Taksonomi Bloom adalah istilah yang sangat tidak asing bagi kita yang bekerja di bidang Pendidikan. Secara etimologi, taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein adalah mengklasifikasi dan nomos adalah aturan. Jadi taksonomi ini bisa diartikan klasifikasi atas suatu prinsip maupun aturan.
Sementara Bloom diambil dari nama tokoh pencetus kerangka ini yaitu Benjamin S Bloom. Taksonomi Bloom ini dipopulerkan pada tahun 1956. Bloom meyakini bahwa tujuan Pendidikan meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tiga hal inilah yang masih digunakan oleh sekolah-sekolah di Indonesia sekarang ini.
Pada kesempatan ini, kita akan sedikit membahas perubahan tahapan dalam ranah kognitif sesuai kerangka berfikir taksonomi Bloom.
Pada mulanya, didalam ranah kognitif, taksonomi Bloom ini memiliki beberapa tingkatan berfikir dari yang paling sederhana hingga tahap yang paling kompleks.
Tahap yang paling sederhana adalah dimulai dari tahap pengetahuan, pemahaman, penerapa, analisa, sintesis dan evaluasi.
Namun pada tahun 2001, Anderson dan Krathwohl mengembangkan tahapan befikir dalam taksonomi Bloom tersebut. Hal ini dilakuan sebagai penyesuaian dalam perkembangan pendidkan di abd 21. Pengembangan tahapan berfikir yang baru ini dikenal dengan Taksonomi Bloom Revisi, dimana tahapan berfikir ini masih berada pada ranah kognitif.
Perubahan tahapan tersebut menjadi demikian.
Tahapan pada taksonimi Bloom revisi yang paling sederhana dimulai dari tahap mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta.
Lalu apa yang menjadi pembedanya?
Beberapa perubahan yang dilakukan adalah :
- Tahapan yang digunakan berubah dari kata benda menjadi kata kerja. Hal ini dipercaya dapat membuat proses berfikir menjadi lebih relevan dibandingkan sebelumnya. Contohnya : pengetahuan diubah menjadi mengingat.
- Tahapan berfikir mengalami penambahan terutama pada tingkat paling tinggi atau atas. Tahap sintesis berubah menjadi mengevaluasi. Kemudian, tahapan evaluasi berubah menjadi mencipta. Dengan adanya penambahan ini, maka tingkat berfikir anak akan menjadi lebih tinggi lagi jika dibandingkan dengan tahapan sebelumnya karena anak diharapkan dapat mencipta sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka.
- Selain itu, pada taksonomi Bloom terdahulu hanya memfokuskan pada tujuan dan penilaian saja. Sedangkan taksonomi Bloom revisi berfokus pada tujuan, proses dan penilaian. Sehingga dianggap lebih relevan untuk digunakan.
Dengan demikian, diharapkan taksonomi Bloom revisi ini dapat digunakan untuk menigkatkan kemampuan siswa dalam berfikir yang lebih relevan dengan apa yang dibutuhkan mereka di kemudian hari. Selain itu, kita sebagai pendidik, hendaknya mampu menerapkan tahapan ini secara konsisten di dalam pembelajaran kita dikelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H