Malam tergelincir pelanÂ
seperti hadirkan peraduan baru
meneduh syahdu nyanyian sumbang, tertikam duri rinduÂ
dan larutkan bejana waktu, ketika esok belum tibaÂ
di antara dua kelok penantian
penghujung malam pun menanti untuk menjemputÂ
Haruskah puisiku bertanya pada TuhanÂ
di sisi mana kurebahkan segala gelisah
bait-baitku telah basah kuyupÂ
menerjang pekat malam, yang mulai berselimut kabut embunÂ
hingga lentik malam menuai majas metafora
tempat kusandarkan segumpal doaÂ
Entah apa bedanya, antara rindu dan gelisahÂ
sama-sama samar jika sepasang syair memadu rinduÂ
yang pasti kutahu, cinta itu tak pernah mengingkari gelisah dan rinduÂ
dan kias malam hanyalah serpihan luka, yang membunuh pikiran sajakku
Malang, 03 Januari 2021