Mohon tunggu...
vivi hotmiani sidauruk
vivi hotmiani sidauruk Mohon Tunggu... KARYAWAN SWASTA -

lebih ke bersyukur aja, atas segala macem warna warni yang ada di dalam hidup gw.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Boru Ni Raja

6 Oktober 2016   14:40 Diperbarui: 6 Oktober 2016   14:47 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya gadis batak, terlahir dari keluarga batak merupakan satu kebanggan buat saya, nama saya vivi hotmiani sidauruk. Panggilan khusus yang disematkan pada setiap gadis batak adalah “ Boru Ni Raja” dimana istilah ini dipakai oleh orang batak toba untuk meletakkan posisi seorang perempuan dalam setiap keluarga batak lebih hormat dan Inti dari konsep “boru ni raja” dalam filosofi batak yaitu mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai “kehormatan”. Dimana Boru Raja adalah nilai yang melekat pada diri seorang perempuan Batak, yang bila mau dijelaskan cukup satu kata saja, yakni “TERHORMAT”.

Harapan saya menjadi gadis batak adalah kelak saya bisa menikah dengan lelaki batak pula, alasan saya memilih lelaki batak adalah biar prosesi pernikahan secara batak bisa saya lakukan sesuai dengan peraturan adat yang berlaku, walau sebenernya tanpa dengan lelaki batak pun saya tetap bisa menikah dengan cara adat batak tapi agak sedikit rumit.

Beberapa prosesi pernikahan adat batak yang saya ketahui adalah : **berbagai sumber

  • Mangalehon Tanda

Mangalehon tanda maknanya mengasih tanda mata oleh laki-laki yang telah menemukan perempuan sebagai calon istrinya, kemudian keduanya saling memberikan tanda. Misal ; cincin atau sarung.

  • Marhori-hori Dinding atau Marhusip

Marhusip artinya berbisik, yaitu pembicaran yang bersifat tertutup hanya pihak keluarga inti saja yang tahu karena ditakutkan jika pihak umum sudah tahu dan ternayata gagal ditakutkan akan malu, acara Marhusip biasanya dilaksanakan di rumah perempuan. Domu-domu calon pengantin laki-laki akan menerangkan tujuan kedatangan mereka pada keluarga calon pengantin perempuan.

  • Marhata sinamot

Sinamot merupakan “Tuhor ni boru” dimana pihak pria “membeli” wanita yang akan menjadi istri dari orangtuanya. Dalam bahasa Indonesia, istilah “sinamot” sering disebut “mahar”.Acara ini dilakukan di rumah wanita. Hal pokok yang dibicarakan, antara lain: Sinamot, ulos, Jambar Juhut, jumlah undangan serta tanggal dan lokasi pesta dan tata cara adat. Ditentukan pula kapan waktu untuk martumpol, dan pada saat acara marhata sinamot diadakan pula pembagian daging (Jambar Juhut) bagi kerabat yang terdiri dari kerabat dari marga ibu, kerabat dari marga ayah serta anggota marga menantu serta orang-orang tua atau pariban.

  • Martumpol (baca : martuppol)

Martumpol bagi orang Batak Toba bisa disebut juga sebagai acara pertunangan dimana acara ini dilalukan di hadapan pengurus jemaat gereja diikat dalam janji untuk melangsungkan pernikahan. Upacara adat ini biasanya diikuti oleh orang tua kedua calon pengantin dan keluarga mereka beserta para undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja.

  • Martonggo Raja atau Maria Raja

Martonggo raja merupakan suatu kegiatan pra upacara adat yang bersifat seremonial yang mengikutsertakan teman satu kampung, dongan tubu (saudara) dimana pihak hasuhuton (tuan rumah) memohon izin kepada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta (teman sekampung) untuk membantu mempersiapkan dan menggunakan fasilitas umum pada upacara adat yang sudah direncanakan.

  • Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)

Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di Gereja oleh Pendeta. Setelah pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua pengantin telah sah menjadi suami istri menurut gereja. Setelah pemberkatan dari Gereja selesai,pemberkatan pernikahan akan langsung di daftarkan secara cacatan sipil karena saat ini pihak pencatatan sipil sudah ada saat pemberkatan dilakukan. Setelah acara selesai kedua belah pihak pulang ke rumah untuk mengadakan upacara adat Batak dimana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-laki dan perempuan.

  • Ulaon Unjuk (Pesta Adat)

Setelah selesai pemberkatan dari Gereja, kedua pengantin juga menerima pemberkatan dari adat yaitu dari seluruh keluarga khususnya kedua orang tua. Dalam upacara adat inilah disampaikan doa-doa untuk kedua pengantin yang diwakili dengan pemberian ulos. Selanjutnya dilaksanakan pembagian jambar (jatah) berupa daging dan juga uang yaitu:

Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak perempuan adalah jambar juhut (daging) dan jambar tuhor ni boru(uang) dibagi sesuai peraturan.

Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak pria adalah dengke (baca : dekke/ ikan mas arsik) dan ulos yang dibagi sesuai peraturan. Pesta Adat Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.

  • Mangihut Di Ampang atau Dialap Jual

Dialap Jual artinya jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin perempuan, maka dilaksanakanlah acara membawa penagntin perempuan ke tempat mempelai laki-laki.

  • Ditaruhon Jual

Jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin laki-laki, maka penagntin perempuan dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namboru-nya ke tempat namboru-nya. Dalam hal ini paranak wajib mengasih upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak diberlakukan.

  • Paulak Une

Adat ini dimasukkan sebagai langkah untuk kedua belah pihak bebas saling kunjung mengunjungi setelah beberapa hari berselang upacara pernikahan yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah upacara pernikahan. Pihak pengantin laki-laki dan kerabatnya, bersama pengantin mengunjungi rumah pihak orang tua pengantin perempuan. Kesempatan inilah pihak perempuan mengetahui bahwa putrinnya betah tinggal di rumah mertuanya.

  • Manjae

Setelah beberapa lama pengantin laki-laki dan perempuan menjalani hidup berumah tangga (kalau laki-laki tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian. Biasanya kalau anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya.

  • Maningkir Tangga (baca: manikkir tangga)

Setelah pengantinmanjae atau tinggal di rumah mereka. Orang tua beserta keluarga pengantin datang untuk mengunjungi rumah mereka dan diadakan makan bersama.

Diantara prosesi adat diatas, saya berharap menikah dengan menggunakan adat Batak, karena saya ingin menari (Tor-Tor), memakai ulos dan simbol-simbol adat lainnya, terlebih saya ingin tetap melestarikan adat Batak, karena setelah menikah adat itu akan tetap melekat pada diri saya nanti jika ham,il,melahirkan dan lain-lainnya.

Saya bangga jadi orang batak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun