Mohon tunggu...
Mohammad Vitar
Mohammad Vitar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebangkitan Pendidikan Banten, Mampukah?

1 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 1 Desember 2020   10:18 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Debat Kedua Pemilihan Walikota Cilegon 2020 yang disiarkan Metro TV, Sabtu, 28 November 2020. Ali memaparkan bahwa program unggulan mereka yakni, pendidikan gratis dan biaya buku LKS (Lembar Kerja Siswa) gratis ditunjang Kartu Cilegon Cerdas, beasiswa multi jenjang, serta penguatan sarana prasarana pondok pesantren dan madrasah.

Bagaimanapun itu, siapapun pemimpin selanjutnya diharapkan mampu membawa kesejahteraan masyarakat yang sejati serta menjalankan amanah jabatan dengan penuh rasa tanggung jawab bukan hanya sekedar mencari legitimasi sesaat.

Keadaan kualitas pendidikan di Provinsi Banten yang boleh dikata tertinggal dengan daerah lain memanglah menjadi salah satu urgensi yang perlu segera dibenahi dalam segala kekurangan dan permasalahan yang masih tampak dewasa ini. Mengingat pendidikan juga menjadi investasi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nantinya. Kualitas SDM saat ini sangat penting dipersiapkan dan dikembangkan guna mencetak SDM yang berkualitas dan berdaya saing di masa mendatang hingga terwujudnya masyarakat sejahtera.

Oleh sebab itu, haruslah pemerintah memperhatikan hal ini baik-baik jika memang bercita-cita mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang nantinya akan dipegang oleh generasi muda saat ini. Dengan kebijakan publik yang efektif membangun pendidikan berkualitas, tentu akan menghasilkan pula generasi yang mampu memikul tombak pembangunan negeri ini dengan baik. Dengan begitu pula, tidak akan lagi terdengar kabar anak yang putus sekolah, karena ketidaksanggupan ekonomi.

*Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun