Ingin kuhitung seberapa banyak rembulan tersenyum padaku
menelisik malam di antara redup
bangkitkan mimpi, sandarkan bayanganmu
ada yang terlewati, di jejak benakmu
segumpal rindu tak tertuangkan pada bait-baitku
Dua windu lamanya
jendela kamarku menjadi kertas
angin pun enggan menyobeknya
seakan lukisanmu berdiri tegak disitu
memancang jejak kenangan
ketika kita menatap rembulan
memadu cinta di langit malam
Adakah rindu itu kita satukan pada syair baru
atau harus kita satukan dalam kealpaan  lisan?
Malang, 8 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H