istri kalau suaminya mencium kepalanya atau dahinya saat hati sedang kesal karena ulah anak-anak misalnya. It takes tindakan kecil tapi penuh makna, dibanding seribu satu macam ucapan pujian atau kata-kata rayuan tertulis namun diberikan dengan wajah cemberut dan gesture tubuh marah. Ketulusan dan trust adalah dua hal yang harus selalu ada dalam komunikasi. Pasti anda protes, tidak semua orang punya dua hal itu. Benar! Bad intention akan menjadi satu barrier dalam komunikasi yang efektif. Nah, buat semua yang memang harus berkomunikasi untuk mencapai tujuan, entah bentuk komunikasi mana yang anda pilih, cuma satu kuncinya: komunikasi bisa efektif dan berdampak menyenangkan hati kedua belah pihak, jika kita start simple, dengan ketulusan dan trust. Yuk, coba hari ini, dan lihatlah di akhir hari apa yang anda rasakan.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun