Rakyat Salatiga telah menentukan pilihan politiknya tanggal 15 Februari 2017, malam hasil hitung cepat yang dilakukan hasil akhir perolehan suara sudah tergambar, takdir Tuhan menentukan Yaris unggul 992 suara, Yaris berhasil mengumpulkan 53.052 suara, sedangkan Rudal 52.060 suara. Meski begitu masih harus tetap menunggu keputusan resmi hasil rekapitulasi manual yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Karena ada gugatan ke KPU, pada akhirnya keputusan pemenang tertunda penetapannya, menunggu keputusan dari MK. Seperti halnya kompetisi-kompetisi lainnya, dalam pilkada ini pasti ada pasangan calon yang kalah dan menang, ada yang petarung, ada yang berstrategi, ada yang suka dan ada pula yang duka. Namun itulah realitas kehidupan yang mau tidak mau harus diterima dan dijalani oleh masing-masing kandidat. Slogan siap menang dan siap kalah memang mudah untuk diucapkan. Namun kenyatannya butuh jiwa besar untuk mempraktekkannya, khususnya bagi pihak yang kalah.
Ada pelajaran yang bisa dipetik pada peran DK, ia masih muda, punya semangat, tidak malu berubah fikiran tidak golput, kalaupun golput juga ada pemenangnya, mendengar nasehat dari seseorang yang mempunyai kharisma, kewibawaan yang ia hormati dan ia percaya, orang itu tentu punya simpati terhadap calon pilihannya, ada metode pengumpulan suara yang unik, adanya rakyat yang sukarela menyumbangkan suara tanpa mengharapkan imbalan jasa atau apapun, dengan mengkolaborasi MLM, ilmu sosial dan interaksi sosial untuk memenangkan pilkada, dan yang jarang ditemui tidak ingin jati dirinya dikenal.
Kemenangan ini karena kuasa Tuhan, Tuhan menggerakkan orang-orang yang dikehendaki. Orang-orang itu mempunyai hubungan kedekatan secara batiniah walaupun tidak saling mengenal, yang tidak pernah ia saling sadari, tidak nampak dimata namun mempunyai hubungan erat dihati, berawal dari rasa simpati inisiatornya terhadap calon, dieratkan oleh Sang Maha Pencipta. Terjadilah hubungan erat bukan kerena imbalan uang atau berharap-harap sesuatu.
Mengutip quote dari Prof. Dr. Frans Magnis Suseno, SJ pada beberapa baleho yang banyak tersebar pada sudut Kota Salatiga, “PEMILU BUKAN UNTUK MEMILIH YANG TERBAIK, TETAPI UNTUK MENCEGAH YANG TERBURUK BERKUASA”, bisa jadi quote itu sesuai dengan kondisi yang diharapkan, Yaris terpilih untuk mencegah yang terburuk berkuasa, memberi kesempatan pada dirinya memperbaiki kondisi masa lalu, sekaligus menyadarkan tentang perlunya berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pemilihan umum, tidak golput, baik itu pilpres, pilkada, dan pileg. Menang pilkada, ternyata bukan semata-mata karena uang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI