Mohon tunggu...
Vito Arrahman
Vito Arrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - (lagi) Mahasiswa

nulis kadang-kadang, kritis kalo mau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterkaitan dan Kontribusi Masyarakat Kota atau Modern terhadap Sastra Populer

27 Juni 2022   13:58 Diperbarui: 27 Juni 2022   14:12 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi rahasia umum lagi bahwa perkembangan kesusastraan telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Dari yang hanya berupa secarik kertas dan tulisan, hingga menjadi sebuah tulisan yang dimuat di dalam teknologi. Tentu saja perkembangan kesusastraan tidak semata-mata berkembang, tidak tiba-tiba berubah, ada beberapa hal mengapa kesusastraan mengalami perubahan, salah satunya yaitu perkembangan budaya. 

Karena perkembangan budaya sangat berpengaruh langsung terhadap perkembangan sastra, dan perkembangan sastra juga sangat berpengaruh langsung terhadap perkembangan budaya. Jadi bisa dibilang sastra dan budaya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dan merupakan suatu korelasi yang mutlak.

Karena seiring berkembangnya budaya yang makin populer, tentu saja hal ini akan menjadikan sebuah sastra sebagai sastra populer. Sastra populer sendiri yaitu sebuah karya sastra yang cenderung menggunakan bahasa sehari-hari, sebuah karya sastra yang bisa dibilang memiliki esensi dan keindahan dari segi makna yang lebih rendah dari sastra non populer (sastra serius) karena sastra populer ini cenderung sangat mementingkan pasar. 

Sebuah karya sastra disebut populer di antaranya karena tema, cara penyajian teknik bahasa, dan penulisannya mengikuti pola umum yang tengah digemari masyarakat pembacanya, termasuk di Indonesia. 

Sastra populer tidak hanya sekedar menghibur, tetapi juga dinikmati sebagai karya seni sehingga sastra populer terutama dalam bentuk novel tidak saja dipandang sebagai barometer perkembangan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakatnya, tetapi juga bagi masyarakat dunia. 

Telah banyak ahli membicarakan sastra populer dalam kaitannya dengan masyarakat, namun jelas pula bahwa banyak diantaranya sama sekali tidak bertolak dari gagasan adanya perbedaan antara yang populer dan elit dalam sastra.

Perkembangan sastra populer ini juga bisa dibilang sangat pesat. Selain karena sastra populer ini memiliki kelebihannya tersendiri, peran masyarakat dalam perkembangan sastra populer ini bisa dibilang sangat signifikan, terutama masyarakat kota atau modern. 

Bukan berarti masyarakat desa atau pedalaman tidak mempunyai peran, tetapi jika dibandingkan dengan masyarakat kota, masyarakat kota bisa dikatakan lebih unggul. Karena, kemudahan dan kecanggihan dalam mengakses teknologi membuat masyarakat di perkotaan dapat menjangkau suatu karya sastra yang mungkin saja susah didapatkan di daerah pedesaan yang mana hal ini menjadi salah satu alasan mengapa karya sastra populer berkembang pesat di daerah perkotaan. Selain itu, pendistribusian suatu karya sastra di perkotaan tentu saja sangat mudah karena banyaknya perusahaan penerbit buku.

Dengan sifat yang keheterogenan atau beragam pada masyarakat kota ini menjadikan banyaknya selera, sudut pandang, referensi dengan latar belakang yang sangat berbeda-beda dari penikmat atau pasar maupun dari kalangan penulis atau industri kreatifnya. Tidak heran jika sebuah karya sastra populer yang beredar di daerah perkotaan banyak dan beragam mulai dari jenis, tema, unsur, dan lain-lain. 

Selain itu, dengan adanya hal tersebut, para penulis mulai berdatangan, mulai berani menunjukan karya-karyanya, mulai berlomba-lomba untuk menjual karya-karyanya, karena jika dibandingkan dengan karya sastra serius atau sastra non populer, karya sastra jenis ini bisa dibilang cukup mudah dalam pembuatannya.

Ditambah lagi, sastra populer yang bertujuan untuk menghibur, sangat sesuai dengan kondisi masyarakat kota yang butuh hiburan. Karena, menurut riset yang berjudul Stress Factors in Modern Urban Lifestyles: an Indonesian Perspective yang ditulis Soesmalijah Soewondo menyebut, lingkungan kota besar memberikan tekanan hidup lebih tinggi dibandingkan lingkungan pedesaan atau kota kecil. 

Beberapa alasan mengapa masyarakat di daerah perkotaan lebih rentan stress yaitu karena kehidupan yang sibuk seperti berangkat kerja di pagi hari dan pulang larut malam, dituntut dengan gaya hidup yang bisa dibilang cukup mewah, tekanan ekonomi juga menjadi salah satu faktor alasan mengapa masyarakat di daerah perkotaan menjadi rentan terkena stress. Oleh karena itu, peran sastra populer disini diharapkan mampu mencegah terjadinya hal tersebut.

Jika kita mengambil sudut pandang sebagai penulis ataupun pengarang, daerah tempat perkotaan dan sastra populer bisa dibilang cukup berkaitan, sastra dan daerah kota, atau daerah urban, memiliki hubungan dalam beberapa hal. Selain sebagai salah satu faktor pendukung utama produksi sastra (penerbitan dan percetakan, pendidikan, distribusi dan ekonomi), kota juga merupakan bagian penting yang diolah dalam karya sastra (misalnya dalam latar, konflik, maupun penokohan). 

Terutama jika kita sebagai penulis ataupun pengarang merasakan langsung atmosfer bagaimana hiruk-pikuk tinggal di kota, keresahan yang dituangkan dalam bentuk karya pun akan semakin relate jika dibaca oleh para penikmat karya sastra. 

Ilustrasi perihal wilayah, terutama wilayah perkotaan, menjadi sumber permasalah dan latar yang banyak dikemas dalam karya sastra. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, petama-tama daerah yang terdekat dengan diri pengarang atau penulis menjadi pilihan. 

Hal ini tentu saja diakibatkan oleh konflik yang terjadi, pembuatan atau penokohan dari karakter, bahasa, latar belakang budaya yang ada di daerah tersebut, visualisasi dan deskripsi di dalam karya sastra, dan bagaimana penyelesaian masalah dapat dikuasai dengan baik dan ciamik oleh pengarang atau penulis.

Salah satu contoh karya sastra populer yang menurut saya cukup populer yaitu sebuah novel karya seorang penulis, komedian, sutradara, produser, aktor, dan YouTuber yaitu Raditya Dika yang berjudul Marmut Merah Jambu yang diterbitkan pada tahun 2010. Novel yang menceritakan kisah percintaan anak remaja di zaman sekarang dengan alur cerita yang mudah dipahami,  bahasa yang digunakan dalam nover Marmut Merah Jambu ini pun menggunakan bahasa sehari-hari, sungguh sangat sastra populer sekali. 

Novel Marmut Merah Jambu ini juga merupakan pengalaman pribadi sang penulis yaitu Raditya Dika, oleh karena itu dengan hanya membaca Marmut Merah Jambu ini kita turut merasakan bagaimana kisah percintaan Raditya Dika semasa remaja. 

Dengan tema cerita seperti ini, dan juga gahasa yang digunakan pun bisa dibilang bahasa gaul, tidak heran jika para pembaca novel ini kebanyakan dari kalangan remaja yang tinggal di daerah perkotaan karena merasa relate dengan apa yang terjadi di dalam cerita novel tersebut. Lalu pada tahun 2014, novel Marmut Merah Jambu ini diadaptasi menjadi sebuah film. 

Kelarisan novel Marmut Merah Jambu ini juga menjadikan salah satu alasan mengapa sang penulis ingin menjadikannya sebuah film. Ini menunjukan bahwa perkembangan sastra populer di masyarakat perkotaan ini sangat signifikan, dari yang hanya sebuah tulisan yang dibukukan, hingga diadaptasi dan dijadikan sebuah film karena masyarakatnya yang begitu antusias terhadap sastra populer ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kesusastraan dapat dibilang cukup pesat, dari yang hanya sebuah secarik kertas yang berisikan tulisan, sekarang menjadi sebuah tulisan yang bisa dimuat di dalam teknologi. 

Perkembangan suatu sastra juga tidak tanpa sebab, salah satunya yaitu perkembangan budaya, karena sastra dan budaya ini sangat erat kaitannya satu sama lain. Seiring berkembangnya budaya yang makin populer, perkembangan sastra pun turut menjadi sastra populer. 

Sastra populer sendiri yaitu gebrakan baru di dalam dunia kesusastraan yang bersifat hiburan, sastra yang sedang mengikuti tren apa yang sedang terjadi, dan sastra  yang alur ceritanya lebih mudah dipahami dibanding dengan sastra serius. 

Perkembangan sastra populer ini juga bisa dibilang sangat pesat, salah satu alasannya yaitu peran dari masyarakatnya itu sendiri, terutama masyarakat kota atau modern. Penulis dan penikmat karya di daerah perkotaan pun sama-sama diuntungkan. 

Salah satu karya sastra populer yang menjadi favorit saya yaitu sebuah novel yang berjudul Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Novel yang menceritakan kisah percintaan remaja dengan latar cerita yang cukup relate dengan daerah perkotaan, dan penggunaan bahasa sehari-hari menjadikan novel ini termasuk kedalam sastra populer. 

Selain itu, novel ini juga diadaptasi menjadi sebuah film, hal ini menandakan bahwa sebuah sastra populer akan terus makin berkembang seiring berjalannya waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun