Bagi penggemar drama seri Korea, pasti tahu kebiasaan orang Korea menumpuk batu. Kebiasaan menumpuk batu ini sebetulnya tak hanya di Korea, tetapi dapat dijumpai di berbagai tempat. Dikenal dengan sebutan "Cairn", yang didefinisikan sebagai tumpukan batu yang dibuat oleh manusia.Â
Kata "Cairn" berasal Scottish Gaelic: crn (plural cirn). Tujuan menumpuk batu ini beragam. Dijumpai mulai dari jaman prasejarah hingga sekarang. Di Asia, meletakan tumpukan batu pada makam selain untuk menghalangi pencuri kuburan juga dipercaya untuk mencegah orang yang sudah meninggal bangkit kembali.Â
Di negara Skandinavia dan Islandia, cairn digunakan sebagai penanda jejak. Di Greenland, mereka menggunakannya sebagai strategi dalam berburu. Tumpukan batu ini digunakan untuk menciptakan "jalur" yang berguna menggiring hewan sasaran mereka. Suku asli Amerika juga menggunakan hal yang sama pada kerbau
Walaupun juga dapat ditemukan di Pulau Jeju. Di Korea, tumpukan batu ini dikenal dengan nama "Doltap". Â Pembuatan Doltap berkaitan dengan San-Shin atau "Penunggu Gunung".Â
Doltap ini dimaksudkan sebagai penjaga/pelindung. Mengusir hal-hal jahat, seperti penyakit, kekuatan jahat, kebakaran dan juga serangan harimau. Dan mendatangkan hal-hal baik dan keberuntungan. Â
Tumpukan batu ini dapat berbentuk kerucut, silinder atau setangah bola. Didalamnya terdapat berbagai barang yang menyimbolkan doa penduduk desa, seperti  garu yang menyimbolkan "menggaruk" keberuntungan, lima jenis padi-padian untuk mendapatkan panen yang baik, jimat untuk menjauhkan dari hal-hal buruk, arang atau seguci garam untuk mencegah banjir.Â
Batu yang diletakkan di gerbang masuk desa, juga memiliki fungsi pragmatis, berguna menjadi senjata yang siap sedia. Ketika musuh datang, warga desa akan melemparkan batu tersebut untuk mengusir musuh.Â
Tak hanya itu, Doltap juga dibangun untuk melengkapi fitur geografi yang dianggap kurang menguntungkan. Doltap yang ada di pedesaan ini, dibangun oleh anggota komunitas desa.
Doltap jenis ini lebih sederhana, biasanya hanya terdiri ata beberapa tumpukan batu. Tumpukan batu ini dibuat oleh orang yang lewat di jalur tersebut, sebagai sarana doa-doa pribadi: mengharapkan keberuntungan dan juga menyatakan harapan atau keinginan mereka.