Peryaaan hari ulang tahun Republik Indonesia mestinya menjadi hiburan yang menyenangkan bagi semua warga. Namun, para kenyatannya, 17-an sering berbuah tragedi. Seperti yang saya baca di media lokal di Lampung misalnya perayaan HUT RI malahan jadi tragedi. Tragedi itu terjadi karena hiburan organ tunggal yang digelar hingga pagi hari diwarnai dengan perkelahian penonton.
Sudah bisa diduga, mereka berkelahi karena sebab sepele. Ironisnya, yang meninggal justru warga yang berusaha melerai perkelahian. Sedangkan para pelaku kabur dan jadi buronan polisi. Di mana polisi (Babinkamtibmas) dan panitia? Entahlah. Yang pasti, organ tunggal memakan korban sudah sering terjadi di Lampung. Tidak hanya di kampung di wilayah kabupaten, tapi juga di kota (Bandar Lampung).
Kita layak menyesalkan tragedi dengan korban jiwa terjadi dalam perhelatan perayaan HUT RI. Sebab itu, setiap daerah sudah selayaknya ada aturan tegas bahwa hiburan malam -- meskipun itu untuk perayaan HUT R -- tidak digelar sampai pagi hari. Selain menganggu warga lain yang seharusnya sudah bisa istirahat, hiburan dengan suara pengeras suara yang keras itu juga kerap memicu keributan. Dan, biasanya, jika sudah lewat tengah malam maka para penonton tidak bisa dikontrol lagi. Misalnya, ada kelompok pemuda dari daerah lain ikut nimbrung. Sekadar menonton sih tidak apa-apa. Bahayanya adalah jika mereka mabuk atau mau ngetes keberanian pemuda lain kampung.