Mohon tunggu...
Vita Harjanti
Vita Harjanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Salatiga Kampanye Aib? Jual Produk Berpikirlah Positif

17 Januari 2017   15:35 Diperbarui: 17 Januari 2017   18:56 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peserta diskusi lain yang sedang belajar ilmu hukum, menimpali, “selama ini Pak Rudi dimana, kemana, apa tidur, beliau kan sekda, apa tidak berfungsi sebagai sekda, bagaimana pasar tradisional sampai terlunta-lunta, sementara beliau itu dulu Kepala Dinas Pasar, punya pengalaman mengelola pasar. Bagaimana ijon proyek terjadi, mengapa beliau diam saja, padahal beliau itu sekdanya, fliternya Pemkot Salatiga.Pak Rudi ada di dalamnya dalam satu sistem, kreatifitas, tindakantegasnya dan inovasinya dimana ?.

Dalam jabatannya, sekda bertindak sebagai seorang pembantu administrator atau sebagai pimpinan muda, mengatur administrasi pada kantornya, mengatur aktifitas atasannya, mengingatkan atasannya. Dari jargon menebar aib, nampak tidak bijaksana. Sekda tidak menjalankan fungsi sekretaris, secretum, orang yang memegang rahasia, tidak mengenal falsafah jawa mikul duwur mendem jero. Mengapa baru sekarang mengkritik, padahal sama-sama di dalam satu sistem dan saling menikmati sistem, yang enak-enak mengapa tidak diungkap ?..

Sekda sebagai pengambil keputusan administrasi pada pemda seharusnya dapat bersikap bijak,tegas manakala dalam tubuh organisasi pemda ada ketimpangan, tidak membiarkan saja, contoh Sekda Kabupaten Temanggung, bupatinya terindikasi menyerempet korupsi, memaksakan kehendaknya kepada PNS bawahannya, menyalahgunakan jabatannya, sekdanya bertindak melindungi PNS dijajarannya, aparatur lainnya pun mendukung, akhirnya mantan Bupati Temanggung itu jadi buron dan masuk bui. Sekda Kota Tegal juga demikian, berani bertindak dan maju ke PTUN karena walikotanya dianggap merugikan PNS dilingkungannya. Fungsi sekda dinasmis, tidak pasif, melindungi stafnya, tidak mencari aman. Setelah mencalonkan walikota, terkesan menebar aib mantan atasannya dengan tujuan menang dalam pilkada, ini keliru, menimbulkan rasa kurang simpati dalam kehidupan masyarakat jawa. Tidak disadari telah membuka aib sendiri, bisa jadi ini kesalahan konseptornya, atau apa memang calon menghendaki demikian untuk menutupi kekurangannya ?.

Peserta diskusi lainnya mengemukakan, “memang sebaiknya sebelum membuat jargon itu melihat perilaku diri sendiri, instruspeksi diri, konsultan mempelajari track recordcalonnya, apakah memang 80, 90 % bersih, apalagi Salatiga ini kotanya kecil, ibarat jarum jatuh orang se kota mendengarnya, perbuatan negatif pejabat Salatiga mudah menyebar dari mulut ke mulut, menjadi berita hangat dimasyarakat. Coba kalau mau diruntut dan ditelusuri lebih dalam, mangkraknya gedung olahraga yang dibangun oleh KONI di Kridanggo yang menyeret PPKom ke bui, apakah kesalahan murni PPKom ?, apakah ketuanya tidak terserempat gratifikasi dari korupsi gedung itu, bagaimana kalau kasus itu diungkap kembali ?. Keluhan keluarga atlit berprestasi yang semua tidak banyak terdengar di masyarakat, akhirnya pun menyebar, setiap atlit yang menjuarai kejuraan memperoleh uang pembinaan, hadiah uang itu dipotong.

Dalam kondisi seperti ini tim Yaris nampaknya bijak, tidak bersikap, tidak memasang spanduk tandingan, sepertinya tetap menjaga kondusif dan menunjukkan kesantunannya, ini merupakan strategi jitu, diam adalah emas, sementara Tim Rudal memasang spanduk mengomentari kalimat “santun” nya Yaris, “santun niku mboten ngapusi, mboten korupsi, mboten neko-neko".

Mungkin Tim Rudal menganggap jargon tahun 2016 masih kurang pedas, tahun 2017 memunculkan jargon “stop pungli dan jual beli jabatan”, yang memang marak pada masa jabatan Yaris padawaktu itu, padahal Rudi pada saat itu didalam sitemnya, mempunyai setengah kebijakan. Apakah benar-benar bersih dalam urus-mengurus jabatan bawahannya ?.

Jual produk berpikirlah positif

Dalam setiap lini kehidupan komunikasi sangat diperlukan, termasuk dalam kampanye pilkada. Kampanye ini, ibaratnya produsen sedang melakukan komunikasi bisnis, komunikasi pemasaran untuk meningkatkan penjualan, menjual calon kepala daerah kepada calon pemilih. Melakukan komunikasi kampanye yang baik (tanpa politik uang) perlu dilakukan sekaligus mendidik masyarakat, akan menghasilkan perolehan suara yang signifikan, demikian pula sebaliknya. Salatiga mempunyai komitmen kota pelajar, kota pendidikan, namun dalam berjargon tidak mencerminkan sebagai kota terpelajar atau pendidikan. Bertolak belakang dengan cita-citanya.

Kemampuan komunikasi sangat diperlukan oleh para marketing atau tim pemenangan untuk menarik konsumen/calon pemilih. Sebagai sarana untuk menawarkan suatu barang kepada calon konsumen, komunikasi pemasaran mendekatkan konsumen terhadap produk yang akan dijual. Bahkan bisa menjadi sarana bertukar pendapat dan memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan calon, diperlukan bahasa komunikasi positif.

Terdapat strategi pemasaran yang lazim dilakukan dalam dunia bisnis, yaitu melakukan interaksi secara intens dengan calon pembeli, secara langsung atau melalui media publikasi dengan bahasa yang lugas, santun dan manarik.Agar komunikasi terlaksana dengan baik, fokus pada calon walikota dan wakilnya yang akan ditawarkan kepada calon pemilih, tidak perlu mengurusi kondisi negatif calon lainnya, biarkan saja masyarakat menilainya sendiri. Yang diungkap Tim Rudal, rahasia umum. Tim pemenangan menginformasikan kepada khalayak tentang prestasi calonnya yang akan di jual seperti bagaimana, apa dan mengapa mereka harus memilihnya. Memperkenalkan citranya pada konsumen. Kemudian tujuan mengkomunikasikancalonnya juga perlu menjadi perhatiannya.

Rossiter dan Percy mengemukakan pemodelan hirarkhi pengaruh dalam komunikasi, mengindentifikasi empat kemungkinan tujuan komunikasi pemasaran, diantaranya adalah kebutuhan kategori, penentuan produk atau jasa untuk mengalihkan atau memuaskan perbedaan anggapan antara motivasional dan keadaan emosional yang diharapkan.Keadaan merek atau calon walikota dan wakilnya, yaitu kemampuan mengidentifikasi merek dengan kategori yang rinci agar konsumen melakukan pembelian, agar rakyat memilihnya.Seperti menjual produk kecap, semua kecap labelnya nomor satu, soal rasa serahkan saja pada konsumen. Dalam hal sikap merek, marketing atau tim pemenangan mengevaluasi merek dengan memperhatikan anggapan terhadap kebutuhan saat ini. Kebutuhan merek relevan bisa berorientasi negatif atau berorientasi positif yaitu gratifikasi indra, stimulasi intelektual, atau persetujuan sosial. Yang negatif dikemas supaya tumbuh kesan positif, kesingnya diperbaiki, memperbaiki produk, jangan publikasikan sisi negatif rival, karena rival pun pada akhirnya akan mencari kelemahan produk kita. Selanjutnya pembelian merek, mempunyai maksud berupa intruksi mandiri untuk membeli merek atau untuk memilih calonnya. Bisa dalam bentuk penawaran atau dorongan kepada konsumen melakukan komitmen mental mengambil produkatau mencoblos calon walikota dan wakilnya di bilik TPS pada saatnya nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun