Mohon tunggu...
Vivi Damayanti
Vivi Damayanti Mohon Tunggu... -

menjalankan toko online dari rumah, mencurahkan energi dengan menulis di http://vividamayanti.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Action, Doing, Working!

24 Januari 2012   00:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam-malam saya tertegun oleh sms yang saya terima dari seorang teman. Intinya ia menyampaikan bahwa beberapa teman merasa iri melihat saya bebas kemana saja, terlepas dari jam kantor. Dan kemudian ia melanjutkan sms itu dengan menyampaikan keinginannya untuk “lepas” dan berusaha sendiri dari rumah, seperti saya. Posting saya sebelumnya : Karyawan, Wirausaha dan Kebebasan sebebenarnya sudah menjawab kegalauan yang sempat dilontarkan teman saya. Hal ini pun sempat saya sampaikan di sms reply saya malam itu, bahwa jangan melihat saya dari luarnya saja, bisnis sendiri butuh mental yang kuat dan persiapan matang, tidak segampang yang kelihatan dari luar.

laptop dan batik caseku

Saya memang bebas kemana saja “semau saya” tanpa terikat jam kantor dan peraturan kantor. Saya bisa melakukan pekerjaan saya tanpa terikat SOP, dan saya bisa “bekerja” hanya dengan bercelana pendek dan bersepatu kets. Nah kalau dilihat dari luar memang kelihatan “enak dan bebas” Apakah dia tahu bahwa saya sekarang bekerja lebih lama dari waktu saya masih ngantor dulu? Kalau dulu terikat jam kantor yang mulai pukul setengah delapan pagi dan selesai pukul empat sore, sekarang ini saya biasa mulai pukul tujuh pagi, dan kadang belum berhenti sampai malam hari.. Saya juga menuntut diri sendiri untuk berpikir dan berusaha lebih keras, karena saya saat ini membangun sesuatu buat masa depan saya, kalau saya berhenti berusaha, artinya saya telah melangkah mundur. Dulu saya hanya meluangkan pikiran saya, untuk memacu kreativitas sesuai program kerja dan deadline, sekarang ini? mmm jelas tidak bisa… Apakah dia tahu, bahwa saya harus pontang-panting cari dana kesana-kesini, kalau pembayaran dari rekanan mundur, sementara bisnis harus running tiap hari? Bahkan terkadang kebutuhan pribadi harus mengalah.. Dulu, saya hanya wajib masuk kantor, semua hak-hak saya sebagai karyawan terpenuhi… gak perlu berpikir kesana kemari… Mau makan, di kantor tersedia, transportasi ada, tunjangan kesehatan terpenuhi, asuransi juga, ditambah dengan gaji… Tinggal masuk kantor buka laptop, dan mengerjakan sesuai schedule… beres… kalo udah selesai ya udah stop dulu… Lha kalau sekarang? Saya sakit kudu bayar sendiri, mau makan, kudu jualan barang dulu, mau nabung buat masa depan? tergantung hasil yang didapet hari ini..  supaya dapet maksimal saya harus bekerja maksimal juga.. kalo kerja seadanya, ya hasilnya seadanya juga… Pertimbangannya :usaha yang saya jalani juga sudah running saat saya memutuskan untuk resign, bukan baru memulai. Saya juga menyisihkan dana tertentu sebagai cadangan saat awal-awal saya lepas dari kantor. Belum lagi saat-saat penyesuaian yang sungguh tidak mudah. Awalnya saya justru terlalu workaholic dan lupa waktu… Malam semakin larut, dan sms-sms dari teman saya ini terus berdatangan.. jujur saya takut memberikan jawaban yang salah, karena saja juga masih terus belajar..

Saya hanya bisa menjawab : Setiap pribadi mempunyai jalannya sendiri, menjadi karyawan atau wirausaha adalah pilihan dimana jiwa kita bisa tentram berada… apapun itu lakukan yang terbaik dan dirimu akan menemukan jalanmu…

Semangat teman! Temukan hal positif dari dalam dirimu dan berkembanglah.. Ingat yang dikatakan Pak Mario Teguh : action, doing, working : menyelesaikan masalah-masalah hati .. Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun