Mohon tunggu...
Vivi irawati
Vivi irawati Mohon Tunggu... Human Resources - mahasiswa

menjadi orang yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Labil

29 September 2021   10:09 Diperbarui: 29 September 2021   12:38 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagaimana telah dikatakan bahwa psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak. Pendidikanlah yang mampu menolong manusia. Baik buruk sifat manusia, ditentukan oleh pendidikan yang diterima oleh individu tersebut. 

Pendidikan yang paling utama dan pertama turun dari keluarga, dikatakan pertama karena bayi yang baru lahir pertama kali dikenalkan dengan lingkungan dan mendapat pembinaan dari keluarga. Pendidikan yang pertama ini sebagai pondasi awal untuk pengembangan- pengembangan berikutnya.

Keluarga mempunyai peran penting terhadap proses pembentukan karakter anak. Pengelompokan usia anak-anak menjadi sebuah bagian dari perkembangan manusia. Akan tetapi, masa remaja lah yang menjadi proses penting untuk diperhatikan, karena masa remaja adalah masa dimana seseorang akan mudah terpengaruh oleh beberapa hal termasuk teman dan lingkungan. 

Remaja biasa disebut dengan seorang yang labil, karena kondisi dimana seseorang yang mudah berubah keadaan perasaan dan jiwanya, dari perasaan sedih berubah menjadi marah, dari sikap baik berubah menjadi jahat, dari yang pemberani berubah menjadi penakut, dari yang percaya diri berubah menjadi pemalu dan lain sebagainya.

Hal tersebut tidak bisa terlepas dari kaum remaja saat ini. Labil ya labil. Labil adalah ketidak konsistenan diri atau perasaan yang mudah goyah dan sering kali terpengaruh oleh orang lain. Banyak kaum individu yaitu seorang remaja yang sering kali dibingungkan oleh perasaanya sendiri , ia mudah terpengaruh terhadap omongan orang ketimbang percaya dengan apa yang dirinya hendak lakukan. Sehingga perasaan labil ini sering membingungkan.

Masa remaja yang hendak memasuki masa dewasa bisa dibilang masa yang alay, karena masa remaja berada di tengah-tengah. Seorang remaja dituntut untuk bisa mencari jati diri yang sesungguhnya. Jati diri bisa didapatkan dengan bergaul dengan orang yang baik dan mengurangi konsumsi berita yang negatif. 

Jati diri juga bisa didapatkan dengan melewati masa-masa alay dan menjadikan sebuah pelajaran dan perjalanan hidup.  Seorang remaja  yang saat ini dikatakan labil harus bisa merancang suatu perencaan yang matang untuk perjalanan hidupnya, demi mencapai cita-cita dan masa depan yang lebih baik.

"Karena pada dasarnya seorang manusia itu hanya bisa merencanakan dan Tuhan yang menentukan segalanya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun