Frits Lamp adalah seorang atlet sepakbola HFC Haarlem dan sprinter Belanda yang pernah mengikuti Olimpiade Paris 1924. Saat olimpiade ia mewakili Belanda dalam cabor atletik nomor lomba lari 100 meter. Ia lahir dari sepasang orang tua bernama Heinrich Stanislaus Lamp (Ayah) dan Agnes Alberta Brinkmann (Ibu) tanggal 6 September 1905 di Kota Haarlem, Belanda.
Karier di dunia atletnya tidak berjalan lama. Pada tahun 1927 ia merantau ke Sumatra tepatnya bekerja di perusahaan Deli Maatschappij. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perkebunan tembakau. Lima tahun kemudian ia menikah dengan perempuan bernama Johanna Pieternella Maria Brandt Corstius tepatnya 24 November 1932 di Medan.
Kemudian ia melanjutkan karir sebagai Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) unit Stadswacht di Medan. Disana ia berpangkat 'soldaat' atau sekelas prajurit dua (prada/tamtama) dalam kepangkatan TNI saat ini. Bergabungnya dengan KNIL, otomatis Frits Lamp tergabung dalam koalisi sekutu untuk menghadapi Jepang selama Perang Dunia 2 berlangsung.
Frits ditangkap oleh pasukan Jepang pada tanggal 30 Maret 1942 di Kutacane, Aceh. Otomatis ia langsung dijadikan tawanan perang (prisoner of war/POW). Memasuki tahun 1944 adalah tahun dimana Jepang mulai mempekerjakan tawanan perang sebagai romusha untuk membangun jalur kereta api Pekanbaru. Sepertinya, Frits adalah bagian dari 'Atjeh Partij' yang isinya adalah tawanan perang yang sebelumnya sudah ditahan di Aceh yang kemudian dibawa menuju Pekanbaru.
Frits Lamp ditugaskan untuk bekerja di area Kamp nomor 5 yang berlokasi di Lubuk Sakat. Akibat tekanan pekerjaan yang keras dan brutal maka ia meninggal saat bekerja pada tanggal 27 Mei 1945 di usia 39 tahun. Penyebab kematiannya ialah penyakit pneumonia. Istrinya, Johanna Poeternella, kembali ke Belanda lalu menikah lagi sekitar tahun 1964 dan mereka hidup di Rotterdam. Johanna baru meninggal sebelum tahun 2014.