Mohon tunggu...
Vita Harjanti
Vita Harjanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

METODE MLM TURUT MENANGKAN PILKADA SALATIGA

1 Juni 2017   10:49 Diperbarui: 21 Juni 2017   09:47 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AWAL MENGENDALIKAN SALATIGA: Walikota Salatiga bertekat lebih baik dari kepemimpinan periode sebelumnya (dok:swasti)

Tulisan ini sebelumnya berjudul PILKADA, KALAH, BUKAN KARENA KURANG UANG, dengan pertimbangan yang ingin penulis tonjolkan adalah cara mengumpulkan pendukung, diganti judul diatas. Tulisan ini sebetulnya lebih tepat diangkat pada masa-masa pilkada. Tapi tidak apalah diturunkan sekarang, toh pilkada tidak hanya berlangsung sekali.

Akibat politik uang pada pilkada dan pileg benar-benar telah merusak cara pandang seseorang. Merusak mentalitas seseorang, tanpa uang masyarakat aras bawah malas memilih calon. Suburnya politik uang itu membuat cara pandang masyarakat pemilih menjadi permisif terhadap politik uang itu. Praktek politik uang tumbuh subur, dianggap suatu kewajaran, mengakibatkan masyarakat tidak peka lagi terhadap dampak negatif dikemudian hari, seperti pungli, korupsi. Masyarakat tahu akibat politik uang itu banyak kepala daerah terjerat malasah dan masuk bui, tapi membiarkannya karena tidak merasa bahwa politik uang secara normatif merugikan dirinya. Hasil penelitian dosen UKSW Nico L. Kana (2001:9) di Kecamatan Suruh misalnya, menemukan pemberian uang, politik uang sudah biasa berlangsung pada setiap pilkades pada masa sebelumnya, oleh masyarakat setempat hal ini dipandang sebagai simbol tali asih.

Bagi calon sendiri, tanpa menyediakan uang dalam jumlah banyak untuk dibagi-bagikan kepada para calon pemilih, yang sudah ditargetkan lokasi dan tingkat sosial ekonominya, tidak akan merasa percaya diri berlaga pada pilkada. Oleh karena itu banyak calon peserta pilkada maupun pileg yang berani menerima penawaran pinjaman “lunak” dana dari investor untuk dikembalikan dikemudian hari ataupun pemberian bantuan dana dari botoh judi.

Kekalahan Rudal pada pilkada lalu, masih meninggalkan bekas, bukan bekas kegagalan gugatannya di MK ditolak, tetapi pendukungnya masih ada yang beranggapan kegagalan Rudal karena pada malam menjelang hari H pilkada yang akan digelontorkan dari “donatur” tidak kunjung datang, menyebabkan dukungan calonnya berkurang.

Memang pilkada perlu uang, tanpa uang calon peserta tidak akan mampu membiayai pilkada. Terlepas dari pilkada membutuhkan banyak uang untuk memanjakan rakyat atau tidak, peran Tuhan tentu lebih besar dari pada jumlah uang yang dibagi-bagikan, banyak bukti ada calon kepala daerah mengeluarkan uang berlimpah, tidak menang. Di lapangan ditemui kenyataan banyak warga masyarakat akar rumput yang tetap memilih pemberian calon lebih rendah nilai rupiahnya dari calon lainnya, karena pengaruh pendapat seseorang yang ia anggap lebih tahu atau orang yang ia percaya. Jadi kemenangan dan kekalahan dalam pilkada bukan semata-mata masalah besar dan kecilnya pemberian uang, tetapi ada sisi lain yang menurut pertimbangan calon pemilih harus memilih calon yang ia anggap cocok dihati. Apabila diprosentase, lebih banyak warga yang memilih tanpa mengharapkan uang, khususnya warga menengah ke atas mempunyai penghasilan layak, walaupun ini tidak seratus prosen pendapat ini dapat menjamin. Kalau pun ada yang rela memalingkan muka karena suatu bingkisan (baca : bungkusan), prosentasenya pun kecil.

Menjelang pilkada Salatiga  lebih kurang H - 15 penulis didatangi seorang perempuan muda, cantik, supel, diantar teman lama yang hampir jarang bertemu,  ia ingin mengetahui hasil survei elektalibilitas yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dalam penelitian menjelang pilkada beberapa waktu yang lalu, dan menanyakan metode yang digunakan. Hasil survei yang lebih tepat disebut amatiran itu menunjukkan Rudal unggul pada kantong-kantong tertentu dan pada beberapa tempat dipinggiran kota. Setelah ia mempelajari sepintas data survei, berkeyakinan akan mampu untuk menyusun strategi memenangkan salah satu calon.

Perempuan itu sebetulnya sudah berpesan untuk tidak ditulis aktifitasnya. Oleh karena aktifitas itu bagi penulis tergolong uniq dan akan bermanfaat bagi orang lain, penulis tulis saja inisialnya Dki supaya tidak malanggar kode etik penulisan, dan jatidirinya tidak dikenal. DKi mengaku semula tidak mempunyai keinginan untuk memilih dalam pilkada ini, ia dan teman-temannya hanya akan memilih calon independen. Karena calon independen yang ia dukung pada waktu itu terkendala entry data, akibat mendadak ada perubahan format formulir data KTP dua hari menjelang penutupan pendaftaran, akibatnya lebih dari 13.000 KTP tidak dapat diketik, maka ia dan teman-temannya memutuskan tidak mengikuti pencoblosan.

Niat itu berubah total setelah bertemu seseorang yang ia hormati dan segani, sebut saja Mr. Be, “menyarankan untuk memberikan dukungan pada salah satu calon, pertimbangannya jumlah KTP yang ia kumpulkan signifikan dan tanpa ada embel-embel uang ganti biaya fotokopi, artinya bisa untuk menunjukkan kepada khalayak masih banyak warga yang tidak komersial, minimal untuk kebanggaan diri sendiri, sayang kalau tidak disumbangkan”, disarankan untuk mendukung Yulianto - Moh. Haris. Ia sempat merasa ragu, karena berita miring yang terungkap pada kampanye spanduk. Setelah diberi beberapa pandangan, calon masih muda, masih bisa berubah, sebetulnya orangnya baik pasti bisa kembali lebih baik, penyebab utama menjadi buruk, karena orang-orang disekelilingnya yang kurang baik,mereka memanfaatkan kekurangannya dan beberapa pertimbangan lainnya, seperti Moh. Haris seorang pemuka agama, yang diharapkan akan mampu menjadi penyeimbangnya. Akhirnya DK memutuskan untuk hunting kembali menghubungi kenalan, teman, kolega dan sodara-sodaranya.

MLM Piramid Murni Tak Beraturan

Metode yang ia pakai untuk mencari dukungan sama dengan waktu mengumpulkan KTP, yaitu cara ”Multi Level Marketing  (MLM) piramid murni tak beraturan” dikolaborasi dengan ilmu hubungan sosial dan interaksi sosial yang pernah DK pelajari. Pengertiannya MLM piramid murni, yang atas akan berhasil kalau didukung yang dibawah, yang dibawah boleh mengembangkan banyak cabang. Hubungan sosial dan interkasi sosial ia tumbuhkan, membangkitkan hubungan timbal balik antar individu yang lazim terjadi pada setiap manusia, individu dapat saling mempengaruhi didasarkan pada kesadaran saling menolong, menghormati, saling mempengaruhi diantara dua orang atau lebih. Seseorang biasanya melakukan hubungan sosial secara naluri didorong oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Faktor dari luar ini lah yang dia manfaatkan untuk menarik perhatian orang melalui orang terdekatnya masing-masing, yang terjadi karena simpati, motivasi, sugesti, imitasi atau meniru, identitas, kontak sosial dan komunikasi. Dengan metode ini orang pertama belum tentu kenal dengan orang urutan ke seratus, tetapi orang yang ke seratus ada kemungkinan lebih kenal dekat dengan orang yang ke seratus satu, demikian seterusnya. Dengan asumsi bahwa orang akan lebih percaya orang dekatnya dari pada orang jauh, DKi merancang strategi.

Dengan mengembangkan metode ini ternyata sangat jitu, sayangnya waktunya hanya  15 harian sampai hari H, tidak semua link yang pernah ia jalin dalam pengumpulan KTP dapat dijangkau kembali oleh kaki-kaki dibawahnya. Data yang tercatat hingga H-1 hanya memperoleh 1.592 pendukung, setelah selesai pencoblosan angka pemilih yang ia sempat catat tidak lebih dari 2000 orang dapat terjaring dan tercatat, jauh dari jumlah KTP yang pernah ia kumpulkan. Konon yang menyumbang suara ke Yaris dengan model itu tidak hanya dirinya saja, ada nama-nama yang pernah ia dengar namanya Stp, In, Tkn, MH, Mwr, F, cara kerjanya mirip door to door sistemnya berbeda, tapi dalam satu skema inisiator. Dan banyak orang lainnya termasuk ada PNS yang publikasinya secara senyap, yang ia istilahkan gerakannya ini gerilya dibawah tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun