Mohon tunggu...
Vivi Azlinda
Vivi Azlinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai sesuatu hal yang berhubungan dengan cerita fantasi, cerita kehidupan, politik, asmara, dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kesalahan Visualisasi Bakat Anak

29 Agustus 2023   07:13 Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:21 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi hal umum melihat keberagaman peserta didik. Keberagaman peserta didik memberikan banyak pilihan bagi guru untuk mempersiapkan pembelajaran. Keberagaman yang dimaksudkan meliputi kecerdasan bermusik, bersosialisasi, berbahasa, kemampuan spasial, berlogika, kinestetik, ekstensial, naturalis, dan intrapersonal. Anak dapat memiliki dua atau lebih kecerdasan-kecerdasan di atas. Anak pun akan semakin hebat dengan mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya.

Keberagaman peserta didik akan menjadi boomerang untuk diri mereka sendiri jika tidak dimanfaatkan sesuai dengan porsinya. Pasalnya, beberapa anak menyukai music namun menyukai musik dengan tayangan 18+. Adapula anak yang menyukai desain atau menggambar namun mereka menggambar hal-hal yang berhubungan seksual. Melihat kasus demikian, visualisasi bakat anak tidak direalisasikan dengan baik dan justru menghasilkan hal-hal yang merugikan diri sendiri. Kasus yang lebih miris lagi jikalau anak mengajak teman yang lain untuk melakukan hal yang sama. Hal ini akan menjadi kegiatan berkelanjutan dan semakin merambah ke anak yang lain.

Visualisasi bakat anak didukung oleh pertumbuhan dan perkembangan anak yang memasuki masa pasca pubertas. Pada masa pubertas, perkembangan psikis yang paling penting adalah munculnya pemikiran abstrak, tumbuhnya kemampuan menyerap cara pandang atau sudut pandang orang lain, meningkatnya kemampuan introspeksi, berkembangnya identitas pribadi dan seksual, pembentukan sistem nilai, dan masih banyak lagi. Merujuk pada perkembangan seksual pada anak, anak usia remaja akan belajar tentang berbagai hal keintiman. 

Mereka akan bergerak menuju rasa yang lebih dewasa dari diri dan tujuan mereka sendiri. Hal ini menimbulkan meningkatkan emosi dari dalam diri serta memicu peningkatan kemampuan verbal dalam mengekspresikan diri.

Kesalahan visualisasi bakat anak tidak terlihat apabila tidak mendapat perhatian khusus maupun pengamatan mendalam dari orang sekitar. Sederhananya, tentu anak akan menvisualisasi hobinya tidak di ruang terbuka melainkan di ruang kecil atau dari kebiasaan-kebiasaan yang ditoleransi oleh orang sekitarnya. Contohnya menggambar objek yang tidak pantas atau memutar musik dengan tampilan yang 18+ atau bermakna vulgar. Meskipun media sosial telah membatasi batas tontonan untuk anak di bawah umur, akan tetapi cara tersebut belum efektif mencegah anak usia SMP mendapatkan informasi-informasi tertentu.

Berdasarkan kesalahan visualisasi bakat anak, pihak-pihak sekolah dan orang-orang di sekitar perlu untuk bekerja sama dalam membimbing anak dalam menvisualisasi bakatnya secara tepat. Pihak sekolah khususnya guru dapat mendesain strategi pembelajaran berdiferensiasi. 

Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi salah satu solusi atas permasalahan bakat anak. Mengapa demikian? Pembelajaran diferensiasi memiliki berbagai macam jenis agar peserta didik mendapatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Pembelajaran berdiferensiasi meliputi motivasi belajar, kesiapan belajar, gaya belajar, dan lain-lain. Namun sebelum itu, guru perlu untuk melakukan assesmen diagnostik agar guru mengetahui kemampuan awal serta gaya belajar peserta didik. Data ini sebagai acuan awal dalam menentukan diferensiasi yang sesuai untuk peserta didik.

Pembelajaran diferensiasi dapat menjadi alat untuk menyalurkan hobi anak dalam menyalurkan bakatnya. Guru dapat mengintegrasikan konten yang menfokuskan pada hal yang bersifat kontekstual agar pembelajaran dapat dengan mudah dipahami. Guru juga dapat menerapkan model pembelajaran berbasis proyek (PJBL). Dengan model ini, peserta didik dapat berkreasi dengan memanfaatkan teknologi sesuai gaya belajar mereka. Anak-anak pun akan antusias dan bersemangat mengerjakan projek karena sesuai dengan gaya belajar mereka.

Selain pembelajaran berdiferensiasi, pemantauan dan pengamatan harus dilaksanakan oleh guru secara berkelanjutan. Pengamatan di dalam kelas maupun di luar kelas meliputi aktivitas peserta didik dan pergaulannya di dalam kelas. Guru juga perlu untuk mendekat secara personal agar guru dapat menemukan cara lain agar anak terhindar dari hal negatifnya dulu serta mengalihkan pemikiran anak untuk kembali melakukan hal negatif.

Sesungguhnya, banyak cara yang dapat digunakan oleh sekolah terutama guru di kelas untuk menjauhkan peserta didik dari kebiasaan negatif dan kesalahan menvisualisasi bakat anak. Namun, perencanaan dan kerjasama dibutuhkan agar dapat bergerak ke arah masa depan lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun