Pesawat F-35C yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika adalah varian dari F-35 yang khusus dioperasikan untuk Angkatan Laut Amerika ini pada dasarnya merupakan pesawat siluman serta tidak didesain untuk terdeteksi dan terlihat oleh musuh serta lebih cenderung sebagai pesawat untuk menyerang target didarat (attack fighter) sehingga menghindari peperangan udara atau dogfight jarak dekat -- peran yang dulu diemban oleh pesawat F-14 Tomcat.
Pada Angkatan Udara mereka (USAF) kekuatan udara nya mencakup pesawat tempur generasi kelima yaitu F-35 dan F-22 serta generasi 4+ dengan F-16V dan F-15EX Eagle II dimana jumlah kekuatan pada pesawat tempur generasi kelima nya tidak terlalu banyak.
Pada tahun 2023 nanti pihak Angkatan Udara Amerika berencana mempesiunkan sejumlah pesawat perangnya tepatnya 269 pesawat perangnya termasuk A-10 Warthogs, pesawat Tanker KC-135 Stratotanker serta C-130 H yang mana hampir semua pesawat yang sudah menua kecuali F-22 Raptor.
Pihak Pentagon baru baru ini menyatakan akan mempesiunkan dini 33 pesawat F-22 Raptor dari 186 pesawat yang dioperasikan Angkatan Udara Amerika yang merupakan pesawat F-22 yang diterima pada awal awal. Pada anggaran militer tahun 2023 pihak Amerika dikabarkan akan mengupgrade sisa F-22 Raptor dan F-35 yang mereka miliki serta membeli 33 unit pesawat F-35..
Selain itu latarbelakang kegagalan F-22 sebagai pengganti peran F-15 terutama pada pengoperasian dan pemeliharaan, membuat Amerika menghentikan produksi F-22 pada tahun 2011 yang lalu.
Pihak Angkatan Udara Amerika sendiri kini tengah menjalankan program Next Generation Air Dominance (NGAD) serta program F-XX untuk mengembangkan pesawat tempur generasi keenam pada tahun 2030 nanti serta sebagai pengganti dari pesawat F-22, sedangkan Angkatan Laut Amerika melalui program F/A-XX untuk menggantikan peran pesawat F/A-18 Super Hornet serta mendampingi F-35.
Namun hingga nanti pada tahun 2030 kekuatan udara Amerika sepertinya akan tertandingi oleh kekuatan udara Tiongkok yang kini sedang gemar memproduksi pesawat perangnya dalam jumlah banyak, sebut saja pesawat J-11 untuk Angkatan Udara Tiongkok (PLAAF) dan variannya J-15 untuk Angkatan Laut Tiongkok (PLAN) Â serta tidak melupakan J-31 yang dapat dikembangkan untuk menandingi F-22, jelas hal ini membuat Amerika ketar ketir dengan keadaan yang dihadapi kini pada kekuatan udara mereka.
Kecanggihan teknologi memang membuat pesawat tempur semakin canggih pula serta dapat menjalankan peran dan fungsi ganda, namun kekuatan udara dapat teruji pada pertempuran udara konvensional yaitu dogfight, apakah Amerika melupakan sejarah dimana mereka sangat menganggap penting dogfight setelah perang Vietnam dan Korea ?.
Bila memang terjadi dogfight yang melibatkan pesawat F-22 maupun F-35 sekalipun akan berupa adu missile atau peluru kendali jarak jauh seperti missile AIM -120 yang tersembunyi dibadan kedua pesawat, berbeda dengan dogfight pada umumnya yang bisa terjadi pada jarak dekat serta membutuhkan manuverability pesawat yang mumpuni selain kecepatan.
Pesawat siluman F-22 dan F-35 memang merupakan pesawat tercanggih namun keduanya didesain untuk tak terdeteksi dengan perkataan lain menghindari dogfight dengan meluncurkan peluru kendali jarak jauh, sedangkan untuk pertempuran udara jarak dekat hanya tersedia F-15 dan F-16 yang walaupun sudah diupgrade dan di modernisasi masih bisa ditandingi oleh pesawat pesawat tempur Tiongkok.