Mohon tunggu...
Vitho Anugrah Pratomo
Vitho Anugrah Pratomo Mohon Tunggu... Guru - Guru IPS

Saya adalah guru IPS lulusan S1 Pendidikan Geografi Universitas Negeri Semarang (UNNES). Saat ini Saya tengah melanjutkan studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Padang. Saya mempunyai hobi dalam mengulik sejarah dan tradisi. Saya berasal dari Pekanbaru Kota Bertuah, Provinsi Riau.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

28 Desember 2023   21:21 Diperbarui: 28 Desember 2023   21:36 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Pawai Budaya Melayu Riau (djkn.kemenkeu.go.id)

Budi pekerti merupakan bentuk dari keselarasan (kesimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa, dan karya. Keselarasan hidup ini dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya dan kemudian dilatih untuk mengelola diri. Budi pekerti berperan dalam melatih anak untuk menjadi diri yang merdeka.

Budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang (Ki Hajar Dewantara).

Sistem Among

Ki Hajar Dewantara mengenalkan sistem among pada pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta yang saat ini diadopsi sebagai falsafah pendidikan nasional Indonesia. Pengajaran sistem among termaktub dalam semboyan "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangunkarso, Tut Wuri Handayani".

"Ing Ngarso Sung Tulodho" yang berarti di depan memberikan teladan. Disini guru memahami secara holistik bagaimana menjadi seorang suri tauladan yang baik bagi peserta didik serta menjadi teladan pula dalam budi pekerti dan tingkah laku.

"Ing Madyo Mangunkarso" yang berarti di tengah membangun kekuatan (kehendak). Diharapkan guru mampu untuk membangkitkan sebuah semangat dan membangun kekuatan serta berkreasi bersama muridnya. Berperan sebagai penuntun tumbuh kembangnya peserta didik.

"Tut Wuri Handayani" yang berarti di belakang memberikan dorongan. Disini guru diharapkan tidak hanya sekedar memberikan motivasi tetapi juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar peserta didik mampu mengeksplorasi daya cipta, raya, karya, dan karyanya.

Sistem among didasarkan atas dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat kemajuan pendidikan sesuai dengan potensi peserta didik dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan kekuatan lahir dan batin murid. Sistem among mempunyai prinsip untuk mengutamakan ketulusan dan penuh kasih sayang dalam menuntun tumbuh kembangnya kodrat peserta didik. Seorang guru harus menuntun anak muridnya untuk mampu mengembangkan diri sesuai kodrat dan potensi dalam dirinya dengan penuh kasih sayang hingga do'a harapan untuknya.

Guru dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya. Dengan cara menanyakan kesukaannya, keinginan belajarnya, dan lain-lain yang sekiranya murid merasa dihargai dan didengarkan.

Dengan membaca dan memahami pemikiran tentang persepsi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara maka dalam batin seorang guru tentu akan merasa bahwa kita selaku guru harus terus berbuat dan bergerak demi kemajuan pendidikan dan hasil dari proses pendidikan itu sendiri. Kita sebagai seorang guru harus menjalankan pengajaran di sekolah dengan memberikan pendekatan yang lebih kepada peserta didik. Berpihaklah kepada peserta didik dan tuntunlah mereka agar mereka dapat tumbuh kembang sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru menjadi suri tauladan yang baik serta pamong bagi mereka dalam proses tumbuh kembangnya. Agar apa yang mereka lakukan tetap pada garis formasi yang benar dan tidak kehilangan arah.

Sebagai seorang guru yang akan mengabdikan dirinya pada tanah kelahiran di Bumi Melayu, Riau, Saya sudah memulai untuk mengembangkan pengajaran dan pendidikan berbasis kearifan lokal. Nilai atau esensi dari kearifan lokal tersebut Saya gunakan sebagai media tuntunan dan media pembelajaran untuk peserta didik. Saya sudah pernah menulis dan menyusun bahan ajar berupa materi mitigasi bencana berbasis sastra lisan Melayu seperti pantun dan syair. Hal tersebut nantinya akan Saya gunakan bilamana mengajar di kelas nanti. Menurut Saya cara ini selain untuk pengajaran yang bersifat materi juga merupakan upaya dalam diri Saya pribadi untuk melestarikan kearifan lokal masyarakat Melayu agar tidak hilang tergerus zaman.

Selain itu Saya juga memberikan keleluasaan bagi peserta didik untuk mengembangkan media belajarnya secara mandiri sesuai minat dan bakatnya. Misalkan bilamana murid Saya mempunyai bakat menggambar sketsa, maka akan Saya arahkan ia membuat sebuah media belajar berbasis sketsa yang berisikan konten materi ajar yang telah ia dapatkan selama pembelajarannya di kelas. Jadi, sebuah hasil dari belajar peserta didik mampu mereka ekspresikan sesuai dengan minat dan bakat yang ada pada dirinya. Diharapkan dengan cara ini akan mampu membentuk seorang pribadi yang kreatif sesuai dengan kompetensi abad 21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun