kelompok 7: Dedi Rahmat Hidayat, Aji Sukma Sanjaya, M. Akhfan Devaardiansyah, Vivi Nur Cahyanti Agustyas
Sebelum masa rekonstruksi, Amerika Serikat mengalami peristiwa hebat sepanjang sejarah Amerika Serikat yaitu terjadinya perang saudara tahun 1861-1865. Perang saudara tersebut terjadi saat Abraham Lincoln menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat tahun 1861. Penyebab terjadinya Perang Saudara Amerika sangat kompleks, tetapi akar permasalahan perang saudara ini adalah masalah perbudakan. Perbudakan yang berlangsung di Amerika sejak abad ke-17 menjadi sumber ketegangan politik di negara itu pada 1850-an.
Masa Rekonstruksi dikenal pula sebagai masa pembangunan kembali untuk negara-negara bagian yang berada di wilayah selatan maupun negara-negara bagian Utara. Rekonstruksi wilayah di Amerika Selatan merupakan penataan kembali masyarakat Amerika Serikat dari adanya perang saudara. Perang Saudara Amerika (1861-1865) bagaikan pisau bermata dua bagi Amerika Serikat. Di satu sisi, perang ini mengakhiri sistem perbudakan yang menindas. Namun, di sisi lain, luka yang ditinggalkannya begitu dalam. Negara terbelah menjadi dua, infrastruktur hancur lebur, dan jutaan orang terlantar. Di wilayah Selatan, runtuhnya sistem perbudakan membawa perubahan besar. Para budak yang dimerdekakan, meskipun terbebas dari belenggu perbudakan, masih dihadapkan pada masa depan yang penuh ketidakpastian. Tanpa hak dan perlindungan yang memadai, mereka harus berjuang keras untuk membangun kehidupan baru. Perang Saudara Amerika menjadi babak kelam dalam sejarah Amerika Serikat. Luka yang ditinggalkannya masih terasa hingga saat ini. Perang saudara terhenti setelah pihak Utara memenangkan perang dan berhasil untuk menghentikan perbudakan. Hal ini berdampak pada segi ekonomi, sosial budaya,dan politik di Amerika. Kemenangan yang diraij oleh pihak Utara mampu membebaskan sekitar 4 juta budak. Budak yang telah dibebaskan tidak memiliki tanah garapan serta para tuan yang menjadi miskin dan memiliki hutang yang banyak.
Presiden Andrew Johnson (1865-1869) menjalankan program pemulihan pasca-Perang Saudara yang dikenal sebagai Rekonstruksi. Program ini bertujuan untuk membantu negara-negara bagian Selatan yang kalah kembali ke dalam Uni. Tetapi kebijakan Rekonstruksi Presiden Johnson ditentang keras oleh Kongres yang dikuasai Partai Republik. Hal ini berujung pada pengesahan Undang-Undang Masa Jabatan (Tenure of Office Act) pada Maret 1867.
Kondisi sosial ekonomi pasca-Perang Saudara
Perang Saudara telah menghancurkan infrastruktur, industri, dan sistem perbudakan di Selatan. Hal ini menyebabkan kemiskinan yang meluas, pengangguran, dan kelaparan. Perubah Sistem perbudakan dihapuskan, dan para budak dibebaskan. Hal ini memaksa para petani Selatan untuk mencari sistem tenaga kerja baru dan beradaptasi dengan ekonomi pasar. Munculnya sistem sharecropping, di mana petani menyewa tanah dari tuan tanah dan membagi hasil panen, menjadi sistem kerja yang dominan di Selatan. Sistem ini sering kali mengeksploitasi petani dan membuat mereka terperangkap dalam siklus kemiskinan.
Kondisi sosial politik pasca-Perang Sauadara
Kondisi sosial politik pada masa rekonstruksi terdapat beberapa permasalahan yang rumit selain ekonomi dan sosial, permasalah politik juga menjadi permasalahan yang rumit karena beberapa kepentingan, masalah tersebut salah satunya menegakkan suremasi politik kaum republik. Pemerintahan militer federal mengawasi administrasi militer di Selatan. Baik Andrew Johnson maupun Abraham Lincoln melakukan upaya untuk membangun kembali wilayah Selatan dan mengintegrasikan kembali mantan budak ke dalam masyarakat. Kongres memperdebatkan cara membangun kembali Korea Selatan dengan sangat rinci. Partai Demokrat, yang biasanya menentang emansipasi dan hak-hak sipil kulit hitam, tidak setuju dengan Partai Republik, yang menganjurkan hak-hak tersebut.
Rekonstruksi masa presidensial
Rekonstruksi Amerika Serikat Pasca Perang Saudara (1865-1877): Masa Presidensial, Kongres, dan Kegagalan di Selatan. Era Rekonstruksi di Amerika Serikat berlangsung dari tahun 1865 hingga 1877, menandai periode pasca Perang Saudara yang penuh gejolak. Tujuan utamanya adalah untuk mengintegrasikan kembali negara-negara bagian Selatan yang kalah ke dalam Uni, menghapuskan perbudakan, dan melindungi hak-hak budak yang baru dimerdekakan. Abraham Lincoln (1861-1865): Memfokuskan pada persatuan nasional dan kelanjutan perang. Proklamasi Emansipasi (1863) membebaskan budak di negara-negara bagian Konfederasi. Sedangkan Andrew Johnson (1865-1869): Mempromosikan "Rekonstruksi Presidensial" yang lebih lunak, mengembalikan hak-hak sipil kepada mantan Konfederasi, dan menentang hak pilih bagi orang Afrika-Amerika, dan Ulysses S. Grant (1869-1877): Melindungi hak-hak orang Afrika-Amerika dengan menggunakan kekuatan federal, memberlakukan Amandemen Ke-14 dan Ke-15, dan memerangi Ku Klux Klan.
Penataan wilayah selatan
Dampak politik Perang Saudara Amerika telah mengakibatkan berkurangnya keanggotaan Partai Demokrat, khususnya yang berkaitan dengan distribusi anggota Kongres di wilayah selatan. Partai Demokrat tidak lagi menjadi suara oposisi dalam pemerintahan ketika Partai Republik mampu mengambil kendali Kongres. Union mengalami sejumlah masalah dalam menata kembali wilayah selatan seusai Perang Saudara. Kurangnya sumber daya manusia bagi budak menjadi alasan di balik kegagalan reorganisasi wilayah selatan. Mayoritas budak di Afrika tidak berpendidikan, tidak terampil, dan miskin. Mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk mandiri dan bertanggung jawab karena sistem perbudakan yang selalu memaksa mereka untuk mengikuti pemerintah. Budak di Utara diberikan kebebasan dan persamaan hak, namun hanya dalam teori. Kinerja buruk masyarakat kulit hitam selama fase pembangunan kembali menghadirkan tantangan lain bagi federasi. Selain pakaian yang mereka kenakan setelah dibebaskan, mayoritas mantan budak tidak memiliki topi.
Perkembangan wilayah Utara
Banyak aspek kehidupan yang rusak di wilayah selatan akibat dampak Perang Saudara (1861--1865). Perang saudara hampir merugikan wilayah utara, sehingga pemerintah federal tidak mengalami kesulitan dalam menciptakan sejumlah elemen. Banyak orang di utara menjadi kaya akibat Perang Saudara (1861--1866), baik selama maupun setelah perang berakhir. Mereka melakukan hal ini dengan memanfaatkan perdagangan dan potensi sumber daya alam, yang mungkin berdampak pada dimulainya revolusi industri Amerika dan mempercepat pertumbuhan pasar. Kemunculan ahli teori politik perempuan seperti Susan B. Anthony (1820--1906) di berikan fasilitas dengan perluasan bidang politik di Utara. Ia dilahirkan dalam keluarga Quekar Liberal Massachusetts.
Masa akhir rekonstruksi
Meskipun secara teori pembangunan kembali baik-baik saja, pemerintah Amerika tidak dapat menyelesaikannya, dan akibatnya, struktur yang dibangun kembali menjadi tidak stabil dan akhirnya runtuh. Negara melanggar janji persamaan hak yang dibuat dalam amandemen tahun 1870, termasuk amandemen yang melarang pelecehan ras atau diskriminasi dalam pemilu dan memasukkan amandemen XV ke dalam konstitusi. Terdaat berbagai sebab kegagalan rekonstruksi di Amerika Serikat yaitu: kegagalan rekonstruksi disebabkan oleh perlawanan yang terorganisir dengan baik dan terkadang disertai dengan kekerasan, fanatik dari mayoritas warga kulit putih Selatan, adanya budak bebas yang buta huruf, bodoh, tidak berpengalaman, dan sangat miskin, adanya kondisi ekonomi dan pendidikan yang tidak memadai, dan koalisi yang goyah di dalam negeri. Selain itu, adanya Partai Republik di Selatan. Masyarakat Utara hanya secara lahiriah mendukung perjuangan hak rekonstruksi; pada kenyataannya, mereka anti-rekonstruksi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI