Seven Pillars of Wisdom, formasi bebatuan yang walaupun jumlahnya hanya lima, namun namanya diambil dari judul buku  T E Lawrence. Dan pastinya bukit pasir merah, yang sangat menggoda untuk didaki. Kami diberikan waktu untuk mendaki dan menjelajah. Dari atas, kami bisa melihat hamparan pasir dan bebatuan raksasa yang luar biasa indahnya.
Minum teh atau kopi adalah cara suku Badawi menyambut tamu mereka. Menyajikan minuman panas merupakan kebutuhan, karena temperatur di Wadi Rum yang turun di malam hari. Teh yang disajikan memiliki rasa unik, dibuat dari teh hitam yang diberi daun saga, dan biasanya disajikan manis.Â
Oleh pemandu kami, kami juga dibuatkan teh. Ia mengumpulkan rumput kering dan menyalakan api. Teh, teko dan gelas kertas sudah dipersiapkan. Meminum secangkir (segelas tepatnya) teh yang dibuat langsung di tengah padang gurun, rasanya hanya akan dapat saya rasakan sekali ini di Wadi Rum.
Teh hangat ini saya nikmati perlahan. Meresapi rasanya. Meresapi pengalamannya. Seruput teh juga menjadi pelengkap sempurna obrolan ringan saya dengan Pak Pemandu.
Bila menjelajah saja belum cukup, pengunjung juga dapat bermalam di tenda-tenda suku Badawi. Bahkan ada yang membuat tenda berbentuk kubah unik yang mengambil inspirasi dari planet Mars.Â
Uniknya lansekap Wadi Rum, banyak yang menggunakannya sebagai lokasi film-film yang bertema luar angkasa atau futuristik, seperti Rogue One: A Star Wars Story, Red Planet, The Last Days on Mars, Transformers: Revenge of the Fallen, dan The Martian.
Bila ingin merasakan wisata ke bulan atau ke planet lain, dan karena saat ini wisata ke bulan atau ke planet belum tersedia, berkunjunlah ke Wadi Rum.