Beliau merupakan pensiunan pegawai pemda di Kabupaten Sintang, bertempat tinggal di Jalan Bintara yang merupakan daerah Keraton Istana Al-Muakarramah Sintang atau biasanya disebut dengan daerah Menyumbung ataupun Kampung Raja. Walaupun hanya lulusan SMP namun beliau memiliki pikiran yang terbuka dan wawasan yang luas karena beliau tipikal orang yang mudah bergaul dan berteman dengan siapa saja.
Sejak usia muda beliau telah menggeluti bidang seni dan budaya yang menjadi hobi dan kecintaannya yang sekaligus melestarikan budaya-budaya daerah Sintang yang seiring waktu tergerus oleh zaman. Saat muda beliau merupakan pengurus aktif dari Sanggar Sultan Nata (Sanggar Keraton Sintang) dan Sanggar Bukit Kelam. Kegiatan aktif beliau saat ini yaitu pada bidang seni dan budaya, pengurus Lembaga Lanjut Usia Kabupaten Sintang, sebagai Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Sintang, dan pengurus Ikatan Persaudaran Haji Kabupaten Sintang.
Saat ditanyai tentang pencapaian terbesarnya beliau menjawab “Pementasan Seni dan Budaya”, hal ini menunjukkan betapa kecintaannya terhadap bidang yang digelutinya sejak muda tersebut. Tercatat beliau pernah mengikuti Festival Budaya Khatulisiwa tahun 1993 di Pontianak, mendampingi Sultan Sintang dalam acara Festival Adat Mandi-mandi Pengantin di Pontianak pada tahun 2008.
Beliau juga pernah menghadiri pertemuan Lembaga Adat Melayu se-Asean di Bengkalis, Batam pada tahun 2005. Menjadi tim penjemput patung burung garuda yang merupakan lambang Kesultanan Sintang yang memiliki kaitan dengan rancangan lambang Negara kita saat ini. Dan yang terbaru yaitu menghadiri pameran kebudayaan yang berlangsung di Bandung pada tahun 2013 mendampingi Sultan Sintang, dan masih banyak lagi acara-acara kebudayaan yang telah dihadiri oleh beliau.
Beliau juga merupakan seorang seniman yang sangat total dalam berkarya, beliau merupakan seniman pengarang syair yang terkemuka di Kabuaten Sintang. Syair adalah salah satu jenis puisi, kata “syair” berasal dari bahasa Arab “syu’ur” yang berarti perasaan. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Syair juga merupakan jenis puisi namun cara membacanya berbeda dengan puisi, pembacaan syair dilakukan dengan iringan musik tradisional Melayu dan dengan cara dilagukan.
Dengan menggunakan nama “Bang Sanontang” beliau telah banyak menelurkan karya-karya syair yang sangat indah dan berkesan. Salahsatu karya syair beliau yang dibukukan yaitu “BUMI SENENTANG, NEGERI BERSYAIR” yang dibuat sebagai kenang-kenangan untuk Bupati dan Wakil Bupati Sintang periode 2005-2010 yaitu Bapak Drs.Milton Crosby, M.Si dan Bapak dr.Djarot Winarno, M.Med.Ph. dengan untaian kata-kata yang indah, lugas sekaligus menggelitik penikmatnya dengan judul “KARYA DALAM SYAIR”.
Dikutip dari buku tersebut pada kata pengantar dari Kepala Bapedda Kabupaten Sintang Drs.H. Mas’ud Nawawi, Tulisan H. Uti Syahrir dengan judul “BUMI SENENTANG, NEGERI BERSYAIR” merupakan manifestasi kecintaannya terhadap upaya pelestarian seni “bersyair” atau “pantun” yang ada dan berkembang dalam masyarakat Kabupaten Sintang.
Tulisan beliau tersebut berisi ungkapan terimakasih dan kenang-kenangan kepada Bupati dan Wakil Bupati, tanggapan-tanggapan beliau terhadap perencanaan dan hasil-hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan, serta harapan-harapan dan pandangan beliau terhadap proses penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten Sintang pada masa-masa yang akan datang.
Beliau juga memiliki dua buku karangan yang dicetak dan diterbitkan oleh Pemda Kabupaten Sintang yang berjudul “WISATA SINTANG” dan “SINTANG MENGUNDANG”, yang isinya berusaha menarik perhatian wisatawan dengan memperkenalkan dan menyebarluaskan kebudayaan-kebudayaan di Kabupaten Sintang.
Selain pengabdian beliau kepada seni dan budaya, ada pula hal menarik yang menjadi cikal bakal penulisan kisah beliau ini. Yaitu kebijaksanaan, kebaikan, dan kemurah hatian beliau yang selalu beliau terapkan kepada semua orang. Saat ditanyai prinsip hidupnya beliau mengatakan,
“Selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjalankan dengan sederhana, turut aturan dan norma berdasarkan agama.
Jangan banyak berharap kepada orang lain selain kepada Allah SWT. Santai dalam menghadapi segala tantangan degan penuh kebijaksanaan dan berusaha, barulah kita serahkan pada Yang Maha Kuasa”.
Begitu banyak sifat-sifat baik dari beliau yang patut kita contoh, beliau selalu ringan tangan dalam menolong orang lain tanpa pamrih. Beliau tidak pernah memilih-milih orang untuk ditolong, sehingga keluarga dan orang-orang yang mengenal beliau selalu menaruh rasa hormat yang tinggi kepada beliau.
Didalam keluarga, beliau merupakan tetua yang dengan berbagai upayanya berusaha menyatukan keluarga besar yang jumlahnya mencapai ratusan kepala keluarga dengan mengadakan arisan keluarga yang semata-mata bukan untuk mengejar keuntungan duniawi namun untuk mempererat tali silaturahmi keluarga besar. Pada saat hari raya, beliau juga tidak sungkan atau gengsi untuk mengunjungi rumah keluarga yang jauh lebih muda dari beliau.
Sepanjang pengamatan dan keterangan dari keluarga, beliau tidak pernah menyakiti hati orang lain atau membuat pertikaian, malahan beliau kerap berperan sebagai penengah diantara pertikaian yang terjadi di dalam keluarga besar. Dengan kebijaksanaannya beliau berhasil menyelesaikan pertikaian dan permasalahan yang terjadi. Beliau berkata “ Menolong orang lain merupakan suatu keharusan selama itu dengan tujuan dan hakikat yang positif, hal itulah yang menjadi kepuasan saya apabila telah menolong dengan semampu yang saya bisa dan tidak mengharapkan imbalan, hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT. Dihargai atau tidak itu urusan Allah karena tujuan menolong adalah meringankan beban untuk menyelesaikan masalah”.
Sungguh seorang yang sangat menginspirasi dan dapat diteladani pengabdian dan kecintaannya terhadap budaya serta kebaikan beliau terhadap keluarga dan orang lain. Beliau hingga saat ini masih aktif dalam mengarang syair serta kegiatan kesenian dan budaya, namun terdapat kepiluan yang mendalam bila dilihat bahwa hanya sebagian kecil orang yang masih menghargai dan menikmati syair, terlebih lagi generasi muda saat ini bahkan mungkin tidak mengetahui tentang kesenian syair. Saat ini beliau hanya membuat syair bila ada permintaan dari pemerintah atau pihak lain yang memerlukan. Namun jika ada pihak yang memerlukan keahlian beliau dalam syair maka beliau tidak ragu-ragu untuk membantu semampu beliau.
Saat dimintai pesan untuk generasi muda, maka beliau beranjak dari tempat duduknya dan mengambil dua helai kertas dari tumpukan arisp karya syairnya. Kedua helai kertas tersebut berisi syair yang berjudul “RAIHLAH PRESTASI” dan “PESAN BUAT GENERASI PENERUS”, sebagai penutup tulisan ini dan sebagai penghormatan setinggi-tingginya kepada beliau serta ucapan terimakasih sebesar-besarnya maka akan dilampirkan salah satu karya syair beliau.
RAIHLAH PRESTASI
BANG SANONTANG (UTI SYAHRIR)
Puji dan syukur kami ucapkan
Salam dan hormat kami haturkan
Seni bersyair kami lantunkan
Raihlah prestasi kami namakan
Menuntut ilmu kita utamakan
Sebagai bekal hari kemudian
Sejaklah dini ilmu diberikan
Banyak manfaat yang kita rasakan
Selain ilmu iman di isi
Sudahlah tertanam dalam sanubari
Semogalah baik budi pekerti
Dapatlah tantangan percaya diri
Wahailah teman pemuda pemudi
Jugalah buat saya sendiri
Tuntutlah ilmu raih prestasi
Buat berkarya tak susah dicari
Jikalah sudah meraih prestasi
Janganlah selalu membanggakan diri
Turutlah ungkapan ilmunya padi
Mana yang runduk pasti berisi
Dengan syair kami berpesan
Menuntut ilmu tak boleh bosan
Lantunan syair kami sudahkan
Mohon dimaaf jika ada kesalahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H