Mohon tunggu...
Vista Amabile
Vista Amabile Mohon Tunggu... Freelancer - Vista Amabile Moeradi

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Seni

Perkembangan Keroncong dari Masa ke Masa: Kolonial to Milenial

7 Juni 2023   16:45 Diperbarui: 7 Juni 2023   16:46 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan keroncong dari zaman kolonial hingga zaman milenial mengalami transformasi dan penyesuaian dengan perubahan sosial, politik, dan budaya yang terjadi selama periode tersebut. Berikut adalah gambaran perkembangan keroncong dari zaman kolonial hingga zaman milenial:

Zaman Kolonial:

Pada masa kolonial Belanda, keroncong berkembang sebagai bentuk musik hiburan populer di kalangan kelas menengah dan bawah. Musisi keroncong awal seperti Gesang Martohartono dan Waldjinah muncul dan mulai mendapatkan pengakuan. Keroncong juga mendapatkan pengaruh dari budaya Portugis dan Eropa lainnya yang ada pada masa itu. Instrumen seperti ukulele, gitar, biola, dan klarinet mulai digunakan dalam orkestra keroncong.

Era Kemerdekaan dan Nasionalisme:

 Setelah kemerdekaan Indonesia, keroncong mendapatkan peran penting dalam membangun identitas nasional. Lagu-lagu keroncong seperti "Bengawan Solo" dan "Kroncong Kemayoran" menjadi simbol kebanggaan nasional. Pada era ini, keroncong juga digunakan sebagai sarana ekspresi dan perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan sosial-politik yang terjadi pada masa itu.

Era Modern dan Globalisasi:

Pada era modern dan globalisasi, keroncong mengalami penyesuaian dengan tren musik global. Penggabungan keroncong dengan genre musik modern seperti pop, rock, jazz, dan reggae menjadi umum.  Musisi dan grup keroncong muda mulai muncul dan melakukan eksperimen dengan suara keroncong tradisional, menciptakan lagu keroncong baru, dan mengadopsi gaya penampilan yang lebih segar dan modern. Perkembangan teknologi dan internet memainkan peran penting dalam mempromosikan dan mendistribusikan musik keroncong. Aksesibilitas melalui platform streaming online, video musik di YouTube, dan situs web musik membantu memperkenalkan keroncong kepada audiens yang lebih luas.

Kehadiran dan Pertumbuhan Keroncong Abad ke-21:

Pada abad ke-21, keroncong terus berkembang dengan peningkatan popularitas dan kehadiran grup keroncong yang semakin banyak. Keroncong Abad 21 adalah salah satu grup keroncong yang muncul pada era ini dan menjadi bagian dari perkembangan musik keroncong modern. Banyak musisi muda dan grup keroncong mulai melakukan eksperimen dengan suara keroncong tradisional dan menggabungkannya dengan genre musik lain seperti pop, rock, jazz, dan elektronik. Mereka melakukan kolaborasi dengan artis dari berbagai latar belakang musik untuk menciptakan suara yang segar dan modern. Dan juga grup keroncong muda sering kali mengadopsi gaya penampilan yang lebih segar dan modern. Mereka menggunakan kostum yang lebih modern dan gaya panggung yang lebih dinamis untuk menarik perhatian audiens muda dan menciptakan kesan yang lebih kontemporer.

Perkembangan keroncong dari zaman kolonial hingga zaman milenial mencerminkan adaptasi dan penyesuaian terhadap perubahan zaman, sambil tetap mempertahankan esensi dan identitas musik keroncong.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Perkembangan Keroncong Dari Masa Ke Masa : Kolonial To Milenial", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/vistaamabile1597/64804e7f8221994779372eb2/perkembangan-keroncong-dari-masa-ke-masa-kolonial-to-milenial

Kreator: Vista Amabile

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun