Mohon tunggu...
Vivana Cecillia
Vivana Cecillia Mohon Tunggu... -

Hal apa yang tidak pernah aku tangisi ? Jawabnya "tidak ada". Bahkan hal kecilpun mampu menjadi penyebab tangisanku. Aku wanita lemah, selalu menangisi kehidupan yang serasa tidak pernah adil, aku berteriak memaki kehidupan. NAMUN.. Dalam kelemahanku, aku menemukan sebuah makna kehidupan. Bahwa tangisan tidak akan pernah menyelesaikan masalah demi masalah. Yang harus aku lakukan adalah bangkit, berjuang dan fokus pada tujuan. aku terdiam dalam keheningan, aku menangisi kelemahanku, aku pejamkan mata dan menghela nafas panjang. Seketika aku bangkit, berjuang dan selalu optimis. Tujuanku adalah alasanku, memperjuangkan kehidupanku, kehidupan nyawa hidupku ( Orang-orang yang mencintaiku ). Dan saat ini aku ADALAH wanita HEBAT, aku wanita KUAT.. AKU, KAMU, KITA.. heii WANITA HEBAT, WANITA KUAT, bangunlah dari mimpi, kejar mimpi mu dan jadikan sebuah kenyataan indah penyebab senyumanmu dan keluargamu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Midnite Flight

15 April 2013   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penerbangan malam ini sama seperti penerbangan sebelumnya, dimana aku beserta rekan kerja lainnya harus rela tidak tidur untuk menjalankan tugas sebagai pramugari di salah satu perusahaan penerbangan.

“Mbak, nanti ada special passenger ya. Seorang wanita, berusia 33 tahun. Memiliki kelainan jiwa, namun dapat dipastikan tidak akan mengganggu selama penerbangan berlangsung, karena sudah mendapat ijin dan surat keterangan dari dokter yang menanganinya, serta sudah di cek oleh dokter bandara”

“baik, saya akan membicarakan ini pada kapten,” jawab senior ku..

Maka dengan surat dari dokter dan atas pertimbangan kapten , penumpang yang dimaksud dapat diberangkatkan dengan prosedur yang sudah ada.

“Passengers coming” demikian informasi yang diberikan oleh senior ku. Maka segeralah dua orang rekan kerja ku mengambil posisi boarding di tengah kabin pesawat. Kebetulan saat itu aku bertugas untuk berdiri di pintu masuk pesawat bagian belakang sambil memberi salam pada penumpang yang masuk ke pesawat melalui pintu belakang. Melihat penumpang pertamaku saat itu, langsung saja pikiranku melayang pada penumpang yang dimaksudkan oleh petugas darat kami. Benar saja, seorang wanita berusia 33 tahun itu masuk ke pesawat, dengan mengenakan celana berwarna hitam dan atasan coklat, serta memakai kacamata hitam. Beliau tersenyum padaku, seperti tidak ada yang salah pada dirinya.

Segera aku menghampiri petugas darat yang berjalan tepat dibelakang wanita itu.

“mas, itu penumpangnya ?”

“iya mbak, pendampingnya adaempat orang”

“baiklah, terima kasih”

Proses boarding saat itu beralan lancar, hingga penumpang dinyatakan komplit, dan akhirnya kapten memberikan command untuk segera menutup pintu pesawat.

Setelah pintu pesawat ditutup, kami semuamenjalankan semua prosedur seperti biasanya, hingga pesawat lepas landas dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan, sebagai tanda bahwa kami dan penumpang boleh melakukan aktifitas untuk service, penumpang yang ingin ke kamarkecil , dan sebagainya.

Sekali dua kali aku melemparkan pandangan pada wanita malang itu, dia pun tersenyum dan berkata “kamu cantik, sama seperti anak saya”. Kalimat yang sama dia ucapkan saat aku atau rekan kerjaku lainnya lewat di depannya.

Kami memperlakukan wanita malang itu sama seperti memperlakukan penumpang lainnya, karena memang sepertinya tidak ada yang salah padanya. Hanya saja beliau sering bertingkah seperti anak-anak ketika meminta permen setiap kali kami lewat didepannya,. Pada saat aku dan rekan ku membagikan makanan utama saat itu, beliau langsung mengeluarkan kalimat “saya mau makan” , sehingga kami pun tidak perlu menunggu untuk memberikan makanannya, segera kami berikan makanan untuknya, walaupun memang saat itu belum sampai pada barisan tempat duduknya.

Beberapa saat setelah itu, kami pun sampai di barisan tempat duduk wanita tersebut, bermaksud untuk membagikan makanan pada pendampingnya yang berjumlah empat orang. Dan kalian tahu apa yang terjadi ? dia merebut makanan itu dan segera membuka tempat makanan untuk dinikmatinya. Pendampingnya yang tidak lain adalah tetangganya, pun menyerahkan dengan senang hati agar bisa dimakan jatah mereka oleh wanita malang ini.

Untungnya, persediaan makanan kami memang sengaja diberikan lebih oleh petugas catering untung jaga-jaga , mengantisipsi kekurangan makanan. Kebijakan dari senior ku untuk memberikan makanan itu pada pendamping wanita malang itu.

Sebut saja nama wanita malang ini adalah ibu mawar, ibu mawar sering sekali menuju kamar kecil di bagian belakang kabin, ketika ibu mawar berada didalam kamar kecil, saat itulah salah satu pendampingnya sebut saja ibu ratna, menceritakan penyebab sakitnya ibu mawar.

Ibu mawar adalah seorangkaryawan di salah satu perusahaan besar di kota itu.Beliau menikah dan memiliki empat orang anak. Kemudian bercerai, serta dipisahkan dengan anak-anaknya oleh mertuanya serta suaminya. Karena itulah ibu mawar menjadi depresi dan mulai menunjukkan keanehan. Sudah beberapa tahun beliau tidak melihat anak-anaknya.. miris sekali.

Percakapan kamipun terhenti ketika ibu mawar keluar dari kamar kecil , dan berdiri tepat di depan ku dan dua rekan kerja ku. Beliau berhenti, dan bertanya padaku

“umur kamu berapa ?”

“23 tahun, buu”

“masih muda sekali, sama seperti anak saya, tapi dia jauh lebih muda, dia baru 17 tahun dan sangat cantik. Dia juga bercita cita ingin menjadi seorang pramugari, tapi sekarang sedang sekolah di malaysia”

“oh ya bu, wahh, hebat ya”

“iya, nanti saya minta nomor telepon kamu ya, biar kamu bisa ajarkan anak saya cara berjalan, cara dandan, dan mengajarkannya banyak hal untuk bisa menjadi pramugari.”

“ohh, iya bu.. pasti”

“lihat saya, saya bisa bernyanyi..” beliau pun bernyanyi serta menggoyangkan tubuhnya,

Aku dan rekan kerja ku sontak tertawa, namun juga sedih melihat hal yang sedang berlangsung saat itu. Miris sekali melihat seorang ibu yang dipisahkan dengan anak-anaknya. Beliau terlihat sangat menyayangi dan membanggakan anaknya. Ya Tuhan, masih ada orang yang tega memisahkan seorang ibu dengan anak-anaknya.

Beberapa saat kemudian, beliau kembali ke tempat duduk nya, dan memanggil ku serta rekan kerja ku secara bergantian. Dikarenakan penerbangan saat itu cukup panjang, maka kami bisa lebih santai, sehingga bisa menemani ibu mawar secara bergantian.

Entah apa yang beliau katakan pada rekan kerjaku, yang pasti saat tiba giliranku yang dipanggil, aku duduk tepat bersebelahan dengan nya. Beliau memulai percakapan yang cukup membuat ku sesak, sedih, dan cukup sulit menahan tangis.

“kamu punya pacar ?”

“tidak bu, “

“iya, bagus, jangan pernah pacaran. Pacaran itu setelah menikah, setelah sah”

“iya bu..”

“kamu tau , saya ini dulu punya pacar, umur 17 tahun. Dan saya terpaksa menikah muda. Lihat sekarang.. saya jadi begini, jangan mau merugikan diri kamu sebagai seorang wanita, karena tidak akan ada yang bertanggung jawab atas diri kamu. Beban dan hukuman duni kamu yang tanggung, di akhirat juga begitu, jadi ya berjalan d jalan yang benar saja”

“iya bu”

“trus alis mata mu kenapa kamu kerok ?”

“ini sengaja bu, biar rapi”

“rapi apanya ? itu namanya haram, kamu tau kan itu haram hukumnya”

“iya bu, nanti saya tidak akan mengulanginya”

“iya , bagus.. trus juga harus kamu ingat, jangan pernah tinggalkan yang lima waktu.. nanti kamu kasih saya nomor telepon kamu, biar saya isikan pulsa, 50 ribu, 100 ribu, berapa mau, saya punya banyak duit. Asalkan jangan tinggalkan sholat”

Dalam hatiku ingin tertawa mendengar kalimat “isi pulsa”, namun juga kagum.. bahwa seorang wanita yang di vonis menderita kelainan jiwa, karena depresi, namun masih mengingat semua hal baik itu.

Tanpa terasa, beberapa saat lagi sudah saatnya mendarat di kota tujuan. Aku bergegas merapikan semua tugas yang memang harus dilakukan , dan menjalan kan prosedur sebelum mendarat.

Begitu pesawat mendarat dan berhenti parkir dengan sempurna, pintu pesawat dibuka, dan satu persatu penumpang turun dengan berbagai ekspresi wajah. Ada yang terlihat bahagia, mungkin karena ingin segera bertemu keluarga, teman dan sahabat. Ada juga yang terlihat tegang , mungin karena akan bertemu klien , dan berbagai ekspresi lainnya. Begitu juga dengan ibu mawar beserta teman-temannya, turun di kota ini . kota dimana akan menjadi tempat perawatan ibu mawar selama masa pemulihan.

Aku dan rekan kerja ku sungguh merasa bangga dan bahagia bisa dipertemukan dengan sosok ibu mawar yang malang, namun memberi banyak arti bagi orang-orang di sekitarnya. Sungguh senyuman kami yang terlihat, menyimpan rasa sedih yang cukup dalam , ikut merasakan kepedihan yang ibu mawar rasakan..

Berharap suatu saat nanti ibu mawar bisa pulih seperti semula, dan segera dipertemukan dengan anak-anaknya. Serta ibu mawar dapat tersenyum menyaksikan anak-anaknya bisa menggapai cita-cita mereka semua..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun