Berbeda cerita dengan salah seorang pembaca, yang bernama Rara Anggraini. Awalnya kami berkenalan melalui facebook, lama-kelamaan akhirnya kami saling bertukar nomor hp. Rara Anggraini, seorang perawat yang kebetulan juga berkecimpung di dunia sastra sering berdiskusi dengan saya. Terutama berkaitan dengan karya-karya sastra. Akhirnya, kami saling menyadari bahwa makna persahabatan itu jauh lebih tinggi nilainya dari perasaan cinta. Dan nilai ini yang kami pegang sampai sekarang. Dia juga sangat menikmati dengan tulisan-tulisan saya yang bertema cinta. Begitu bijak, ketika dia mengatakan bahwa cinta sejati itu hanya milik Tuhan. Tulisan saya begitu menginspirasi ketika dia harus melayani pasien di rumah sakit. Cinta Tuhan itu sangat luar biasa jika kita bisa menggenggamnya. Tidak ada tanggungjawab pekerjaan yang terasa berat.
Dalam situasi seperti saat ini, Rara Anggraini mengalami ujian yang begitu berat, harus berjuang dengan pasien-pasien yang terkena wabah covid-19 dan membagi rasa cintanya dengan keluarganya (suami dan anak). Tetapi dia punya keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan segala-galanya. Di sisi lain, saya sangat berharap bahwa Atik Yulia dan Niken dapat menemukan cinta sejatinya, meski saya tidak mengerti apa yang mereka maknai tentang cinta. Rara Anggraini begitu yakin, apa yang dibacanya melalui karya-karya sastra, adalah motivasi kuat untuk menghasilkan sebuah karya dan pekerjaan.
Bagiku, makna cinta itu adalah sebuah kekuatan yang lahir dalam diri karena melalui berbagai ujian dan cobaan. Kekuatan yang juga mendorong semangat dalam berkarya. Dan kekuatan ini seperti ibaratnya sebuah tembok yang menahan segala godaan dan badai kehidupan. ***
(Tulisan ini terinspirasi dari kisah Vito Prasetyo bersama Rara Anggraini)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H