Mohon tunggu...
vittorio xavier
vittorio xavier Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya suka bisnis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tantangan Etika dalam Profesi Apoteker: Antara Bisnis dan Kesejahteraan Pasien

8 Januari 2025   00:47 Diperbarui: 8 Januari 2025   00:47 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam bidang farmasi memiliki sifat ganda yang menggabungkan tanggung jawab perawatan kesehatan secara profesional dengan kepentingan bisnis. Karena apoteker dipandang sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, mereka diharapkan untuk memastikan pasien menerima obat dan saran yang tepat. Pelanggaran terhadap kepercayaan ini terjadi ketika insentif finansial bertentangan dengan tanggung jawab moral, menciptakan dilema yang berpotensi membahayakan kesehatan pasien. Tantangan utama profesi ini adalah mencapai keseimbangan antara profitabilitas dengan perawatan berbasis kepentingan pasien.

Apoteker memainkan peran kunci dalam sistem perawatan kesehatan, sebagai kontak pertama dan paling mudah diakses bagi pasien yang menghadapi masalah terkait kesehatan atau pengobatan. Disisi lain, apotek sebagai entitas bisnis juga diharapkan untuk menghadapi masalah kelangsungan hidup ekonomi dan profitabilitas. Kondisi ini, tanpa diragukan, menjadi salah satu sumber utama dilema etika.

Dalam sebuah penelitian di Kroasia, lebih dari 62% apoteker yang menjadi responden mengaku menghadapi dilema etis tertentu dalam kegiatan sehari-hari, termasuk pemberian obat yang tidak diperlukan atau konflik antara etika pribadi dan kebijakan organisasi. Kepercayaan pasien terhadap apoteker menjadi inti dalam tantangan ini. Penelitian terkait menekankan pentingnya transparansi dalam masalah etika dan komunikasi yang ditangani dengan perspektif yang berpusat pada pasien. Apabila dikelola dengan baik, upaya ini dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan dan hasil kesehatan. Sebaliknya, hal ini akan menimbulkan risiko serius bagi pasien dan reputasi profesi.

Isu-isu Etis dalam Praktik Kefarmasian

  1. Keseimbangan antara Keuntungan dan Pelayanan Pasien

Ini merupakan salah satu tarikan etika yang paling kuat terjadi ketika kepentingan bisnis bertentangan dengan kepentingan pasien. Contohnya adalah situasi dimana seorang apoteker bisa saja terdorong untuk memberikan saran mengenai produk dengan margin tinggi atau obat bebas yang sebenarnya tidak diperlukan. Meskipun profitabilitas merupakan aspek penting dalam menjaga keberlanjutan operasional, mengutamakan penjualan di atas kepentingan pasien berarti melanggar kepercayaan yang telah diberikan kepada profesi apoteker.

  1. Pengaruh Pemasaran Farmasi

Meningkatnya pengaruh industri farmasi membuat etika menjadi semakin rumit. Strategi pemasaran sering kali menciptakan konflik kepentingan bagi apoteker, misalnya melalui pemberian insentif untuk mempromosikan obat-obatan tertentu. Hal ini dapat bertentangan dengan tanggung jawab utama apoteker, yaitu memastikan rekomendasi yang terbaik dan paling efisien secara biaya bagi pasien.

  1. Transparansi dan Akuntabilitas 

Kurangnya transparansi harga dan alasan yang tidak dijelaskan dengan baik di balik pilihan obat tertentu menciptakan lingkungan ketidakpercayaan. Pasien mungkin mulai meragukan bahwa apotek lebih mengutamakan keuntungan, bukan perawatan pasien, mengingat adanya ambiguitas atau komunikasi yang buruk terkait perbedaan harga tersebut. Tantangan-tantangan ini menunjukan perlunya transparansi harga yang lebih baik serta perlunya konsultasi yang berfokus pada kebutuhan pasien.

Contoh-contoh positif menunjukan bahwa untuk menghasilkan uang dengan bersikap etis dalam bisnis. Dengan demikian, dalam kasus perusahaan farmasi, ditemukan bahwa kepedulian terhadap kebutuhan pasien, diekspresikan melalui penetapan harga yang transparan, produk yang berkualitas lebih tinggi, dan praktik perdagangan yang adil, dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dan profitabilitas. Disisi lain, tindakan yang tidak etis seperti menjual obat tanpa resep atau menyarankan pengobatan yang tidak diperlukan dapat merusak kepercayaan dan dianggap sebagai pelanggaran etika profesi.

Kebijakan-kebijakan berikut ini yang bisa merupakan solusi untuk masalah etika ini:

  • Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan

Sebagian apoteker tidak siap menghadapi situasi etis karena hanya sedikit yang telah menerima pelatihan formal dan etika kefarmasian. Dengan memperluas waktu yang dikhususkan untuk pelatihan etika dalam program farmasi akan lebih memberi bekal informasi kepada para profesional untuk menghadapi situasi seperti ini.

  • Pedoman Etika yang Direvisi

Kode etik perlu diubah untuk merefleksikan isu-isu terkini yang dihadapi apoteker. Isu-isu seperti peningkatan deregulasi obat dan kepemilikan perusahan dapat memberi tekanan pada praktik. Kode etik yang relevan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dalam masalah etika.

  • Pembentukan Kepercayaan dan Keterbukaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun