Mohon tunggu...
vitra triyulia arsel
vitra triyulia arsel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Strategi Efektif dalam Pemeliharaan Peternakan Sapi di Daerah Pesisir Selatan

10 Oktober 2024   19:10 Diperbarui: 10 Oktober 2024   19:16 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sapi Pesisir adalah salah satu rumpun sapi asli Indonesia yang telah beradaptasi dengan baik dan populasinya menyebar didaerah pesisir pantai, Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat. 

Sapi Pesisir merupakan satu dari bangsa sapi lokal asal Indonesia selain sapi Aceh, Madura dan Bali (Martojo, 2003), dan sangat potensial dikembangkan sebagai penghasil daging. 

Sapi ini biasa disebut masyarakat Sumatera Barat dengan nama lokal Jawi ratuih atau Bantiang ratuih yang artinya sapi yang melahirkan banyak anak (Bamualim et al., 2006).

Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan salah satu sentra produksi sapi potong di Sumatera Barat, memiliki distribusi persentase pada PDRB-nya dari tahun 2007 dan 2008 sebesar 3,38% dan 3,35%. 

Hal ini menunjukkan bahwa peternakan di pesisir selatan memberikan sumbangan yang semakin lama semakin sedikit, sementara kita punya potensi untuk pengembangan usaha peternakan ini jika ditinjau dari segi sumber daya manusia, dan sumber daya alam.

Secara Umum program pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Pesisir Selatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak, meningkatkan mutu genetik, populasi dan produksi daging sehingga mampu menyediakan protein hewani asal ternak untuk memenuhi kebutuhan daerah dan daerah tetangga. 

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam meningkatkan populasi dengan menggunakan teknologi, namun sampai saat ini usaha tersebut belum dapat memenuhi tingkat kesejahteraan peternak jika kita lihat dari pendapatan yang diterima oleh peternak. 

Hal ini terlihat dari kemampuan budidaya sapi potong yang sebagian besar masih dilakukan sebagai tipe usaha sambilan dengan sistem pemeliharaan yang sangat sederhana dan terpencar-pencar. Skala kepemilikan baru mencapai 1 sampai 3 ekor setiap petani. 

Untuk meningkatkan struktur usaha menjadi cabang usaha pokok para peternak masih terbentur pada permasalahan manajemen dan permodalan, untuk meningkatkan volume usaha, para peternak memerlukan tambahan biaya yang relatif besar.

Disamping itu masyarakat yang tinggal didaerah terpencil kurang mengetahui informasi pasar produk-produk peternakan. Kurangnya informasi menyebabkan ternak budidaya ternak tidak berkembang. 

Produksi ternak yang dihasilkan suatu daerah hanya dapat mensuplai pasar-pasar didaerah yang bersangkutan maupun pasar daerah terdekat.

Usaha peternakan merupakan suatu keterpaduan antara manajemen produksi dengan manajemen keuangan, dimana manajemen produksi melihat tentang pemakaian input dan output. 

Bila semakin efektif dan efesien peternak dalam menjalankan hal tersebut maka semakin besar keuntungan yang diperoleh dan semakin kuat posisinya untuk berkompetisi di pasar serta tercapainya tujuan usaha. 

Didalam mengelola usaha efesiensi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan namun hal ini mungkin saja bisa gagal karena strategi utamanya tidak tepat. 

Perumusan strategi yang tepat bagi suatu usaha dapat dilakukan dengan memantau lingkungan melalui teknik-teknik analisa lingkungan yang dapat menentukan dimana posisi usaha berada, dan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi peternakan sapi potong di Kabupaten Pesisir Selatan ini sehingga dapat mengantisipasi semua permasalahan. 

Untuk itu perlu suatu konsep yang terukur dan terarah untuk menetapkan strategi dalam rangka mengembangkan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Pesisir Selatan.

Pemeliharaan peternakan sapi di daerah pesisir memiliki tantangan dan peluang tersendiri. Berikut adalah beberapa strategi efektif yang dapat diterapkan:

1. Pemilihan Ras yang Adaptif: Pilih ras sapi yang tahan terhadap kondisi pesisir, seperti kelembapan tinggi dan suhu yang berubah-ubah. Ras lokal atau hibrida bisa menjadi pilihan yang baik.

2. Pakan Berbasis Sumber Lokal: Manfaatkan pakan lokal seperti rumput laut atau limbah pertanian yang tersedia di daerah pesisir untuk mengurangi biaya pakan.

3. Pengelolaan Kesehatan yang Optimal: Fokus pada pencegahan penyakit yang umum di daerah pesisir, seperti penyakit akibat kelembapan. Vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting.

4. Desain Kandang yang Efisien: Rancang kandang dengan ventilasi baik dan perlindungan dari angin serta hujan. Kandang yang terangkat dari tanah juga dapat mengurangi risiko kelembapan berlebih.

5. Manajemen Air yang Baik: Pastikan sapi memiliki akses ke air bersih yang cukup, terutama jika berada di area yang terkena dampak intrusi air laut.

6. Penggunaan Teknologi: Gunakan teknologi pemantauan kesehatan dan manajemen pakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

7. Praktik Rotasi Pastura: Jika memungkinkan, terapkan sistem rotasi padang untuk menjaga kualitas tanah dan pakan, serta mencegah overgrazing.

8. Diversifikasi Usaha: Pertimbangkan untuk mengintegrasikan usaha pertanian lain, seperti budidaya ikan atau tanaman yang cocok dengan lingkungan pesisir, untuk meningkatkan pendapatan.

9. Edukasi dan Pelatihan: Tingkatkan pengetahuan peternak tentang teknik pemeliharaan yang baik dan inovasi terbaru dalam peternakan.

10. Pemasaran Lokal dan Jaringan: Kembangkan jaringan dengan peternak lain dan pasar lokal untuk memasarkan produk secara efektif.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, peternakan sapi di daerah pesisir dapat menjadi lebih produktif dan berkelanjutan, sekaligus mengatasi tantangan lingkungan yang unik.

Faktor lingkungan terutama padang penggembalaan sangat berperan dalam menyediakan pakan untuk mendukung pertumbuhan sapi pesisir. Huyen et al. (2011) menyatakan tampilan sapi sangat dipengaruhi oleh manajemen pakan dan bangsa sapi. Sapi muda membutuhkan pakan yang mengandung protein dan energi tinggi untuk pertumbuhan otot, tulang, dan lemak. 

Menurut Adiwarti et al. (2011), pertumbuhan merupakan tolok ukur yang paling mudah untuk menilai produktivitas, tinggi pundak, panjang badan, dan lingkar dada. Selanjutnya Siregar dan Hasanah (1986) menyatakan kenaikan bobot badan merefleksikan tingkat pertumbuhan ternak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun