Mohon tunggu...
vivi hotmiani sidauruk
vivi hotmiani sidauruk Mohon Tunggu... KARYAWAN SWASTA -

lebih ke bersyukur aja, atas segala macem warna warni yang ada di dalam hidup gw.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Korupsi Itu Milik Siapa?

24 Oktober 2016   13:50 Diperbarui: 24 Oktober 2016   13:57 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tulisannya aku buram, semoga terbaca dokpri

Sebenarnya sih ini untuk yang kedua kalinya, melihat kejadian aneh ini dan sangat merusak pola pikir saya, sebagai warga Indonesia dan sebagai pengguna fasilitas umum di Ibu Kota. Pengalaman pertama saya tepat pada tanggal 17 Agustus 2016 saya berkunjunga ke Tugu Monumen Nasional, saya mengendarai motor dan masuk dari parkiran IRTI, untuk masuk ke area Monumen Nasioanl saya masuk melalui pintu Lenggang, dimana di tempat itu banyak pedagang yang sudah tertata dengan rapi dan dengan harga yang sangat ekonomis buat para pengunjung. 

Setelah saya berkeliling-keliling area Monumen Nasional saya pun lapar dan mencoba mencari jajanan sambil milih-milih menu, saya memutuskan untuk ke kamar kecil “TOILET” yang tidak jauh dari lokasi para pedagang, kalau saya bisa jelaskan posisinya di sebelah kiri kita, kalau kita masuk dari pintu Lenggang. Sangkin ramainya pengunjung antri pun sampai keluar kamar mandi, karena ukurannya juga tidak terlalu besar, dan satu keanehan saya temukan. 

Petugas berdiri persis di depan pintu keluar dan masuk toilet yang jadi masalah besar buat saya, semua pengunjung memberikan petugas tersebut dengan upah yang tak seharusnya diberikan, karena itu fasilitas gratis, sangkin ramainya pengunjung akhirnya ada kotak berwarna coklat diletakkan diatas kursi dan ada lobang kecil untuk memasukkan sesuatu kedalamnya, saya pada saat itu tidak bawa tas/dompet/uang saat ke toilet dan setelah saya keluar dari toilet saya heran karena “ kok ada kotak?” saya tanya ke petugas,

Saya : Mbak...maaf ini ketoilet, bayar???

Petugas : tidak mbak, gratis.....

Saya : mikir keras, dan binggung...mbak trus kotak itu buat apa?? Nunjuk kotak yang ada diatas kursi.

Petugas : oh itu, kalau ada yang mau kasih mbak.

Saya : oh gitu,,,saya ga mau kasih karena ini gratis yah.

Selesai percapakan dan saya mencoba tidak ambil pusing.

Kejadian serupa terjadi lagi tepatnya tanggal 22 Oktober 2016 sekitar pukul : 19.30 wib.

tulisannya aku buram, semoga terbaca dokpri
tulisannya aku buram, semoga terbaca dokpri
Saya dan 3 orang teman saya berkunjung ke salah satu taman di kota jakarta “ TAMAN MENTENG”

Taman yang sudah sangat rapi karena untuk parkir saja sudah menggunakan parkir by sistem, sehingga tidak parkir sembarangan. Sambil cari –cari tempat duduk kami pun memilih duduk persis didepan rumah kaca sambil menikmati snack-snack yang kami bawa. Asik ngobrol ngalor ngidul,,saya ingin ke kamar kecil “ toilet” toilet yang berada diujung dengan kolam pacuran persis kalau kita keluar parkiran. Tepat di diepan toilet ada pedagang dan 2 etalase pending minuman, sama seperti di perjalanan saya di MONAS, persis di dpan pintu masuk toilet wanita, ada kotak besar berwarna hijau dan diatasnya ada tisu siap pakai dan seorang ibu duduk disitu dan untuk toilet pria ada yang duduk juga. Saya kira merekalah pedagang minuman yang di pajang persis di depan pintu masuk toilet wanita dan pria. Pengalaman itu terjadi lagi, di tembok toilet tertulis besar “GRATIS”

Tapi setiap yang masuk kekamar mandi dan keluar memberikan uang kepada ibu dan bapak yang duduk persis didepan pintu toilet, bayangkan kalau setiap pengunjung memberikan minimal Rp.500,- X 30 pengunjung = 15.000,-/hari x 30 hari = Rp. 450.000,- bayangkan kalau pengunjung memberikan Rp.1.000,- s.d Rp. 2.000,-.

Saya binggung sekali kok bobroknya pola pikir rakyat ini, selalu teriak-teriak “HUKUM MATI PARA KORUPTOR” dan kalimat ini selalu mengarah pada mereka yang ber jas mahal dan berdasi. Lalu bagaimana dengan masyarakat kecil dengan baju ala kadarnya tapi menyalah gunakan dan memamfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan sendiri????? “PANTAS JUGAKAH DI HUKUM MATI?”

mereka duduk di depan pintu masuk toilet wanita dan pria (dokpri)
mereka duduk di depan pintu masuk toilet wanita dan pria (dokpri)
dokpri
dokpri
Saat itu juga saya terlintas untuk menulis tulisan ini dikolam kompasiana, saya pun mencoba mengambil gambar posisi toilet. Tadinya saya minta tolong teman saya yang ambil fotonya, tapi tidak berhasil. Dan akhirnya saya ambil foto sendiri dan ibu yang duduk di depan toilet marah sambil berkata “ ambil dari dekat aja mbak” dengan nada sinis sambil meninggalkan tempat duduknya begitu juga dengan bapak tersebut.

Dari ulasan saya diatas saya Cuma ingin sampaikan, kepada semua masyarakat agar lebih bijak lagi, jangan ajarkan, jangan dukung masyarakat kita jadi masyarakat peminta-minta dan menjadi pencuri. Kalau memang kita punya uang lebih baiknya berikan saja ke yayasan panti asuhan atau kerumah ibadah. Bayar jika memang harus bayar, tidak kalau memang tidak, Jika memang gratis kenapa kita harus bayar????.

Dan yang saya binggungkan kenapa ada 2 etalase minuman di area “TAMAN MENTENG” persis di depan toilet yang jelas itu mungkin bukan milik PEMDA, dan aliran listriknya diambil dari mana? Dan sewa tempat dia bayar kepada siapa?.

Salam.

Vivi Hotmiani Sidauruk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun