Mohon tunggu...
Vitto Prasetyo
Vitto Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - Laki-laki

pegiat sastra dan peminat budaya, tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Prasasti Hujan

27 Januari 2021   22:34 Diperbarui: 27 Januari 2021   22:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

serupa malam sebelumnya 

angin mendesak, menindih 

di liang awan tinggalkan perseteruan 

siang dan malam menjadi penggalan puisi 

nafas pun memayungi petaka 

yang acap kali lantunkan pesta 

meracau di tubuh halilintar 

hingga air mengalir 

di pelupuk matamu 

sering tergores gelisah 

rebah dan jatuh, menumpahkan aksara sedih 

sederas hujan, tatkala hatimu 

memang tersayat 

di mata pisau yang belum tertancap luka 

kita melukis angan 

samarkan semua rindu 

tubuhku telah kuyup 

terbasuh amarah langit 

kita berdiam diri 

di ujung langit-langit kamar 

lukisan plafon terukir sembab 

malam menusuk dingin 

bait-baitku kian rapuh 

buram tak terbaca 

tetesan hujan menggagas lara batin kita 

ingatanku terkurung 

dalam dekapan gundah 

yang 'kau tawarkan menjadi 

prasasti hujan 

Malang, 27 Januari 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun