Taman yang sudah sangat rapi karena untuk parkir saja sudah menggunakan parkir by sistem, sehingga tidak parkir sembarangan. Sambil cari –cari tempat duduk kami pun memilih duduk persis didepan rumah kaca sambil menikmati snack-snack yang kami bawa. Asik ngobrol ngalor ngidul,,saya ingin ke kamar kecil “ toilet” toilet yang berada diujung dengan kolam pacuran persis kalau kita keluar parkiran. Tepat di diepan toilet ada pedagang dan 2 etalase pending minuman, sama seperti di perjalanan saya di MONAS, persis di dpan pintu masuk toilet wanita, ada kotak besar berwarna hijau dan diatasnya ada tisu siap pakai dan seorang ibu duduk disitu dan untuk toilet pria ada yang duduk juga. Saya kira merekalah pedagang minuman yang di pajang persis di depan pintu masuk toilet wanita dan pria. Pengalaman itu terjadi lagi, di tembok toilet tertulis besar “GRATIS”
Tapi setiap yang masuk kekamar mandi dan keluar memberikan uang kepada ibu dan bapak yang duduk persis didepan pintu toilet, bayangkan kalau setiap pengunjung memberikan minimal Rp.500,- X 30 pengunjung = 15.000,-/hari x 30 hari = Rp. 450.000,- bayangkan kalau pengunjung memberikan Rp.1.000,- s.d Rp. 2.000,-.
Saya binggung sekali kok bobroknya pola pikir rakyat ini, selalu teriak-teriak “HUKUM MATI PARA KORUPTOR” dan kalimat ini selalu mengarah pada mereka yang ber jas mahal dan berdasi. Lalu bagaimana dengan masyarakat kecil dengan baju ala kadarnya tapi menyalah gunakan dan memamfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan sendiri????? “PANTAS JUGAKAH DI HUKUM MATI?”
Dari ulasan saya diatas saya Cuma ingin sampaikan, kepada semua masyarakat agar lebih bijak lagi, jangan ajarkan, jangan dukung masyarakat kita jadi masyarakat peminta-minta dan menjadi pencuri. Kalau memang kita punya uang lebih baiknya berikan saja ke yayasan panti asuhan atau kerumah ibadah. Bayar jika memang harus bayar, tidak kalau memang tidak, Jika memang gratis kenapa kita harus bayar????.
Dan yang saya binggungkan kenapa ada 2 etalase minuman di area “TAMAN MENTENG” persis di depan toilet yang jelas itu mungkin bukan milik PEMDA, dan aliran listriknya diambil dari mana? Dan sewa tempat dia bayar kepada siapa?.
Salam.
Vivi Hotmiani Sidauruk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H