Mohon tunggu...
VIVI ANGELIA SARI
VIVI ANGELIA SARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Film

Belajar Hubungan Interaksi Teman Sebaya melalui Film Dancing In The Rain

26 November 2022   12:06 Diperbarui: 26 November 2022   12:22 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat sma saya dan temen-temen lagi suka-sukanya nonton film. Saya dan temen-temen nonton dancing in the rain pemain dimas anggara, menceritakan tentang persahabatan dengan salah satu temannya yang yang ditelantarkan orang tuanya karena mengidap spektrum autis. Persahabatan anatara 3 pemain yang menyentuh namun salah satu temannya radin terjatuh saat mengikuti olahraga tarung. Akibat peristiwa ini, kondisi Radin kritis hingga mengalami gagal jantung. Bayu yang autis pun mengorbankan nyawanya untuk temannya. lnteraksi mereka merupakan komunikasi antara satu orang dengan teman sebaya dalam film itu sangat baik.

Dancing in the rain mengajarkan interaksi teman sebaya untuk ketulusan, keikhlasan dan interaksi teman sabaya yang positif yang dimana mereka tidak melakukan diskriminasi kepada para penyandang disabilitas, toleransi dan masih banyak lagi. Saat anak-anak menjadi remaja, mereka biasanya mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebayanya dan lebih sedikit waktu dengan keluarga mereka, dan interaksi teman sebaya ini semakin tidak diawasi oleh orang dewasa. Gagasan persahabatan anak-anak sering berfokus pada aktivitas bersama, sedangkan gagasan persahabatan remaja semakin berfokus pada pertukaran pikiran dan perasaan yang intim seperti, curhat.

Menurut Barbro Bruce and Kristina Hansson dalam promoting peer interaction, Interaksi teman sebaya adalah sesuatu yang biasanya dikelola sendiri oleh anak-anak sejak usia dini, dan karena itu seharusnya dikelola tanpa terlalu banyak keterlibatan orang dewasa. Segera setelah orang dewasa terlibat, itu per definisi tidak lagi terutama interaksi teman sebaya. Hal ini ternyata menjadi dilema baik bagi orang tua maupun profesional yang menangani anak-anak dengan masalah bahasa dan komunikasi. Apa yang tampak begitu mudah dan alami pada anak-anak yang sedang berkembang adalah sesuatu yang bagi anak-anak bermasalah sangat sulit untuk ditingkatkan, dipromosikan, dan dikompensasi dalam intervensi profesional. Oleh karena itu model intervensi perlu mengambil titik tolak mereka dalam interaksi yang terjadi secara spontan antara teman sebaya, dan bertujuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan interaksi tersebut (Landa, 2007 ).

Teman sebaya dapat menjalankan fungsi positif dan negatif selama masa remaja maupun anak-anak. Tekanan teman sebaya yang negatif dapat mengarahkan remaja untuk membuat keputusan yang lebih berisiko atau terlibat dalam perilaku yang lebih bermasalah dari pada yang mereka lakukan sendiri atau di hadapan keluarga mereka. Misalnya, remaja jauh lebih mungkin minum alkohol, menggunakan narkoba, dan melakukan kejahatan saat mereka bersama teman daripada saat mereka sendiri atau bersama keluarga. Namun, teman sebaya juga berfungsi sebagai sumber penting dukungan sosial dan persahabatan selama masa remaja.

Menurut Dishion & Tipsord, Tekanan  teman sebaya biasanya digambarkan sebagai teman sebaya yang mendorong seorang remaja untuk melakukan sesuatu yang tidak disetujui orang dewasa, seperti melanggar hukum atau menggunakan narkoba. Salah satu aspek yang paling banyak dipelajari dari pengaruh teman sebaya remaja dikenal sebagai  penularan teman sebaya yang menyimpang.

Sedangkan interaksi teman sabaya untuk anak usia dini  di mulai dengan berinteraksi bersama atau bermain. Kegiatan bermain yang bermanfaat sebagai dorongan komunikasi ialah bentuk permainan yang melibatkan orang lain atau teman sabaya yang dimana ditutut harus berinteraksi dan saling pengertian serta bantu membantu .

Peneliti dari inggris Robin Banerjee Universitas TEDxSussex penyelidik psikologis meneliti tentang teman sebaya anak-anak yang menerangkan terhadap konteks kelompok teman sebaya sangat penting untuk membantu memahami dan mendukung perkembangan anak-anak dan remaja di sekolahan. Konteks kelompok teman sebaya membantu kita memahami interaksi yang sangan kompleks tentang bagaimana anak-anak bertindak dalam berprilaku mereka, bagaimana anak-anak memikirkan kognisi mereka. Anak-anak merasakan pengalaman emosional mereka dan apa mendorong mereka salah satu tujuan yang sebenarnya memotivasi mereka untuk berprilaku dengan cara tertentu dan interaksi yang yakni sangat penting.

Melihat prilaku anak-anak dalam konteks sekolah kita dapat mengidentifikasi sebagai jelas karakteristik yang berbeda yang dapat kita lihat sekelompok prilaku sosial yang positif  semua keterampilan sosial yang ingin kita kembangkan dalam diri anak-anak. kita ingin  yang baik mebantu orang lain menjadi pemimpin yang baik menyelesaikan konflik dengan damai semua hal yang ingin kita dorong tetapi terus saja kita tidak selalu melihat pola itu datang dari setiap anak terkadang kita melihat lebih banyak pola negatif. Kita melihat hal-hal seperti prilaku agresif atau mengganggu yang disebut aktik karakteristik atau kita mungkin melihat karakteristik yang lebih menarik diri atau terisolasi secara sosial juga sangat manarik diri.

Sekolah difokusan teutama pada bagaimana anak-anak bergaul dengan guru mereka dalam konteks pengajaran di kelas kita mungkin tergoda untuk fokus hanya di ciri-ciri prilaku yang mengganggu belajar anak-anak yang agresif yang menyebabkan masalah di sekolah dan sebenarnya jika kita melihat berita di bidang pendidikan itulah yang sering kita lihat masalah perilaku di kelas yang mengganggu pembelajaran apa yang akan kita lakukan tentang masalah anak-anak yang mengganggu ini, namun saya pikir kita perlu mengambil langkah mundur dan kita pelu untuk memahami apa yang terjadi dalam kelompok sebaya.

karena kelas dan semua bagian lain lingkungan sekolah adalah tempat yang sangat sosial, jadi mari kita lihat konteks kelompok sebaya dalam kelas biasa. bagaimana anak-anak berhubungan satu sama lain. Dalam lingkungan kelas nominasi yang mana mengidentifikasi dengan siapa mereka paling suka bergaul dan peneliti juga mendapat informasi dengan siapa mereka paling tidak suka bergaul sekarang kita dapat melihat bahwa induvidu-individu tertentu dalam kelas.

Anak anak yang di tolak dalam kelompok sebayanya yang lebih banyak mengalami gejala depresi yang merasa buruk tentang diri mereka sendiri namun disesatkan oleh represensi kesuksesan sosial itu dan beralih ke nilai" budaya konsumen hampir bukan guru . Peningkatkan aspek sosial dan emosional dari pembelajaran dan ketika strategi tersebut dijalin ke dalam jalinan seluruh komunitas ketika itu bukan hanya satu guru atau sekumpulan orang yang terlibat.

Lingkungan saling mempengaruhi perkembangan anak mulalui hubungan dengan orang lain mulai mengembangkan harapan tentang lingkungan dan hubungan mereka dengan orang lain yang mempengaruhi pengalaman mereka tentang keselamatan keamanan, dicintai dan dilindungi. Seperti film Dacing in the rain yang dimana radin selalu membela banyu saat di bully.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun