"There is no delight in owning anything unshared."-- Seneca
Menurut bangsa Jepang tahun ke-77 disebut 'kiju' dimana karakter 'ki' terkait dengan nasib baik sehingga angka 77 diartikan sebagai angka keberuntungan.Â
Jika demikian maka tagline HUT RI ke-77 tahun 2022 'Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat' sudah tepat menjelaskan betapa bangsa Indonesia memiliki keberuntungan untuk selalu berusaha dan berpikir positif menghadapi segala persoalan sejak pandemi sampai dengan saat ini dimana resesi global melanda sebagai dampak perang, salah satunya.
Mengapa saya mengambil quote diatas, berkaca pada saat bangsa ini dilanda pandemi maka tergagap-gagaplah seluruh dunia menghadapi dewa maut yang tak kasat mata, ditambah dengan informasi dan pemberitaan yang simpang siur sehingga semakin mengerikanlah dunia ini untuk ditinggali.Â
Tapi mau kemana lagi seisi dunia ini, pandemi harus dihadapi dan bangsa ini harus diselamatkan. Pemikiran para pemimpin Indonesia untuk berkolaborasi dengan bangsa lain, memenuhi ketersediaan vaksin menjadi salah satu langkah strategis.Â
Memproduksi vaksin tidak semudah membuat kue, perlu sumber daya, perlu waktu dan perlu pengujian, sementara bangsa ini diambang ketakutan dan menghilangkan trust bahkan kepada orang terdekat karena khawatir tertular.Â
Dua tahun menjadi masa ujian untuk pemerintah dan bangsa ini, apakah Indonesia akan sustain diterpa badai Covid-19. Di awal 2022 setidaknya kita dapat melihat hasilnya walau kehati-hatian tetap menjadi concern pemerintah, namun trust mulai tumbuh perlahan bagi bangsa ini seiring dengan meningkatnya kesiapan pemerintah dan bangsa ini menangani pandemi.
Mau berleha-leha menarik napas panjang sehabis pandemi dengan PR utama mendorong pertumbuhan ekonomi sepertinya menjadi impian yang terlalu tinggi. Perang Rusia-Ukraina menambah salah satu krisis di bidang energi dan pangan yang dampaknya sampai juga ke bangsa ini.Â
Tiba-tiba kita semua tersadar betapa besarnya subsidi BBM yang harus ditanggung pemerintah dan sebagian harus dibayar melalui hutang. Padahal tahun 2018 BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sudah menyampaikan pendapat kepada pemerintah terkait subsidi BBM.Â
Namun karena dalam UU 15 tahun 2006 tidak mengatur mengenai tindak lanjut atas pendapat yang diberikan BPK, sepertinya semua masih bergerak dengan lambat menanggapi pendapat BPK tersebut. Apakah lambat tindak lanjutnya atau tidak terinformasikan kepada publik, sepertinya itu menjadi isu yang kalau dibahas pasti lebih panjang dari isi yang dibolehkan dalam blog ini.
Sore ini saya menonton film tentang Sustainable Nation yang diproduksi tahun 2019, yang bercerita bagaimana masyarakat Uganda harus struggle untuk memperoleh air bersih dan masyarakat India yang harus bergulat dengan banyaknya sampah di lingkungan masyarakat bahkan air yang diminumpun terkontaminasi.Â
Lalu sekelompok orang-orang dari negara maju yang melakukan riset dan menggembangkan teknologi untuk memproduksi air bersih sehingga membantu masyarakat Uganda dan India.Â
Meskipun di film tersebut tidak membahas bagaimana menanggulangi sampah di India, setidaknya film tersebut ingin menjelaskan bahwa melalui kolaborasi maka bangsa-bangsa yang terancam punah karena kerusakan alam dapat ditolong dengan pemanfaatan teknologi.Â
Herannya saat saya search di mbak Google, ukuran sustainabiliy suatu bangsa selalu diukur dengan Environmental Performance Index (EPI) dimana negara paling sustain dari sisi pengelolaan lingkungan hidup adalah Switzerland. Bahkan kalau tidak salah dari tingkat kenyamanan hidup, Switzerland juga nomer satu.Â
Lalu dimana Indonesia? Kita akan bilang, kita masih muda baru 77 tahun. Masih a long way to go. Switzerland sendiri merdeka di tahun 1291 jadi kalau dibandingkan dengan Indonesia hampir selisih 600 tahun lebih.Â
Jadi jangan sering protes, kok negara Indonesia kalah maju sama negara-negara Eropa, ada baiknya kita melihat usia bangsa, luas wilayah dan penduduk. Sebagai bangsa dengan salah satu penduduk terbesar di dunia, wajar lah kalau mengelola negara ini lebih kompleks dan sulit dibanding bangsa lain yang lebih kecil dalam hal wilayah dan warganya. Maturity does matter...
Back to isu, memang negara kita sama dengan Uganda dan India dalam hal permasalahan ketersediaan air bersih dan sampah. Namun saya lihat ini bukan isu yang tidak ditangani oleh pemerintah, namun kedua hal tersebut juga harus disertai dengan kesadaran masyarakat.Â
Jadi kalau tagline HUT RI ke-77 tahun: Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat' mau terwujud maka masyarakat juga harus bahu-membahu dengan pemerintah untuk bergerak bersama. Tahun 2022 ini juga merupakan tahun yang luar bisa bagi bangsa Indonesia, dimana Presidensi G20 diemban oleh Indonesia.Â
Kesempatan langka yang hanya 20 tahun sekali atau 1/4 nya dari jadwal munculnya komet Hailey yang 76 tahun sekali (apaan sich...perbandingan yang gak nyambung, maksa...hahaha).Â
Artinya, 20 tahun lagi barulah Indonesia kembali jadi Presidensi G20. Kesempatan langka yang ternyata dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia, salah satunya menyerukan perdamaian kepada Rusia dan Ukraina, termasuk mendorong investasi negar-negara Asia seperti Jepang, China dan Korea sebagai bagian usaha pemerintah mendorong kembali roda ekonomi agar berputar.Â
Jadi sebagai warga negara yang baik ada baiknya kita juga banyak membaca dan mengaglomerasikan peran Indonesia sebagai Presidensi G-20. Yang unik, di Presidensi ini Indonesia juga mengusulkan dua Engagement Group baru sebagai bagian komunitas Working Group dan Engagement Group dalam G20 yaitu Supreme Audit Institution 20 (SAI20) dan Parlement 20 (P20).Â
Artinya Presidensi Indonesia memandang perlu dalam komunitas G20 ada peran Parlemen dan juga SAI sebagai bagian dari dukungan akuntabilitas dan transparansi program dan kegiatan G20. Pemikiran strategis yang tentu akan meninggalkan legacy baik bagi naman Indonesia.
Jadi sebelum saya akhiri, refleksi HUT RI ke-77 tahun di sore hari menjelang 17 Agustus, hari kemerdekaan Indonesia, saya cuma mau menyampaikan, gegap gempita perayaan tidak menghilangkan kewajiban kita semua, untuk menjaga keberlangsungan bangsa ini.Â
Jika dunia sudah semakin mengakui peran Indonesia di kancah internasional, maka menjadi PR warga negara Indonesia mengisinya. Seperti quote di atas, jika kita memiliki semua sendiri maka tidak ada kebahagian didalamnya.Â
Marilah di HUT RI ke-77 tahun ini kita kembali berkaca, apa yang sudah kita sharing ke bangsa ini, yang pasti bukan sampah atau masalah atau cercaan terhadap pemerintah, tapi lebih pada legacy baik yang akan dikenang oleh anak cucu kita. Pentingkah nama kita?Â
Ada quote yang bilang 'what is a name', apa yang baik untuk 'Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuta' bukanlah milik perseorangan, tapi milik bangsa ini, milik saya, miliki kamu dan milik kita semua. Dare to share....???
Referensi:
1. https://www.youtube.com/watch?v=GH2_0F-flT8 Sustainable Nation
2. https://thesustainablelivingguide.com/most-sustainable-countries/ 10 Most Sustainable Countries in the World
3. https://natran.com/the-most-sustainable-countries-on-earth-according-to-the-environmental-performance-index/ The most sustainable countries on erath according to the environmental performance index
4. https://politik.brin.go.id/kolom/politik-internasional/indonesias-g20-presidency-advantages-from-within/ Indonesia's G20 Presidency: Advantages from Within
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H