Mohon tunggu...
Visakha Alethea Darmawan
Visakha Alethea Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

Saya murid

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Vape sebagai Alternatif Rokok, Aman atau Rawan?

1 Februari 2024   11:44 Diperbarui: 1 Februari 2024   11:55 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi pengguna rokok elektrik) sumber: https://stock.adobe.com/search?k=vaping&asset_id=396416537

Di era yang modern ini, penggunaan vape atau electric vaporizer menjadi marak khususnya dikalangan pemuda-pemudi. Membeli vape dianggap lebih murah, ditambah dengan aroma vape yang lebih harum menjadi daya tarik bagi kalangan muda. Banyak orang seringkali beranggapan bahwa vape lebih ringan dan aman dibanding rokok, namun benarkah itu? Dilansir dari kemenkes.go.id, meskipun tidak mengandung zat berbahaya seperti tar dan karbon monoksida, faktanya vape juga sama berbahayanya dengan rokok. Vape mengandung zat-zat kimia seperti nikotin, propilen glikol, karsinogen, akrolein, diasetil, logam berat, dll.

Secara jangka panjang bahan-bahan kimia tersebut bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang sama seperti perokok. Apa saja bahayanya? Berikut adalah dampak dari vaping yang perlu diwaspadai: 

1. Merusak kesehatan paru-paru

Nikotin yang terkandung dalam rokok elektrik dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan lapisan pelindung pada paru-paru untuk melindungi sehingga rawan terjadinya peradangan. Selain itu kandungan diasetil dapat menyebabkan bronkiolitis obliterans, kondisi dimana kantung udara didalam paru-paru memiliki jaringan yang parut. Hal ini menyebabkan penderitanya sulit untuk bernafas. 

 

2. Risiko terkena kanker meningkat 

Vape mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik seperti diasetil, formaldehida, dan akrolein, dalam jangka panjang zat tersebut dapat memicu munculnya sel kanker. Meski jumlah kandungan karsinogenik di vape terhitung lebih sedikit, pengguna masih tetap perlu waspada.

3. Menyebabkan masalah jantung

Ketika nikotin yang terkandung dalam vape terserap di aliran darah, kelenjar adrenal akan terangsang yang kemudian melepaskan hormon epinefrin (adrenal). Hormon inilah yang menyebabkan detak jantung dan tekanan darah meningkat. Jika berlebihan, risiko terkena penyakit kardiovaskular akan semakin tinggi.

4. Menimbulkan ketergantungan 

Nikotin juga dapat membuat sifat ketergantungan, menurut hpu.ugm.ac.id zat yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik yang ada pada saraf otak. Aktivasi terhadap saraf ini akan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon dopamin dalam jumlah banyak. Hormon dopamin adalah hormon yang bertanggung jawab atas perasaan senang yang kita miliki, maka dari itu dengan bertambahnya zat dopamin dalam otak, kita akan merasa sangat senang. Hal inilah yang membuat seseorang dapat kecanduan vape. 

5. Mengganggu fungsi kerja otak

Kandungan nikotin mengganggu aktivitas beberapa bagian otak seperti amygdala yang berfungsi untuk mengatur regulasi sosial, dan pengaturan emosional. Karena itu pengguna rokok elektrik cenderung terlihat cemas, emosional, depresi, gelisah, dan marah. Selain itu nikotin juga merangsang sekresi hormon dopamin dan serotonin yang berlebih. Hal ini mengakibatkan gangguan tidur seperti insomnia, dengan berkurangnya waktu istirahat seseorang akan membuatnya sulit untuk berkonsentrasi dan memiliki emosi yang tidak stabil. 

Meski vape sering kali dianggap sebagai alternatif rokok, nyatanya keduanya sama-sama berbahaya bagi kesehatan. Memulai vaping bisa menjadi pintu yang membuka jalan menuju berbagai masalah kesehatan, terutama pada remaja.  Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Setelah mengetahui bahaya dan dampak yang disebabkan oleh vape, ada baiknya jika kita menghindari atau berhenti dari penggunaan vape. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti mengidentifikasi pemicu, menyingkirkan vape, berkonsultasi dengan profesional kesehatan, mencari kegiatan lain sebagai distraksi, mencari dukungan orang terdekat, dsb.

Karya: Fayola Viryanasya Sunarto & Visakha Alethea Darmawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun