Bermula tiga tahun silam saat aku menamatkan buku berjudul The Life Changing of Tidying Up atau yang lebih sering disebut Konmari karena ditulis oleh Marie Kondo, pelopor gerakan Konmari. Buku tersebut menceritakan tentang metode bebenah ala Konmari. Sungguh insightful! Sst, bukunya bisa dibeli di @birupinkstore lho!
Sejak itu aku dan suami mulai menerapkan nilai-nilai Konmari khususnya tentang metode bebenah. Mulai dari isi lemari, rak buku, barang-barang kenangan. Oh ya metode Konmari juga mengajarkan cara melipat pakaian dalam lemari. Sayangnya hanya beberapa bulan aku berhasil menerapkannya. Setelahnya aku kembali nyaman dengan metode lipat konvesional.
Tonggak Hijrahku Menuju Gaya Hidup Minimalis
Dalam buku Konmari dijelaskan tentang mengurangi kepemilikan barang termasuk pakaian. Sejak menamatkan buku itu pula aku mulai selektif memilih pakaian. Bisa dibilang setahun hanya 1-2 kali beli baju baru. Itupun untuk menggantikan baju yang lama yang sudah tidak layak pakai. Ngga hanya aku, begitupun dengan suami. Hanya yang masih sulit adalah baju untuk anak. Mengingat Abrisham anak pertama kami dan tidak ada pakaian turunan dari keluarga terdekat. Akhirnya membeli baju baru jadi opsi satu-satunya.
Kenapa aku memilih lebih selektif membeli baju?
💙 sampah tekstil adalah salah satu penyumbang terbesar dalam dunia persampahan Indonesia.
💙alasan utamanya tentu karena aku nyaman menjalani pilihan ini. Nyaman dan bahagia melihat lemari tak terlalu penuh, rumah lebih lapang, yang ternyata berdamai juga ke ketenangan jiwa.
Minimalis Itu Apa?
April 2020 aku membaca sebuah buku berjudul Seni Hidup Ringan yan ditulis oleh seorang minimalist, Francine Jay. Dari situ aku merasa tercerahkan bahwa apa-apa yang kulakukan tiga tahun terakhir lebih mengarahkan pada paham hidup minimalis. Meskipun aku belum 100% menerapkan value itu, terlebih soal pikiran.
Oh ya, selama ini mungkin kita hanya tahu minimalis adalah salah satu jenis furniture atau properti. Nyatanya, minimalis adalah sebuah gaya hidup. Dari buku yang aku baca, aku simpulkan bahwa minimalis adalah gaya hidup yang berarti meminimalisir kepemilikan barang dan meringankan langkah hidup.
Belajar Minimalis, Mulai Darimana Ya?
Tertarik belajar hidup minimalis bamu n bingung memulai dari mana? Yuk simak tips dariku:
1. Membaca buku dan menonton film seputar mininalismÂ
Ilmu sebelum amal adalah penting. Artinya sebelum melakukan sesuatu, ada baiknya kita punya pengetahuan agar tak berpindah asal tahu saja. Beberapa judul buku seputar gaya hidup minimalism yang kalian baca adalah Seni Hidup Minimalis (Francine Jay), Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan (Francine Jay), Goodbye Things (Fumio Sasaki), The Life Changing of Tidying Up (Marie Kondo).
Bagi kalian yang preferensinya menonton film, kalian bisa coba nonton The Minimalist. Membaca buku dan menonton film bisa dibikang langkah paling mudah untuk mulai memahami tentang gaya hidup minimalis.
2. Bergabung dalam komunitas
Beberapa komunitas orang-orang minimalis maupun gerakan sejenis lainnya antara lain
- Lyfe With Less, komunitas para pegiat gya hidup minimalis.
- Saya Pilih Bumi, gerakan perubahan perilaku dan menjaga lingkungan untuk bumi yang lebih baik
- Zero Waste ID, komunitas menerapkan gaya hidup minim sampah
3. Bongkar Isi Lemari dan Tasmu
Coba buka lemarimu juga tasmu. Pilah-pilih mana pakaian yang sudah selesai memberikan manfaat untuk dirimu. Pisahkan antara yang masih sangat layak pakai dan tidak layak pakai sama sekali. Hanya dua itu.
Tiga langkah awal yang semoga menjadi jalan konsistensimu ya!
Hal-hal yang Aku Lakukan Untuk Belajar Minimalis
Berikut adalah beberapa hal yang sudah dan sedang aku lakukan untuk mengkonsistensikan diri:
- Selektif membeli fashion
 Ini sebenarnya sudah dibahas di awal, yang menjadi tonggak hijrahku dalam dunia minimalis.
- Tukar kado sesuai kebutuhan
Biasanya setiap tahun aku dan kembaranku melakukan kegiatan tukar kado secara dadakan dan surprise. Namun sejak 3 tahun terakhir kami menerapkan sistem, menulis kebutuhan dan memberikan kado hanya salah satu dari daftar kebutuhan. Dalam dunia minimalism yang lebih straight, bahkan, tukar/beri kado ditiadakan sama sekali.
- Things get in, things get out
Ketika pada akhirnya aku harus membeli sesuatu yang baru, maka harus ada yang keluar. Misal, beli daster baru, harus ada daster lain yang keluar. Namun bukan berarti jika ada barang yang keluar, lantas kita segera membeli yang baru.Â
- Memisahkan pakaian bekas tak layak pakai dan layak pakai
Untuk pakaian yang masih apik dipakai, biasanya aku sumbangkan ke yayasannya. Eits, bukan untuk dipakai adik-adik yayasan, melainkan diikutsertakan dalam garage sale. Sedangkan pakaian tak layak pakai, tak langsung kubuang melainkan dipakai sebagai pel sampai benar-benar buluk.
- Beli barang multifungsi
Pilih mana, punya tempat makan yang hanya bisa untuk makanan dingin atau makanan panas sekaligus? Pilih mana, whisk yang bisa mengocok telur saja atau bisa mengocok apapun (adonan, kopi, dan lain-lain)? Rasanya lebih sreg punya opsi kedua ya. Akupun demikian, sejak tiga tahun silam mencoba membeli barang multifungsi, alih-alih hanya yang punya 1 fungsi. Simple saja, menghemat teat dan budget. So, sebelum membeli barang aku akan berpikir cermat.
- Minum dari botol
Sebenarnya ngga beda jauh dengan menggunakan barang multifungsi. Aku dan suami memilih meminum dari botol yang bisa juga dialihfungsi menjadi gelas.
- Menetapkan wadah penyimpananÂ
Artinya kita menentukan wadah penyimpanan untuknya barang tertentu. Ketika sudah hampir atau bahkan penuh, berarti saatnya menguras isinya. Jangan sampai yang kita simpan hanyalah sampah yang sudah selesai bertugas. Ini aku lakukan Untuk media penyimpanan baju, mainan anak, alat makan, rak buku, dan lain-lain.
Nah itu secara umum, di postingan berikutnya aku akan bahas gaya hidup minimalis dalam setiap ruang di dalam rumah.
Tiga Tahun Hidup Minimalis, Dapat Apa?
Pikiran dan jiwa menjadi lebih tenang
Intinya sih itu. Dengan meminimalisir kepemilikan barang, ruang di rumah menjadi lebih luang sehingga lebih enak dipandang.
Dengan meminimalisir kepemilikan barang, hati menjadi lebih tenang, Lepas dsri ketakutan kelak barang-barnag itu akan kita pertanggungjawabkan di akhirat.
Belajar melepaskan
Tidak semua barang yang kita miliki semua terlahir di dunia harus terus bersama, bukan? Ada kalanya ia harus dibuang ketika sudah rusak betul atau disumbangkan ketika manfaatnya sudah tak lagi kita butuhkan namun masih diperlukan orang lain dan masih layak.
Awal mula menerapkan gaya hidup minimalis sebetulnya juga dipengaruhi oleh kesadaran bahwa properti tempat aku tinggal sekarang memiliki luas terbatas, namun aku dan suami ingin menjadikannya terlihat lebih lapang. Apalagi kami punya balita yang aktif bergerak kesana kemari. Hal itu kami upayakan, salah satunya dengan meminimalisir kepemilikan barang atau isi rumah.
Minimalis bukan berarti pelit, melainkan sadar bahwa bumi dan diri sudah terlalu berat untuk menanggung sampah hedonitas.
Minimalis adalah meluaskan pandangan, menanggung amanah sesuai beban.
Yuk, belajar hidup minimalis; kepemilikan barang, langkah hidup dan pikiran!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H