Mohon tunggu...
Arie Purwana
Arie Purwana Mohon Tunggu... Dokter - Be Vegan Make Peace

Dokter Anak dan Vegan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Besok Kalau Sudah Besar Mau Jadi Apa?

8 September 2012   20:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dahulu kala saat kita masih anak-anak  jika kita ditanya besok kalau sudah besar mau jadi apa?. Umumnya kita akan menjawab menjadi guru, dokter atau pilot. Sebelum kita melanjutkan pembahasan lebih lanjut tentang profesi dokter maka perlu saya tegaskan bahwa semua profesi adalah baik selama profesi itu sifatnya positif, mulia dan penuh kasih. Bagaimana jika pertanyaan tersebut diajukan di jaman sekarang ini. Mungkin masih banyak anak yang akan menjawab ingin menjadi dokter. Lantas kenapa profesi dokter masih menarik dari dahulu hingga kini? Jawabannya bervariasi. Ada beberapa alasan kenapa anak-anak memilih menjadi dokter, diantaranya:

1. Karena diarahkan langsung oleh orangtua.
Umumnya ini terjadi pada anak yang orangtuanya memang dokter atau ada anggota keluarga dekatnya yang berprofesi dokter. Banyak ibu yang mengatakan kepada putra atau putri mereka seperti ini."Besok kamu kalau sudah besar jadi seperti om/tante dokter aja ya". Jadi secara tidak langsung orangtua sudah menanamkan dibawah alam sadar si anak untuk menjadi dokter jika sudah besar. Doktrin biasanya mulai diberikan saat anak berusia sekitar 4-12 tahun.

2. Karena melihat sendiri.
Ini terjadi karena anak memiliki pengalaman langsung berhadapan dengan dokter saat memeriksakan kesehatan atau saat dirawat. Dan kemudian si anak menjadi terkesan dan akhirnya memilih cita-cita menjadi dokter. Meskipun tidak ada orangtua atau kerabat dekatnya yang menjadi dokter. Biasanya pengalaman ini didapat saat anak berusia sekitar 10-18 tahun

3. Karena ikut-ikutan.
Nah....kalau yang ini terjadi karena pengaruh teman-teman sebayanya. Jadi karena banyak teman sebayanya yang ketika ditanya cita-citanya ingin menjadi dokter maka kemudian si anak pun ikut-ikutan ingin menjadi dokter. Biasanya terjadi pada anak-anak berusia 3-10 tahun.

Jika kemudian cita-cita mereka menjadi kenyataan maka saat pelantikan dokter mereka wajib mengucapkan lafal sumpah dokter berdasarkan "Declaration of Geneva 1948" yang isinya sebagai berikut:

Demi Allah, saya bersumpah bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sessuatu yang saya ketahui karena keprofesiaan saya.
Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
Saya akan berikhtiar dengan sungguh sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
Saya akan memberi kepada guru guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara sekandung.
Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

Mungkin masih banyak alasan-alasan lainnya. Namun apapun keputusan akhirnya pastikan si kecil mampu meraih cita-citanya. Bantu anak-anak kita untuk menjadi semakin baik dari hari ke hari.

Be Veg, Make Peace

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun