Bung Djoko seorang Dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang menginisiasi ia baru Wayang Sarip yang menjadi pendongkrak minat ApresiasiMahasiswa untuk melestarikan Kesenian Wayang dalam bentuk pementasan Wayang Sarip di kala Era Moderniasi yang dimana Kesenian dan Budaya sudah mulai tergerus oleh zaman.Â
Menurut penjelasan beliau, Asal Usul Nama Wayang Sarip awal mulanya dengan properti Wayang yang dibuat menggunakan tokoh-tokoh baru dalam cerita rakyat "Sarip Tambak Oso" sehingga dinamakan menjadi Wayang Sarip.
Berbeda dengan Wayang Kulit yang kompleks, Wayang Sarip dibuat dengan bahan sederhana dari kardus bekas yang dipilah dan talang bekas genteng. Adapun beberapa Wayang Sarip yang dibuat menggunakan kulit tapi pembuatannya lebih sederhana daripada Wayang Kulit.
Sejumlah Upaya untuk memperkenalkan Wayang Sarip ke Masyarakat Umu sudah pernah dilakukan oleh Bung Djoko dan teman-teman Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Upaya yang dilakukan seperti mengadakan Pementasan di Taman Kanak-Kanak dan SD/MI di sekitar Sidoarjo, beberapa Pementasan juga ada yang dihadiri oleh Masyarakat Umum. Selain agar mendapat Apresiasi Seni dan Budaya, pementasan ini ditujukan sebagai sosialisasi ke Masyarakat tentang adanya Cerita Rakyat tentang Cerita Heroik sang Sarip Tambak Oso.
Dalam sesi wawancara dengan Bung Djoko, saya menanyakan perihal tentang Potensi Wayang Sarip terhadap pendorong minat Anak Muda dalam melestarikan Kesenian Wayang. Beliau mengatakan "Ada Potensi terhadap minat Anak-Anak Muda namun belum terlalu besar karena ini mendorong Anak-Anak Muda untuk berkreasi, jadi yang menciptakan, menata, dan mewarnai Wayang Sarip itu Anak Muda dan yang memainkan Wayang dan mengiringi musik juga Anak Muda meskipun Lagu-Lagu yang dibawakan diciptakan oleh para sesepuh di seni karawitan Jawa"
Hal ini merepresentasikan begitu potensial nya Wayang Sarip dari semangat Anak Muda dalam tetap melestarikan atau mempertahankan Eksistensi Kesenian Wayang di Sidoarjo.
Wayang Sarip telah mendaptkan beberapa Dampak Positif terhadap Apresiasi Kesenian dan Budaya Tradisional karena Wayang Sarip ditujukan untuk Anak-Anak Muda dan dimainkan oleh Anak-Anak Muda juga sehingga Secara tidak langsung para Anak Muda mengenal Cerita Heroik dari Sarip Tambak Oso ini yang di desain dengan media kekinian meskipun tetap mempertahankan beberapa Aspek Kesenian Tradisional.
Diharapkan dengan adanya Wayang Sarip ini, Kesenian dan Budaya di Sidoarjo tetap Eksis dan Berkembang  di Era-Era selanjutnya  dengan upaya-upaya pelestarian danÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H