Mohon tunggu...
Isma Savitri
Isma Savitri Mohon Tunggu... profesional -

bachelor degree japanese literature padjadjaran university, freelance writer and reporter, and cultural division staff of The Japan Foundation Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Brutugraphy, Brutu di Tangan Banyak Komikus

28 Mei 2014   18:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14012529401621645037

Sosok pria berdagu belah, Brutu, mungkin tidak asing bagi kawula muda Indonesia yang aktif di jejaring sosial Facebook. Bukan artis ibukota, Brutu hanya sebuah karakter fiksi yang muncul sebagai buah pemikiran C. Suryo Laksono dalam bentuk komik strip yang dipublikasikan secara online di Facebook. Satu per satu halaman dari serial komik Brutu diunggah di Facebook dan siapapun bisa membacanya. Konsep komik strip sendiri bukan konsep yang baru, karena konsep seperti ini sudah digunakan oleh ribuan komikus di dunia sejak lebih dari satu dasawarsa yang lalu. Jepang sendiri menjalankan konsep serupa yang disebut yonkoma manga, yaitu cerita manga (komik) yang selesai dalam 4 panel gambar saja.

Lalu apa yang membuat komik strip Brutu menarik? Adalah konsep Jamstrip, yang juga diusung Suryo dalam serial komik Brutu. Jamstrip adalah kegiatan membuat komik secara bersama-sama seperti estafet. Dalam serial ini, Suryo mengajak rekan-rekan sesama komikus Indonesia untuk melanjutkan kisah-kisah Brutu hingga menjadi satu cerita komik utuh. Tidak ada alur cerita pasti dalam setiap serial Brutu, selain karakter Brutu sebagai tokoh utamanya. Banyaknya ide kreatif dari para komikus yang campur tangan tentunya membuat gambar di setiap halamannya jadi berbeda-beda. Selain itu, komikus yang satu tidak bisa mengharapkan komikus lainnya akan melanjutkan cerita seperti yang dia inginkan. Ini yang menurut saya menarik dari konsep Jamstrip; selain bisa melihat berbagai tipe gambar dalam satu komik, kita juga akan dikagetkan dengan plot twist yang diciptakan oleh masing-masing komikus.

Memperingati satu tahun serial Brutu, Suryo bekerjasama dengan The Japan Foundation Jakarta menyelenggarakan pameran Brutugraphy. Pameran komik yang berlokasi di Hall The Japan Foundation Jakarta tersebut berjalan selama satu minggu, sejak tanggal 16 hingga 23 Mei 2014. Dalam pameran tersebut ditampilkan 5 cerita yang berbeda dari Brutu, salah satunya berjudul “Brutu Mencari Rumah Poppo” yang sempat dipamerkan di acara POPCON Asia 2013. Pengunjung pameran umumnya menghabiskan waktu hampir satu jam di ruang Hall, untuk membaca satu per satu halaman cerita dan menertawakan masing-masing gambar dan cerita yang konyol.

Tidak hanya sekedar memamerkan komik, Brutugraphy juga menghadirkan workshop-workshop menarik yang dipandu oleh tiga komikus kontemporer Indonesia: Sweta Kartika yang populer dengan komiknya Grey & Jingga, Beng Rahadian yang turut mendirikan Akademi Samali, serta Faza Meonk yang melambung bersama karakternya Si Juki.

The Japan Foundation Jakarta sadar bahwa kini tidak hanya komik Jepang yang merajai di Indonesia, namun komik lokal mulai menggeser kepopuleran komik-komik Jepang di hati remaja Indonesia. Komikus Indonesia tidak hanya mampu menghasilkan gambar-gambar yang bagus, tapi juga mampu mengangkat berbagai isu sosial sebagai tema cerita. Remaja Indonesia diharapkan melek politik dan isu-isu sosial lainnya melalui pemaparan storytelling yang diwujudkan dalam bentuk komik strip yang menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun