Selain di Sambas, peneliti juga pernah melakukan penelitian singkat mengenai Seni mendu, kesenian pertunjukan ( teater) tradisional asal Desa Malikian, Kab. Mempawah, Kalbar. Penelitian dilakukan tahun 2014 silam untuk mengikuti kompetisi film documenter Eagle Awards di Metro TV. Peneliti hanya lolos hingga babak 10 besar ( semifinal). Seni Mendu merupakan seni teater tradisional Kalbar yang hampir punah. Semua pemain Mendu sudah berusia di atas 50 tahun.
Peneliti berkeinginan untuk memadukan dua kearifan lokal Melayu Kalbar karena kedua bidang ini ( fesyen dan seni pertunjukan) merupakan bagian dari 14 sektor industri kreatif. Para pemain Mendu akan memakai kostum dari kain Sambas yang sangat indah. Mereka akan mempromosikan dan mengenalkan semua potensi unggulan (termasuk pariwisata) di Sambas dalam dialog di panggung.
Peneliti sangat berharap, pemerintah Indonesia, khususnya Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata, dan Kedutaan Besar RI di Belanda dapat membantu mempromosikan budaya Indonesia yang nyaris punah ini, yaitu seni teater tradisional Mendu asal Desa Malikian, Kab. Mempawah, Kalbar, dengan mengadakan event budaya di Belanda sebagai kesempatan pertama bagi mereka.
PENUTUP
Di era ekonomi kreatif dan perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 saat ini, Indonesia harus dapat menjadi tuan di negeri sendiri, bahkan menguasai pasar ASEAN, bukan sebaliknya. Dengan menggalakkan produk-produk industri kreatif berbasis kearifan lokal khas bangsa Indonesia, kita dapat bersaing di pasar ekspor. Kita tidak perlu takut dengan maraknya produk-produk China dengan harga dan mutu yang sangat rendah. Konsumen yang cerdas tentu dapat membedakan mana produk berkualitas-meski pun harganya tinggi-dengan produk berkualitas rendah yang dijual murah.
Era globalisasi telah menisbikan batas-batas dan ciri khas suatu negara/ daerah. Semua barang diproduksi missal dan seragam. Namun, hanya produk berkualitas yang bercirikan kearifan lokal suatu daerah/ negara yang akan diburu konsumen sebagai kenang-kenangan. Salah satu contohnya adalah kain tenun Sambas. Namun, karena kurangnya promosi, kain tenun Sambas kurang dikenal dibanding dengan songket Palembang, tenun Bali, dan Batik. Untuk itulah, peneliti menyarankan digunakannya media berupa seni teater tradisional berbasis kearifan lokal khas Kalimantan Barat yaitu seni Mendu. Dengan membawa para pemain Mendu untuk manggung di luar negeri dengan memakai kostum dari kain tenun sambas, maka pemerintah Indonesia telah turut serta mempromosikan dua jenis budaya sekaligus, yang keduanya termasuk dalam 14 sektor industri kreatif di tanah air. Karena salah satu cara pemasaran paling efektif adalah dengan metode Word of Mouth.Â
Salah satu yang membuat makanan Indonesia terkenal hingga ke mancanegara, karena dibawa oleh para warga Indonesia, mulai dari mahasiswa, hingga pihak Kedubes Republik Indonesia yang berada di luar negeri, salah satunya di Belanda. Selain itu juga karena Kedutaan Besar RI sering mengadakan festival budaya dan produk Indonesia di luar negeri. Begitu pun jika produk khas daerah yang mempunyai keunggulan mutu dan bercirikan lokal ingin dikenal hingga ke mancanegara, maka peranan para mahasiswa Indonesia di luar negeri tidak bisa dianggap remeh.
Pada akhirnya, jika pemasaran produk-produk kreatif bercirikan kearifan lokal di seluruh Indonesia pada umumnya dan di Kab. Sambas pada khususnya telah terjalin dengan baik seperti yang terus dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan tanpa henti, Pemerintah Sambas dapat ‘menjual’ keunikan pariwisata mereka. Dan budaya merupakan katalisator untuk membantu mempromosikan Sambas dan Kalbar ke dunia internasional.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H