Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Tanda Tangan Surat Dulu, Baru Bisa Makan di Sini

14 Juni 2019   08:50 Diperbarui: 14 Juni 2019   21:09 2103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biasanya bila berkunjung ke suatu daerah, saya berusaha mencoba makanan khas setempat. Sama seperti saat saya berkunjung ke Praha. Salah satu makanan tradisional Ceko yang perlu dan wajib dicoba adalah trdlo. Tak susah mencarinya. Bisa dilihat dimana-mana. Rasanya seperti donat. 

Salah satu kue terenak yang pernah saya coba. Cara buatnya pun unik, adonan dililit di sebuah tongkat yang akan diputar sehingga kuenya matang merata. Karena cara buatnya yang dililit di tongkat, maka hasil kuenya akan ada lubang di tengah. 

Orang menyebutkan kue cerobong. Variasinya sangat banyak, Dari yang sederhana ditabur gula dan kayu manis, sampai yang diisi dengan ice cream. Buat saya, yang paling enak adalah yang dipadu dengan coklat.

Trdlo - Sumber: dokpri
Trdlo - Sumber: dokpri

Bila trdlo cemilannya Ceko, maka goulash adalah makanan utama khas Ceko.  Hampir semua restoran Ceko mempunyai menu ini. Goulash adalah jenis sup daging yang dibuat kental. Karena menggunakan beragam bumbu, rasanya pun menjadi "kaya". Biasanya goulash disajikan knedlky, sejenis dumpling yang dibuat dari kentang. 

Walaupun enak, namun setelah beberapa hari makan goulash dan trdlo, kangen juga makanan lain. Karena pada dasarnya saya termasuk golongan penyuka makanan pedas, yang terlintas untuk dicari adalah makanan pedas. Agak pesimis sebenarnya pada saat mencari. 

Apakah ada makanan pedas di sini? Karena umumnya, tingkat toleransi orang Eropa terhadap makanan pedas cukup rendah. Enaknya di jaman sekarang, cari informasi sangat mudah. Tinggal ketik di google dan keluarlah berbagai pilihan tempat makan.  

Ternyata banyak juga. Salah satu yang menarik perhatian adalah Chilli Point. Rata-rata yang makan di sana memberi review positif dan sesuai dengan namanya, restoran ini menyajikan makanannya pedas. 

Lokasi Restorannya pun ideal. Masih di kota tua. Hanya sekitar 5 menit jalan kaki dari alun-alun kota tuanya. Jadilah saya mencoba makan di sana. Menjelang jam makan malam, saya jalan kaki ke Chilli Point. 

Setiba di sana, sudah ada beberapa pengunjung yang mulai menyantap makan malam mereka. Restorannya dibuat dengan nuansa agak gelap. Warna merah dan hitam mendominasi.

Menu andalannya adalah Black Pearl. Terbuat dari sirloin sapi yang dilengkapi dengan salad. Sepertinya biasa. Daging dan sayur. Yang membuatnya menjadi luar biasa adalah pelengkapnya. Daging dan sayur disajikan dengan berbagai jenis cabai. Salad ditabur dengan Bhut Jolokia, Habanero dan Scorpion. Sedangkan untuk dagingnya, "cukup" diberi Carolina Reaper.

Black Pearl - Sumber: dokpri
Black Pearl - Sumber: dokpri

Bagi yang suka makan cabai, mungkin sudah tahu kalau kepedasaan cabai itu bertingkat-tingkat. Sedikit mengingatkan akan berbagai camilan di Indonesia yang suka menggolongkan tingkat kepedasan dalam berbagai level (dari level 1 sampai level 10 misalnya). 

Tingkat kepedasan cabai diukur dengan Skala Scoville. Dimana jumlah konsentrasi capsaicinoids yang ada di dalam cabai yang menjadi penentunya. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin pedaslah ia. Skala ini dinamakan sesuai dengan nama penciptanya, yaitu  Wilbur Scoville.

Nama-nama cabai yang digunakan membuat saya tertarik untuk mencari tahu. Ternyata, kesemuanya masuk dalam daftar 10 cabai terpedas di dunia. Mari kita bahas satu per satu. Mulai dari yang paling "ringan" dulu.

Habanero. Menduduki peringkat ke-10 dalam daftar cabai terpedas. Memiliki skala kepedasan 500.000 SHU.

Bhut Jolokia. Dikenal juga dengan sebutan ghost chili pepper. Menduduki peringkat ke-7 dengan skala kepedasan 1.041.427 SHU. Bahkan di India, jenis cabai ini digunakan sebagai senjata untuk mengatasi kerusuhan.  Dan juga digunakan dalam pepper sprays, semprotan yang biasanya disemprotkan ke area muka penyerang, berguna untuk melindungi diri.

Scorpion. Saya kurang pasti jenis scorpion mana yang digunakan. Ada Trinidad Scorpion "Butch T" pepper yang menduduki peringkat ke-5 dengan skala 1,463,700 SHU. 

Ada juga Trinidad Moruga Scorpion yang menduduki peringkat ke-2 dengan skala 2,009,231 SHU. Bahkan ia sempat menjadi juara pertama selama bertahun-tahun, sebelum posisinya digeser oleh Carolina Reaper.

Carolina Reaper. Ini dia. Sang juara. Menduduki peringkat pertama dengan skala 2.200.000 SHU. Sebagai perbandingan, cabai rawit (capsicum annuum) mempunyai tingkat kepedasan 50.000 -- 100.000 SHU. Jadi Carolina Reaper sekitar 20 sampai 40 kali lebih pedas.

Carolina Reaper - Sumber: Pepperhead.com
Carolina Reaper - Sumber: Pepperhead.com

Membaca tentang cabai yang digunakan sembari menunggu datangnya makanan, jadi membuat sedikit gentar. Ada yang setelah makan Carolina Reaper langsung muntah, ada yang nangis dan bahkan ada yang asmanya kambuh. Wah, sedikit ketar-ketir. 

Saya tidak bisa membayangkan reaksi saya terhadap Carolina Reper akan seperti apa. Apakah sanggup menahan rasa pedasnya nanti? Baru kali ini menunggu datangnya makanan sambil berdebar-debar. Debaran makin kencang ketika melihat pramusaji mendekati meja saya. 

Ketika makanan diletakkan di atas meja, melihat penyajian makanan yang menarik, rasa gentar mulai tergantikan dengan rasa penasaran ingin mencoba. Namun saya belum bisa langsung menikmatinya. Sebelum makan, pihak restoran melakukan beberapa persiapan. 

Menata meja dengan beberapa peralatan. Segelas vodka dan segelas susu, yang berguna untuk menetralisir rasa panas di mulut. Sebuah spittoon, yang sesuai dengan namanya, merupakan peralatan untuk menampung makanan yang tidak bisa kita telan. Dan yang unik, sebelum makan, pelanggan disodori surat untuk ditandatangani. 

Surat pernyataan yang menyatakan bahwa pelanggan mengetahui "kekuatan" dari cabai yang dipakai. Jadi tanggung jawab ada di tangan Anda. Itulah kira-kira pesan utama isi suratnya. Setelah membaca tentang Carolina Repaer, saya sangat mengerti mengapa harus tanda tangan surat pernyataan sebelum makan. 

Setelah tanda tangan, saya pun dipersilakan menikmati makanan yang disajikan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu. Betul ternyata, tak main-main rasa pedas cabainya. Mulut terasa panas. Bahkan terpaksa berhenti makan berkali-kali untuk minum susu dan vodka. 

Kedua minuman ini ternyata ampuh membantu meredakan rasa panas di mulut, walaupun efeknya tak terlalu lama. Rasa panas kembali datang. Rasa panas bahkan menjalar ke seluruh muka. Tak hanya mulut. Saya yakin pada saat itu pasti muka saya merah padam. 

Mungkin itu salah satu alasan restorannya dibuat sedikit gelap. Walaupun pedas tak tertahankan, namun rasa makanannya sendiri sangat enak. Makan pun rasanya puas. Selesai makan, rasa panas masih bertahan di mulut. Namun masih tertahankan. Lama-kelamaan rasa panas berangsur-angsur berkurang dan akhirnya hilang.

Walaupun sensasi panas di mulut sudah hilang total, namun efek pedasnya ternyata masih berlangsung. Tengah malam terbangun karena perut protes. Ternyata memang efek pedas Carolina Reaper bisa berlangsung hingga 5 jam di saluran pencernaan. Untunglah, keesokan paginya, baik mulut maupun perut sudah normal kembali.

Namun pengalaman ini membuat saya tergelitik untuk mencari tahu mengapa orang suka makan makanan pedas walaupun kadang "menderita" pada saat memakannya. Mulut panas, keringat bercucuran, hidung berair, merupakan beberapa contoh "penderitaan". 

Salah satu teori menyebutkan karena capsaicin yang terdapat di cabai membuat panas mulut dan lidah, dan ini membuat tubuh kita menganggapnya sebagai rasa sakit. Yang mana hal ini pada gilirannya memicu tubuh mengeluarkan endorphin, senyawa kimia yang memberikan rasa senang. 

Selain itu cabai ternyata juga banyak nutrisinya. Diantaranya vitamin A, vitamin B6, Potasium, bahkan cabai memiliki kandungan vitamin C yang tinggi. 

Di samping penuh nutrisi, cabai juga banyak manfaatnya bagi kesehatan. Diantaranya meningkatkan imunitas dan menurunkan berat badan. Namun tentunya tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.

Tak semua orang suka pedas. Tergantung dari cara kita dibesarkan. Bila berada di budaya yang terbiasa memakan pedas, biasanya kita akan ikut terbiasa makan pedas. Tingkat toleransi terhadap pedas pun juga bisa dilatih. Jadi bila ingin mencoba Black Pearl, mulailah latihan dari sekarang. 

Bila suatu saat saya bisa kembali berkunjung ke Praha, saya pasti akan mampir lagi ke tempat ini. Tak jera.

Catatan:

1. Daftar peringkat cabai diambil dari pepperhead.com

2. Selain restoran, di tempat ini juga menjual berbagai produk seperti coklat, selai, sirup yang tentunya semuanya tetap berhubungan dengan cabai. Unik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun