Nikotin juga dapat membuat sifat ketergantungan, menurut hpu.ugm.ac.id zat yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik yang ada pada saraf otak. Aktivasi terhadap saraf ini akan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon dopamin dalam jumlah banyak. Hormon dopamin adalah hormon yang bertanggung jawab atas perasaan senang yang kita miliki, maka dari itu dengan bertambahnya zat dopamin dalam otak, kita akan merasa sangat senang. Hal inilah yang membuat seseorang dapat kecanduan vape.Â
5. Mengganggu fungsi kerja otak
Kandungan nikotin mengganggu aktivitas beberapa bagian otak seperti amygdala yang berfungsi untuk mengatur regulasi sosial, dan pengaturan emosional. Karena itu pengguna rokok elektrik cenderung terlihat cemas, emosional, depresi, gelisah, dan marah. Selain itu nikotin juga merangsang sekresi hormon dopamin dan serotonin yang berlebih. Hal ini mengakibatkan gangguan tidur seperti insomnia, dengan berkurangnya waktu istirahat seseorang akan membuatnya sulit untuk berkonsentrasi dan memiliki emosi yang tidak stabil.Â
Meski vape sering kali dianggap sebagai alternatif rokok, nyatanya keduanya sama-sama berbahaya bagi kesehatan. Memulai vaping bisa menjadi pintu yang membuka jalan menuju berbagai masalah kesehatan, terutama pada remaja.  Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Setelah mengetahui bahaya dan dampak yang disebabkan oleh vape, ada baiknya jika kita menghindari atau berhenti dari penggunaan vape. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti mengidentifikasi pemicu, menyingkirkan vape, berkonsultasi dengan profesional kesehatan, mencari kegiatan lain sebagai distraksi, mencari dukungan orang terdekat, dsb.
Karya: Fayola Viryanasya Sunarto & Visakha Alethea Darmawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H