Mohon tunggu...
Mohammad Vitroh
Mohammad Vitroh Mohon Tunggu... Otoritas Jasa Keuangan -

Otoritas Jasa Keuangan, Departemen Perbankan Syariah |Management Trainee Danone Aqua 2015 |Ekonomi Islam, Universitas Airlangga | SMA Negeri 5 Surabaya | SMP Al-Hikmah Surabaya Full Day School Surabaya | mohammadvitrho.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mari Arif dalam Mendukung

17 Juni 2014   18:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini kita diributkan oleh berbagai diskusi, debat, dan bahasan tentang calon presiden pilihan kita. Saya sendiri pun tak pernah ketinggalan untuk turut serta dalam menyuarakan dukungan saya pada salah satu kandidat, baik itu melalui diskusi face to face maupun diskusi di media sosial. Namun saya prihatin bahwa banyak dari kita seringkali lupa pada satu hal yang begitu esensial yakni masalah kearifan dalam mendukung.
Kawan, kita semua pasti tahu bahwa tak ada satupun insan di dunia ini yang tak lepas dari salah dan dosa. Dan sebaliknya, tak ada satupun dari kita yang tak pernah melakukan kebaikan yang mendulang pahala. Begitu juga para capres yang saat ini sedang berebut simpati dari seluruh rakyat Indonesia. Mereka juga manusia, bukan setan yang tak pernah berbuat baik, bukan pula malaikat yang tak pernah tersentuh dosa dan maksiat. Mereka masing-masing pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun saya yakin bahwa mereka memiliki kelebihan yang jauh di atas rata-rata dari pada kita semua yang sering mendiskusikan dan berdebat mengenai mereka.
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk tetap memiliki kearifan dalam berdiskusi, mendukung, dan menyuarakan pendapat kita. Jangan kita mendukung salah satu pasangan dengan selalu menjelek-jelekkan pasangan lain dan selalu memuja yang kita dukung. Kita pun sering menjadi alergi dan meradang ketika ada orang lain yang menyinggung atau menyentil kekurangan dari capres-cawapres jagoan kita. Padahal kita juga perlu mendengar dan membandingkan sudut pandang kita dengan orang lain yang mungkin kontra dengan kita. Dengan membandingkan sudut pandang tersebut wawasan kita menjadi luas, kita pun dapat menjadi semakin arif dalam mendukung dan terhindar dari dukungan yang membabi buta. Jangan sampai hanya gara-gara perbedaan dukungan memecah belah kita, memutus tali silaturahim, dan mengorbankan persatuan. Hujat menghujat antar para pendukung juga sudah saatnya dihindarkan sebisa mungkin. Mari tunjukkan cara mendukung yang elegan tanpa mencaci maupun menghujat.
Jujur saja, saya di sini sebagai pendukung salah satu pasangan juga sedang dalam tahap belajar. Belajar untuk lebih arif dalam mendukung. Karena saya sadar fanatisme pada salah satu calon tidak akan membawa manfaat besar dalam kehidupan saya kecuali memang saya bekerja sebagai timses atau menjadi kader partai yang terlibat dalam politik praktis. Saya dan juga mungkin sebagian besar pembaca yang budiman juga sudah saatnya sadar bahwa dukungan yang berlebihan merupakan potensi untuk memecah belah bangsa ini, menafikkan Bhineka tunggal Ika, dan menimbulkan polarisasi yang ekstrim. Siapapun yang menang dalam pilpres 9 juli nanti harus kita hormati dan yakini bahwa itulah pilihan terbaik bagi bangsa ini.
Namun jangan mensalah artikan tulisan saya ini untuk mengajak kita berdiam diri dalam mendukung. "Sudah pilih saja dalam hati, tidak perlu bersuara. Cukup datang ke TPS, pilih, masalah selesai." Bukan ini yang saya maksud. Saya tetap mendorong dan mengapresiasi kawan-kawan yang dengan lantang bersuara dan mendukung salah satu pasangan. Yang saya tekankan adalah dukunglah dengan proporsional, elegan, dan arif. Suarakan dengan suara-suara yang menyejukkan hati bukan malah membuat kita menjadi mual mendengarnya.
Mari arif dalam mendukung!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun