Monosodium glutamat alias MSG adalah salah satu bahan makanan yang paling banyak mendapatkan pemberitaan buruk. MSG atau yang lebih akrab dikenal sebagai mecin diklaim bisa menyebabkan kecanduan dan bikin bodoh. Apa kata dunia kesehatan soal bahaya MSG?
MSG telah digunakan sebagai bahan penambah rasa masakan sejak puluhan tahun yang lalu. Pada zaman dulu, MSG adalah penyedap rasa alami yang diperoleh dari proses pengolahan rumput laut. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini MSG dibuat dari proses fermentasi industri. MSG ditambahkan ke dalam masakan untuk menghasilkan rasa gurih, mirip dengan glutamat yang diproduksi secara alami oleh bahan makanan segar. MSG adalah molekul garam yang dikombinasikan dengan asam amino L-glutamat. Molekul garam ini digunakan untuk menstabilkan komponen glutamat. Glutamat yang terkandung dalam asam amino berperan sebagai pemberi rasa gurih (umami). Asam amino glutamat bisa temukan di hampir semua bahan dasar makanan, terutama makanan berprotein tinggi, seperti produk susu, daging merah dan ikan, dan banyak sayuran. Bahan makanan lainnya yang sering digunakan sebagai penyedap alami, seperti jamur dan tomat, juga mengandung asam amino glutamat alami dalam kadar tinggi.
Tubuh manusia juga memproduksi asam amino glutamat dan memainkan peran penting dalam fungsi tubuh normal. Bahkan, ASI mengandung glutamat 10 kali lebih banyak dibandingkan susu sapi.
Kontroversi mengenai keamanan MSG mulai terangkat di tahun 1960-an, ketika badan keamanan pangan Amerika Serikat (FDA) menerima banyak laporan mengenai efek samping yang dialami banyak pengunjung restoran masakan Cina, sehingga menyeruaklah istilah Chinese Restaurant Syndrome. Orang-orang ini melaporkan bahwa mereka mengalami sakit kepala, mual, mati rasa yang menjalar dari belakang leher hingga ke seluruh lengan dan punggung, dada sesak, keringat deras, jantung berdebar, dan tubuh lemas setelah makan makanan ber-MSG.
Maju beberapa tahun ke depan, sebuah penelitian medis yang diterbitkan pada tahun 2011 dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan kaitan antara konsumsi MSG yang berlebihan terhadap peningkatan risiko obesitas di Cina. Cina memang menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi MSG terbesar.
Peneliti menemukan bahwa individu yang mengonsumsi MSG dalam jumlah tinggi (4.2 gram per hari) lebih rentan terhadap obesitas daripada orang-orang yang mengonsumsi MSG masih dalam batas wajar atau malah sedikit sekali (0,4 gram per hari).
Namun yang perlu dipahami, kelompok orang-orang dengan jumlah konsumsi MSG terbanyak juga menunjukan gaya hidup yang tidak sehat -- merokok, kurang gerak/jarang olahraga, makan makanan berkalori tinggi, lemak tinggi, dan karbohidrat tinggi. Karena tim peneliti tidak memasukkan faktor-faktor ini ke dalam perhitungan mereka, masih diperlukan lebih banyak penelitian lainnya yang bisa membuktikan bahwa konsumsi MSG adalah penyebab langsung dari kegemukan dan obesitas. Walau memang, peneliti mengakui gejala ringan akibat makan MSG bisa saja timbul pada beberapa individu yang sensitif, terutama jika mengonsumsi makanan ber-MSG dalam porsi besar saat perut kosong.
Terlepas dari berbagai laporan dan cerita anekdot seputar bahaya MSG, FDA telah menyatakan MSG sebagai bahan makanan yang "aman digunakan secara umum" dengan label resmi GRAS. Keputusan FDA ini disepakati pula oleh World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), juga Kementerian Kesehatan RI.
Pemecahan MSG dalam tubuh lebih cepat daripada lemak trans. Namun tidak seperti lemak trans, studi ilmiah yang memelajari bahaya MSG tidak menemukan bahwa MSG menyebabkan penambahan berat badan atau hilangnya kesadaran secara tiba-tiba. Puluhan studi dan berbagai evaluasi ilmiah telah menyimpulkan bahwa MSG adalah bahan penyedap rasa yang aman dan berguna untuk masakan.
Namun sejatinya, perlakuan MSG adalah sama seperti bahan makanan lainnya, yaitu tidak dikonsumsi berlebihan. Salah satu penelitian terbitan American Journal of Clinical Nutrition yang membantah tentang bahaya MSG menyatakan bahwa masyarakat luas tetap harus waspada terhadap efek samping kesehatan yang mungkin terjadi akibat makan MSG dan agar lebih bijak mengatur porsinya.
Untuk alasan tersebut, FDA meminta produsen makanan dan restoran-restoran untuk tetap mencantumkan MSG dalam daftar komposisi produk mereka.