Aku tiba-tiba berada di tempat ini. Tempat yang sangat gelap dan dingin hingga membuat diriku menjadi menggigil. Tak ada suatu hal pun yang terlihat di hadapan mataku. Yang hanya dapat kulihat hanyalah sebuah kegelapan yang kelam.
Walaupun Aku sudah mencoba bergerak kemana pun, Aku tetap tidak bisa melihat adanya cahaya di sekitarku. Tidak hanya kegelapan yang ada di tempatku ini, tetapi juga kesunyian pun melengkapi suasana di mana aku berada. Sebenarnya itulah yang membuatku menjadi lebih takut disini.
Kesunyian yang kelam membuatku berpikir bahwa tidak ada siapa pun yang berada di sekitarku. Akan tetapi, pada saat malam, biasanya kudengar suara kelelawar bermunculan di tempatku berada.
Sudah lama aku berada di tempat ini. Lama-kelamaan Aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan di sekitarku. Untuk mengatasi kesepianku, kadang Aku membuat suara sendiri karena nantinya suara tersebut akan bergema sehingga membuatku berpikir bahwa Aku tak sendiri.
Sungguh konyolkan cara yang kulakukan ini. Akan tetapi, hanya itu satu-satunya cara yang membuat diriku menganggap bahwa Aku tidak hanya sendiri di tempat ini.
Hembusan angin tiba-tiba menghampiriku. Seketika Aku mencoba lagi untuk berjalan dengan hati-hati. Tiba-tiba Aku meraba sesuatu yang rasanya berbeda dengan yang lain.
Hingga kusadari bahwa itu adalah manusia. Akan tetapi, dirinya sangat dingin dan tak berkata apaun. Memikirkan kemungkinan bahwa dirinya sudah meninggal membuatku menjadi takut dan seketika diriku menjadi merinding.
Kepalaku tak bisa memikirkan apapun, kecuali keinginanku untuk pergi sesegera mungkin dari tempat ini. Lantas aku lari sekencang mungkin. Walaupun banyak benda yang bertabrakkan dengan diriku, Aku tetap menerjangnya sambil menangis.
Deraian air mata keluar ketika aku sedang berlari dari tempat ini. Dentuman keras tiba-tiba menabrak diriku yang akhirnya membuat aku berhenti pada saat itu juga. Rasanya sakit. Sakit sekali karena benda yang kutabrak ternyata merupakan batuan tajam.
Seketika darah mengucur dari dahiku, Rasanya sangat hangat hingga membuat Aku melumuri tanganku dengan darah itu sehingga tanganku tidak merasa sedingin awalnya.
Setelah itu, kututupi darah di dahiku dengan tanah yang berada di permukaan ini. Aku harap hal itu minimal dapat memperlambat mengucurnya darah dari dahiku.
Saat Aku masih menangis di tempat ini, tiba-tiba ada getaran hebat yang muncul dari batu-batuan yang ada di sampingku. Saking hebatnya, aku mengambil beberapa langkah menjauh dari tempat aku berada saat itu.
Kudengar banyak suara yang muncul dari sisi lain dari batuan tersebut. Lama-kelamaan mulai keluar lagi banyak cahaya dari celah-celah batuan dari batu-batuan yang kulihat.
Cahaya-cahaya lain pun mulai menyoroti lebih lanjut setelah lebih banyak celah-celah yang ada di sana. Mendengar retakan celah yang lebih membesar pun membuat diriku menjadi lebih berharap bahwa ada orang yang akan menyelamati diriku ini.
Beberapa menit kemudian, ternyata dugaanku benar. Seketika banyak orang yang mulai menghampiriku ketika batuan yang disampingku membuka jalan mereka.
Senter-senter yang mereka gunakan membuat mataku menjadi buta sesaat dan tak bisa melihat mereka. Sesudahnya, mereka langsung berkata sesuatu yang Aku tak mengerti dan mengangkatku pergi dari tempat ini. Akan tetapi, Aku bersyukur bahwa ternyata diriku masih dapat selamat dari tempat yang gelap ini.
Sudah berhari-hari diriku berada di rumah sakit setelah kejadian itu. Akan tetapi, diriku masih tidak bisa mengingat apapun. Katanya aku mengalami amnesia.
Walapun keluargaku datang menghampiriku, tetapi aku masih tetap tidak bisa mengingat kembali. Dari berita yang kudengar, ternyata Aku mengalami kecelakaan di gua saat diriku sedang menjelajah disana.
Untungnya, orang yang kutemukan saat aku sedang di sana tidak meninggal. Akan tetapi, dirinya masih mengalami koma dan tidak ada yang tahu kapan dia akan sadar. Walaupun begitu, Aku tetap berharap bahwa dirinya bisa sadar secepat mungkin. Diriku pun bersyukur kepada Tuhan karena Aku masih bisa selamat dari kecelakaan itu. Semoga kehidupanku bisa berjalan dengan baik mulai dari sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H